Tanggung jawab seseorang akan semakin sebesar seiring kekuatan atau kekuasaan yang besar juga. Hal ini menampakan konsekuensi seseorang pemimpin, bagaimana seorang pemimpin wajib  melakukan pekerjannya dengan sangat tulus, baik dan juga dengan penuh tanggung jawab, kepemimpinan berhubungan dengan bagaimana tahu orang lain dan melibatkan mereka buat membantu pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Ada seroang Ahli yang bernama Leroy Eimes memberikan sebuah opini bahwa pemimpin merupakan mereka yang sanggup melihat lebih banyak dibandingkan orang lain, yang sanggup melihat lebih jauh daripada orang lain, dan sanggup melihat segala sesuatu sebelum orang lain.
Sikap sebagai hal yang krusial terutama waktu kita dihadapkan dalam banyak sekali masalah dan waktu akan merogoh langkah pada berinteraksi menggunakan orang lain. Kita akan tidak kesulitan Ketika sedang menghadapi pemasalahan, itu semua tergantung berdasarkan bagaimana cara kita menyikap permasalah itu.Â
Sikap adalah pembawaan yang terdapat pada diri setiap insan, mengenai bagiaman kita berpikir dan berperilaku. Banyak orang menerima masalah lantaran perilaku atau pola pikir yang kurang baik. Untuk itu, setiap orang perlu menerapkan apa yang dianggap menggunakan banyi. Kita sudah mengetahui bahwa cakupan berdasarkan ilmu manajemen sengatlah luas, sampai mencakup bagian-bagian pada diri insan yang dianggap manajemen diri.
Alasan mengapa manajemen diri sebagai sangat perlu merupakan lantaran manajemen diri berfungsi menjadi kontrol kita pada bersikap. Sikap kita pula memerlukan pengarahan dan kontrol supaya kualitas hayati kita sebagai lebih baik. Banyak pertimbangan bagaimana supaya perilaku kita tidak merugikan diri, orang lain juga pihak-pihak lain misalnya hubungan pada organisasi.
Ada banyak buku yang mengupas tentang berapa pentingnya mengelola perilaku. Mulai berdasarkan bagaimana berpikir positif, etika pergaulan menggunakan orang lain yang berhubungan dengan bagimana menciptakan suatu relasi, rapikan cara berkomunikasi yang baik dan efektif, dan lain sebagainya.Â
Buku tadi sebagai citra bahwa orang yang membutuhkan suatu solusi buat mengarahkan bagaimana seorang wajib  bersikap baik terhadap orang lain juga pada menyikap masalah. Ini mengungkapkan bahwa bukan orang lain atau suatu masalah yang wajib  kita kendalikan, tetapi itu seluruh tergantung berdasarkan bagaimana cara kita menyikapinya.
Bagaimana cara mengatasi masalah pada diri kita tidak secara langsung memengaruhi bagaimana cara mengatasi masalah yang datang dalam kehidupan. Apa yang akan kita lakukan bila kita dihadapkan dalam masalah itu dan bagaimana cara mengganti pola pikir kita sebagai lebih baik. Tentu kita akan menerima banyak hal berdasarkan pentingnya manajemen diri. Manajemen adalah aktivitas yang berhubungan dengan pengaturan, penataan, oengarahan, dan pengendalian. Manajemen diri ialah menerapkan manajemen pada diri kita untuk mengelola diri kita sendiri, misalnya pengarahan dalam bersikap.
Banyak hal positif yang mampu dihasilkan berdasarkan upaya manajemen diri. Menerapkan manajemen diri berarti kita bisa mengeliminasi sifat-sifat yang kurang perlu atau bahkan tidak diperlukan, dan beberapa manfaat lain, misalnya; mengontrol emosi, menambah motivasi, baik bagi diri sendiri juga bagi orang lain, memperbaiki interaksi menggunakan orang lain, membantu meringankan perkara menggunakan lebih banyak berpikir positif, mampu mengenal orang lain, emosi akan lebih stabil, mengeliminasi perkara-perkara yang tidak perlu, menjadikan diri kita lebih penekanan terhadap tujuan yang sebenarnya, mendapatkan kenyamanan hayati, dan menambah agama diri sebagai akibatnya sebagai orang yang berpendirian.
Pemimpin yang paling efektif merupakan ia yang bisa menyesuaikan gaya mereka menggunakan melihat situasi misalnya seberapa banyak tanggung jawab, kemampuan masing-masing anggota  dan faktor-faktor lain yang mampu menuntaskan pekerjaan.
Ahli yang bernama Dr. Paul Hersey, pada bukunya "The Situational Leader," & Kenneth Blanchard, pada buku "One-Minute Manager." terdapat 4 gaya kepemimpinan situasional yang dijabarkan:
- Telling (S1): Kondisi dimana seorang pemimpin menaruh instruksi dan mengawasi pekerjaan pribadi kepada anggotanya. Pemimpin umumnya, pemimpin tidak melibatkan diri pada proses pengerjaan tugas, sebagai akibatnya hanya terjalin komunikasi satu arah.
- Selling (S2): Gaya kepemimpinan yang lebih menekankan untuk mengedepankan kerja sama antara seorang pemimpin dan anggotanya, sehingga tercipta komunikasi yang dua arah. Seorang pemimpin pada umumnya harus memotivasi rasa percaya diri untuk para anggotanya, sehingga pemimpin itu akan terus membimbing anggotanya, serta siap bertanggung jawab atas proses kerjanya.
- Participating (S3): Pemimpin cenderung mendorong individu atau gerombolan  buat saling membuatkan ide. Ketika anggota yakin saat melakukan pekerjaan, lalu seorang pemimpin hanya mengarahkan dan membantu anggotanya.
- Delegating (S4): Gaya kepemimpinan pada umumnya tidak banyak terlibat dengan anggotanya. Pemimpin mengambil alih tanggung jawab dalam pembuatan dan pengambilan keputusan lalu memberikan pelaksanaannya ke anggotanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H