Mohon tunggu...
MARIA EMILIZA DANISHWARA
MARIA EMILIZA DANISHWARA Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Malas Pangkal Miskin, Membeludaknya Pengemis di Indonesia

21 Februari 2024   00:50 Diperbarui: 21 Februari 2024   00:59 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena meningkatnya angka pengemis di Indonesia menjadi salah satu permasalah sosial yang memprihatinkan dan perlu penanganan segera. Setiap hari, pengemis di tempat-tempat umum seperti taman, jalan raya maupun restoran kerap kali terlihat. 

Dari pengemis yang berpakaian badut atau berwarna perak hingga orang tua yang terduduk sembari membuka tangannya untuk uang sembari membacakan doa. Memang,hal ini bukanlah hal yang tak lazim di Indonesia. 

Namun,tetap saja hal ini menimbulkan pertanyaan dan resah dalam masyarakat. Fenomena ini dipengaruhi oleh banyak hal yang beragam sehingga angka pengemis dapat membeludak. Hal utama yang mengakibatkan adanya fenomena ini adalah kemiskinan.

Kemiskinan merupakan siklus dimana sebuah individu atau kelompok kesulitan untuk memenuhi kehidupan ekonomi yang memadai atau standar kehidupan yang layak dan cenderung sulit untuk keluar dari lingkup kemiskinan ini. Maka dari itu,mereka kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,tempat tinggal dan pendidikan sehingga mengemis menjadi alternatif bagi mereka untuk bertahan hidup.

Selain itu, kurangnya pendidikan dan keterampilan akan menghambat individu ini untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Hal ini dapat didasari oleh adanya ketimpangan dalam masyarakat, terutama yang berpendapatan tinggi dan rendahnya mobilitas sosial. Karena ini,banyak dari mereka yang kurang berpendidikan cenderung tersingkir dan terbatas akses untuk lapangan pekerjaan yang layak. Kurangnya lapangan pekerjaan ini membuat individu yang kurang berpendidikan berjuang lebih keras untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat menghidupi mereka.

Melalui artikel yang kami beri judul "Malas Pangkal Miskin, Membeludaknya Pengemis di Indonesia", kami akan membahas fenomena ini dengan sudut pandang opini untuk mengungkapkan kenyataan dari kejadian ini.

Pengemis di Indonesia saat ini telah mengalami peningkatan yang signifikan beberapa tahun terakhir. Hal ini merupakan krisis yang dialami oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia. Fenomena ini menggambarkan tantangan yang kompleks yang dihadapi oleh individu yang terjebak dalam siklus kemiskinan dan keterbatasan akses ke pendidikan yang memadai.

Penting untuk diakui bahwa ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang menjadi pengemis. Ada pun faktor dimana individu yang mungkin terlibat dalam pengemisan karena kurangnya motivasi atau kemalasan, generalisasi semacam ini tidak adil terhadap semua pengemis. 

Kurangnya pendidikan atau keterampilan menjadi faktor yang signifikan dalam menghadapi masalah pengemis. Akses terhadap pendidikan yang berkualitas adalah hak dasar setiap individu, namun masih banyak anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang memadai. Tanpa pendidikan yang memadai, mereka akan kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak di masa depan dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan.

Selain itu, kurangnya keterampilan yang relevan juga menjadi kendala bagi pengemis untuk keluar dari situasi mereka. Pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dapat membantu mereka meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, seringkali sulit bagi pengemis untuk mengakses pelatihan semacam itu karena keterbatasan sumber daya dan aksesibilitas.

Banyak sekali pemuda-pemudi yang mengalami fenomena ini. Anak-anak dari usia kecil hingga remaja yang seharusnya mendapatkan akses pendidikan yang layak dan stabil memilih mengemis. Seringkali ditanyakan bahwa mereka memilih mengemis karena malas sekolah dan mencari pekerjaan yang layak. Ini menjadi salah satu faktor utama terjadinya pengemis. 

Pengemis ini banyak yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Pengemis sering kali menjadi pemandangan umum di berbagai kota di Indonesia,terutama kota-kota yang ramai di bidang pariwisata. Walau seharusnya dikasihani dan dibantu,pengemis dapat mengganggu masyarakat.

Salah satu cara dimana pengemis dapat mengganggu masyarakat adalah dengan menciptakan ketidaknyamanan dan gangguan di ruang publik. Mereka seringkali ditemukan di tempat-tempat ramai seperti jalanan, trotoar, dan pusat perbelanjaan, menciptakan situasi yang kurang menyenangkan bagi sebagian orang. 

Mereka meminta-minta secara agresif atau mengganggu kegiatan sehari-hari orang-orang di sekitar mereka. Hal ini menciptakan ketegangan dan merusak suasana yang seharusnya nyaman dan aman bagi masyarakat.

Selain itu, pengemis juga dapat mengganggu masyarakat dengan membentuk jaringan atau kelompok yang terorganisir. Beberapa pengemis mungkin bukan individu yang benar-benar membutuhkan bantuan, tetapi bagian dari kelompok yang terlibat dalam praktik pemerasan atau eksploitasi manusia. 

Mereka dapat menggunakan situasi sulit mereka untuk memanipulasi empati masyarakat dan memperoleh keuntungan finansial. Hal ini dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan dan merusak kepercayaan antara masyarakat dan individu yang sebenarnya membutuhkan bantuan.

Selain dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat, pengemis dapat memberikan kesan negatif tentang suatu daerah atau negara kepada pengunjung atau wisatawan. Ketika pengemis menjadi bagian yang menonjol dari pemandangan kota, hal ini dapat memberikan kesan bahwa masalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Indonesia merajalela. Ini dapat mengurangi citra suatu tempat sebagai tujuan wisata yang menarik dan membuat orang ragu untuk mengunjunginya.

Hal ini membuat masyarakat semakin meragukan pengemis dan merasa pesimis terhadap mereka. Banyak dari mereka yang berkedok membutuhkan namun nyatanya perasaan kita yang dipermainkan. 

Banyak kejadian ini kita dapat lihat di dunia nyata. Anak-anak muda berlapis cat berwarna silver maupun keemasan yang berdiri meminta uang di jalanan sembari mengikuti pose-pose pahlawan. Memang terlihat sedih,namun ketika membalik badan dapat terlihat bahwa anak-anak muda ini menggunakan hasil uangnya untuk membeli rokok atau minum-minum.

Tak hanya anak muda, ada pun orang-orang yang sudah lanjut usia. Pada sebuah kasus di Sidoarjo,seorang kakek yang mengenakan pakaian badut Winnie the Pooh mengemis. 

Dilingkup dari www.merdeka.com,Kakek yang mengemis di depan Lippo Mall ini bernama Suaedi. Ia dikatakan hidup sebatang kara di Gresik dengan kondisi hidup minimum. Maka dari itu,diadakan sebuah investigasi oleh Kepala Dinas Sosial dan tenaga kerja untuk mengetahui asal-usul kakek ini. Namun nyatanya setelah ditelusuri lebih lanjut,ia dapat membawa pulang sebanyak 500 ribu setiap harinya dari hasil belas kasihan orang-orang. 

Tak hanya itu, kakek ini juga dapat membeli rumah dengan hasil mengemisnya ini beserta dengan motor. Ia juga memiliki 7 istri namun tetap mengemis untuk penghasilan utamanya.

Pengemis memang adalah salah satu kelompok masyarakat yang sering kali diabaikan dan dianggap tidak memiliki harapan untuk keluar dari kemiskinan. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya akurat. Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, banyak pengemis yang tetap gigih bekerja untuk mencari nafkah dan berusaha keluar dari lingkaran kemiskinan.

Pertama-tama, kita harus memahami bahwa tidak semua pengemis adalah orang malas yang hanya mengandalkan belas kasihan orang lain. Banyak dari mereka yang memiliki keterampilan dan bakat tertentu, seperti menyanyi, bermain musik, atau membuat kerajinan tangan. 

Mereka menggunakan keterampilan ini untuk menarik perhatian orang-orang dan mendapatkan sedikit uang. Meskipun penghasilan yang mereka dapatkan mungkin tidak seberapa, mereka tetap bekerja keras dan berusaha untuk bertahan hidup.

Selain itu, ada juga pengemis yang mencoba mencari pekerjaan sambilan di luar jam kerja mereka sebagai pengemis. Mereka mungkin bekerja sebagai buruh kasar, tukang kebun, atau pekerja rumah tangga. Meskipun pekerjaan ini mungkin tidak stabil dan tidak memberikan penghasilan yang cukup, mereka tetap berusaha untuk mengumpulkan uang sebanyak mungkin untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Tidak hanya itu, beberapa pengemis juga berusaha untuk mengubah hidup mereka melalui pendidikan. Meskipun sulit bagi mereka untuk mengakses pendidikan formal, mereka mencari kesempatan untuk belajar melalui program pendidikan non-formal atau pelatihan keterampilan. Dengan keterampilan baru yang mereka peroleh, mereka berharap dapat meningkatkan peluang kerja mereka dan keluar dari kemiskinan.

Salah satu contohnya adalah seorang pengemis bernama Asep, ia merupakan seorang penjual koran dan biasa berjualan di lampu merah bundaran Hajimena-Rajabasa, Bandar Lampung. Fisik Asep tidak sanggup lagi untuk bekerja berat, dan akhirnya memilih berjualan koran saja. 

Semangat Asep dengan menjual koran, karena malu melihat ada orang yang meminta-minta di jalanan dengan kondisi badan sehat. Asep sampai mengimbau pengendara yang ditemuinya, untuk tidak memberikan uang kepada mereka. Memang menjual koran tidak memberikannya keuntungan besar, tapi setidaknya ia bisa mencari nafkah tanpa harus mengemis. 

Asep menunjukkan bahwa tidak semua pengemis, memiliki kesempatan atau sumber daya untuk mencari nafkah dan keluar dari kemiskinan. Beberapa dari mereka mungkin menghadapi hambatan struktural seperti diskriminasi atau kurangnya akses ke layanan dasar. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk memberikan dukungan dan kesempatan kepada pengemis yang ingin meningkatkan hidup mereka.

Dalam kesimpulan, pengemis yang gigih bekerja untuk mencari nafkah dan keluar dari kemiskinan. Meskipun hidup dalam kondisi yang sulit, mereka menggunakan keterampilan, mencari pekerjaan sambilan, dan berusaha untuk meningkatkan pendidikan mereka. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua pengemis memiliki kesempatan yang sama. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memberikan dukungan dan kesempatan kepada mereka yang ingin meningkatkan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun