Mohon tunggu...
MARIA EMILIZA DANISHWARA
MARIA EMILIZA DANISHWARA Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Malas Pangkal Miskin, Membeludaknya Pengemis di Indonesia

21 Februari 2024   00:50 Diperbarui: 21 Februari 2024   00:59 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengemis ini banyak yang mengganggu kenyamanan masyarakat. Pengemis sering kali menjadi pemandangan umum di berbagai kota di Indonesia,terutama kota-kota yang ramai di bidang pariwisata. Walau seharusnya dikasihani dan dibantu,pengemis dapat mengganggu masyarakat.

Salah satu cara dimana pengemis dapat mengganggu masyarakat adalah dengan menciptakan ketidaknyamanan dan gangguan di ruang publik. Mereka seringkali ditemukan di tempat-tempat ramai seperti jalanan, trotoar, dan pusat perbelanjaan, menciptakan situasi yang kurang menyenangkan bagi sebagian orang. 

Mereka meminta-minta secara agresif atau mengganggu kegiatan sehari-hari orang-orang di sekitar mereka. Hal ini menciptakan ketegangan dan merusak suasana yang seharusnya nyaman dan aman bagi masyarakat.

Selain itu, pengemis juga dapat mengganggu masyarakat dengan membentuk jaringan atau kelompok yang terorganisir. Beberapa pengemis mungkin bukan individu yang benar-benar membutuhkan bantuan, tetapi bagian dari kelompok yang terlibat dalam praktik pemerasan atau eksploitasi manusia. 

Mereka dapat menggunakan situasi sulit mereka untuk memanipulasi empati masyarakat dan memperoleh keuntungan finansial. Hal ini dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan dan merusak kepercayaan antara masyarakat dan individu yang sebenarnya membutuhkan bantuan.

Selain dampak langsung yang dirasakan oleh masyarakat, pengemis dapat memberikan kesan negatif tentang suatu daerah atau negara kepada pengunjung atau wisatawan. Ketika pengemis menjadi bagian yang menonjol dari pemandangan kota, hal ini dapat memberikan kesan bahwa masalah kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Indonesia merajalela. Ini dapat mengurangi citra suatu tempat sebagai tujuan wisata yang menarik dan membuat orang ragu untuk mengunjunginya.

Hal ini membuat masyarakat semakin meragukan pengemis dan merasa pesimis terhadap mereka. Banyak dari mereka yang berkedok membutuhkan namun nyatanya perasaan kita yang dipermainkan. 

Banyak kejadian ini kita dapat lihat di dunia nyata. Anak-anak muda berlapis cat berwarna silver maupun keemasan yang berdiri meminta uang di jalanan sembari mengikuti pose-pose pahlawan. Memang terlihat sedih,namun ketika membalik badan dapat terlihat bahwa anak-anak muda ini menggunakan hasil uangnya untuk membeli rokok atau minum-minum.

Tak hanya anak muda, ada pun orang-orang yang sudah lanjut usia. Pada sebuah kasus di Sidoarjo,seorang kakek yang mengenakan pakaian badut Winnie the Pooh mengemis. 

Dilingkup dari www.merdeka.com,Kakek yang mengemis di depan Lippo Mall ini bernama Suaedi. Ia dikatakan hidup sebatang kara di Gresik dengan kondisi hidup minimum. Maka dari itu,diadakan sebuah investigasi oleh Kepala Dinas Sosial dan tenaga kerja untuk mengetahui asal-usul kakek ini. Namun nyatanya setelah ditelusuri lebih lanjut,ia dapat membawa pulang sebanyak 500 ribu setiap harinya dari hasil belas kasihan orang-orang. 

Tak hanya itu, kakek ini juga dapat membeli rumah dengan hasil mengemisnya ini beserta dengan motor. Ia juga memiliki 7 istri namun tetap mengemis untuk penghasilan utamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun