Mohon tunggu...
Maria Elly Rusfendy Saragih
Maria Elly Rusfendy Saragih Mohon Tunggu... Penulis - Pemimpin Redaksi

Menulis buku, memasak, membaca, menonton, menggabut (Hehehe ...)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Sisi Mata Hati (Terinsipirasi dari Tokoh Cerita Novel Cinta dan Revolusi 2012 oleh Rendra Harahap)

6 Desember 2023   18:59 Diperbarui: 6 Desember 2023   21:07 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku nggak bakal ninggalin kamu. Aku janji. Hati aku udah terlalu penuh ama kamu untuk tergoda ama cewek lain, Jeal." Defan masih tak kehilangan harapan untuk meyakinkan Jeal.

"Justru itu, Fan. Gimana aku bisa maafin diri aku sendiri kalo tiap hari aku lihat kamu? Aku nggak bisa lupa kejadian itu, yang bikin keluarga ini tiba-tiba kehilangan arah. Kakiku udah nggak bisa sembuh, masak jiwaku juga? Gimana Kak Nabilah? Gimana Ayu? Aku harus sembuh, Fan. Meskipun itu artinya aku harus merelakan kamu." Jeal yang pengecut ini hanya berani menarik tangannya dari genggaman Defan. "Aku nggak pantas buat kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik dari aku, nggak perlu terjebak ama cewek lumpuh kayak aku." Jeal mengayuh roda kursinya mundur dan berbalik menuju kamarnya.

Nabilah datang dari pintu yang menghubungkan rumah dan toko. Mendapati Defan seorang diri tengah berlutut dengan wajah putus asa. Nabilah dan Defan hanya bertukar senyum tipis untuk kondisi yang terlalu kikuk ini. "Aku pulang ya, Kak." Nabilah mengangguk. "Hati-hati, Fan." Kali ini Defan yang mengangguk lalu pergi. 

Kepergian Defan hari itu diiringi isak tangis Jeal di dalam kamarnya. Ia mendekap potret Defan. Setengah hatinya pergi bersama Defan, namun setengahnya dipenuhi rasa marah pada keadaan yang tak akan pernah sama lagi. 

Sejak hari itu, kedatangan Defan tak pernah diterima lagi di rumah ini. Jeal selalu menghindar. Meski setiap malam, ia masih suka memandangi foto Defan sebelum tidur lalu menyelipkannya di balik bantal. Kondisi hati Jeal perlahan-lahan membaik. Tidak ada lagi Jeal yang tiba-tiba histeris memukuli kaki, tempat tidur dan sekelilingnya sembarangan. Tidak ada lagi Jeal yang menangis setiap malam. Kalaupun ada, tidak sesering dulu. 

Cinta tak harus memilik, Fan. Hanya karena aku memilih pergi, bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Mungkin nanti, kita akan sama-sama menemukan perhentian yang baru untuk saling mencintai.


Catatan : Harapan yang terselip di balik penulisan cerpen ini, supaya pembaca penasaran mengenai selengkapnya yang terjadi dengan Defan, Jeal, Ayu, dll. Bisa didapatkan dengan klik >> Pesan Cinta dan Revolusi 2012 . 

Terima kasih sudah membaca sampai selesai, terima kasih juga sebelumnya, yang sudah mau membeli Cinta dan Revolusi 2012.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun