Anxious attachment ini tentunya mampu membawa dampak negatif dalam suatu hubungan interpersonal yang dimiliki oleh individu tersebut baik dalam hubungan pertemanan, keluarga bahkan sampai ke hubungan romantis yang dimiliki. Mengapa demikian? Karena mereka akan terobsesi dengan pemikiran akan ditinggalkan oleh pasangan mereka, dan bahkan menunjukan emosi negatif yang intens (Mikulincer & Florian, 1998). Individu dengan anxious attachment akan cenderung merasa diabaikan dan tidak dicintai apabila pasangan ataupun temannya tidak merespon dengan cepat kepada individu tersebut.
Bagaimana cara pengelolaannya?
Selanjutnya, bagaimana cara kita menangani dan mengatasi anxious attachment ini?
1. Perlunya kesadaran dari diri sendiri dengan lebih memahami setiap emosi yang kita punya, mengenali pemicu dari kecemasan itu, mencari tahu penyebab trigernya dan mencoba untuk belajar menerima diri sendiri.
2. Melatih Self-reparenting, dengan memberikan dukungan emosional pada diri sendiri, mengobati dan belajar memahami kebutuhan dari inner child yang kita miliki.
3. Menetapkan/membangun batasan yang sehat antara pasangan, teman ataupun keluarga.
4. Berusaha untuk lebih terbuka dan menjalin komunikasi yang jujur dan saling mendukung sebagai dasar dari pondasi hubungan yang lebih sehat.
5. Mencari bantuan profesional, baik itu psikolog maupun psikiater untuk mendapatkan bantuan dan solusi yang tepat.
Kesimpulan
   Memahami attachment style seperti anxious style yang ada didalam diri sendiri merupakan salah satu langkah awal yang dapat dilakukan dalam membangun hubungan yang lebih sehat dan bahagia. Meskipun hal ini berasal dari pengalaman pribadi di masa kecil yang telah tertanam begitu lama di dalam diri, namun percayalah perubahan akan tetap memungkinkan terjadi apabila kamu mempunyai kesadaran dan tekad yang besar untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Belajarlah untuk tetap tenang dan berikan ruang kepada diri sendiri, berikan affirmation positif kepada diri sendiri dan jangan takut datang ke pihak profesional seperti psikolog maupun psikiater, apabila sekiranya kamu butuh bantuan dari pihak yang lebih profesional yang lebih paham akan hal tersebut.
Â