Setiap film pasti ingin mengomunikasikan sesuatu. Film tidak bisa dipisahkan dari teks dan Bahasa. Menurut McQuail (2010), teks dapat dipahami sebagai bentuk fisik dari musik, dokumen, dan lainnya. Sementara Bahasa menurut Newcomb (McQuail, 2010) kata yang diucapkan baik itu verbal dan non verbal memiliki arti yang berbeda. Â
Ferdinand de Saussure (Hidayat, 2014, h.245) memberikan teori bahwa bahasa menjadi sebuah sistem tanda di mana tanda tersebut dibagi menjadi dua yaitu, signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier bagian yang ditangkap panca indra dan signified itu aspek mental yang memiliki konsep yang tertanam dalam pikiran.
Puncak permasalahan dari film NKCTHI ada dalam adegan dimana rahasia keluarga Narendra terungkap bahwa mereka menyembunyikan luka di masa lalu tentang anak yang meninggal ketika bayi. Keadaan yang kacau membuat Angkasa, Aurora dan Awan sejenak "melarikan" diri dari masalah tersebut.
Pemilihan lagu di dalam film bisa semakin menghidupkan suasana dari cerita yang ditampilkan. Kehadiran lagu bukan tanpa suatu alasan, pasti ada makna tersendiri.
"Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? (Renggang) Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang, Di esok hari. Tubuh yang berpatah hati, Bergantung pada gaji, Berlomba jadi asri. Mengais validasi"
Lirik tersebut menceritakan keadaan seseorang yang sedang dirundung kesulitan dalam menjalani dinamika kehidupan. Pada konteks film ini, Awan si bungsu mengalami masa-masa sulit menuju masa pendewasaan. Dalam perjalanannya awan menemui banyak masalah di rumah maupun di pekerjaannya. Dipecat di kantornya, dikekang oleh Ayahnya sendiri menjadi salah satu proses Awan menuju pendewasaan.Â
"Dan aku pun terhadir, Seakan paling mahir, Menenangkan dirimu, Yang merasa terpinggirkan dunia. Tak pernah adil. Kita semua gagal, Angkat minumanmu, Bersedih bersama-sama."
Lirik ini merupakan sebuah gambaran dari Kale yang hadir dalam kehidupan Awan. Kale menjadi tempat Awan bersandar ketika Awan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan seperti hal pekerjaan dan sifat ayahnya yang selalu mengekang. Kale juga pernah gagal, tidak jadi musisi lantas menjadi manager band itulah proses yang dialami Kale.Â
"Sia-sia (Pada akhirnya) Putus asa (Terekam pedih semua) Masalahnya (Lebih dari yang) Secukupnya"