Mohon tunggu...
maria audrey kirana
maria audrey kirana Mohon Tunggu... mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

(Fiksi Penggemar RTC) Ariana

10 September 2015   22:47 Diperbarui: 10 September 2015   23:47 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maria Audrey Kirana / no urut 85

(Fiksi Penggemar RTC) 

 Dunia ini sudah hancur.

Aku hanya ingin mati saja.

Aku ingin bebas dari dunia ini.

Aku benci dunia ini.

Manusia-manusia itu hanya seperti sampah.

Mereka semua memakai topeng.

Lebih baik aku mati saja.

Tidak akan ada yang menangisi aku atau mengingat diriku.

 

“Kamu mau bunuh diri di sekolah kamu ini? Supaya kamu dapat perhatian?”

“Siapa kamu?!”

“Aku? Hm... Anggap saja aku malaikat kematian atau dewa kematian. Bisa dibilang seperti itu.”

“Apa maksud kamu? Kamu mau membunuhku?”

“Tidak. Itu hanya mengotori tanganku saja. Aku tidak mau.”

“Lalu, untuk apa kamu disini?”

“Aku ingin memberikan kamu sebuah penawaran menarik. Bagaimana?”

“Penawaran apa maksudmu?”

“Aku akan merubah yang ada di dirimu saat ini. Dari pada kamu bunuh diri dan itu sia-sia, lebih baik kamu membalas mereka. Jangan terkejut seperti itu. Kamu jangan munafik seperti itu. Kamu pasti ingin membalas dendam bukan.”

“Tidak..... Aku tidak mau. Aku bukan orang yang suka membalas dendam.”

“Baiklah terserah apa katamu. Tetapi, kalau kamu bunuh diri, itu sangat sia-sia. Lihat saja dirimu, orang tua kamu saja membuang kamu dari bayi. Dan kamu bahkan terlihat seperti wanita murahan, karena tantemu seperti itu. Kamu memang cantik. Tapi, memangnya ada yang suka sama kamu? Mereka semua membenci kamu. Ingat itu baik-baik.”

 

#####

            “Lihat perempuan itu menjijikan.”

            “Iya betul-betul.”

            “Aku dengar-dengar dia seperti tantenya.”

            “Sepertinya dia dijual oleh tantenya juga.”

            “Menjijikan sekali ya.”

 

Ariana, jangan di dengarkan lagi. Mereka hanya iri padamu.”

Joshua, kamu kagetin aku aja.” Kataku sambil melihat ke arah teman laki-laki yang ada di sebelahku. Hanya dia, Joshua, teman laki-laki yang kupunya satu-satunya. Dia cukup manis untuk laki-laki, murah senyum, dan baik. Dia tidak peduli aku dari keluarga seperti apa.

“Maaf, aku tidak bermaksud.”

“Iya. Tidak apa-apa kok.”

“Oh iya kamu nanti ikut perpisahan kelas?” Tanya Joshua dengan muka yang sangat berharap. Terlalu manis.

“Entahlah. Aku tidak tahu.” Jawabku sambil memalingkan muka. Mukaku pasti sudah merah.

“Ayolah, Ar. Setelah lulus SMA nanti kita pasti sudah lagi buat ujian-ujian universitas. Kamu mau ya?” Katanya dengan lebih berharap.

“Nanti aku tanya sama tanteku dulu ya.” Jawabku akhirnya sambil tersenyum kecil.

Nah gitu dong. Ya udah kita pulang yuk.” Katanya sambil mengulurkan tangan. Dan aku menyambut uluran tangan itu.

 

#####

           

            “Jadi, Ana mau ikut perpisahan kelas?” Tanya Tante.

            “Iya Tante. Tapi, kalau Tante....”

            “Tante ada uangnya, sayang. Kamu tidak perlu khawatir ya.” Kata Tante sambil tersenyum dan menggegam tanganku. Dan aku membalasnya dengan sebuah senyuman.

 

#####

Joshua. Nama yang membuat hatiku berdebar-debar. Hanya dengan nama itu disebutkan aku bisa tersenyum sendiri.

            Joshua. Nama yang membuatku bahagia dan aku selalu ingin melihat senyumannya.

            Joshua. Hanya dia yang bersedia mengulurkan tangannya untukku. Hanya dia yang selalu berada di sampingku kapanpun dan dimanapun.

            Joshua. Dialah yang membuatku bangkit dari rasa kesedihan dan kegelapan.

            Joshua. Aku mencitainya. Sangat mencintainya. Benar-benar mencintainya dengan setulus hatiku.

            Tetapi, aku bukan perempuan yang baik. Aku hanya dari kalangan kecil. Aku bukan siapa. Aku bukan anak yang diinginkan dari sebuah keluarga. Aku telah dibuang semenjak bayi. Dan hanya tante yang ingin menerimaku dengan tulus. Hanya tante yang aku punya.

#####

“AYO SEMUANYA BERSIAP-SIAP UNTUK API UNGGUN NANTI MALAM YA......” Teriak Aron, ketua kelasku.

            “Ana, bisa ikut aku sebentar?” Tanya Joshua.

            “Bisa kok.”

            “Baiklah. Kita ke taman itu dulu, yuk.” Kata Joshua sambil mengulurkan tangannya. “Jangan dengarkan mereka. Mereka hanya iri sama kamu.” Katanya sambil lebih mengeratkan lagi pegangan tangannya.

           

            Aku tidak peduli dengan kata orang lain jika Joshua selalu disampingku. Aku akan tetap berdiri tegak asal ada Joshua di sampingku.

            “Ana... Ana... Ana, apa yang kamu pikirkan?”

            “Maaf aku bengong ya?” Tanyaku. Ariana jangan mempermalukan dirimu di depan Joshua.

            “Tidak apa-apa. Kamu lihat mawar itu tidak?” Tanyanya sambil menunjuk ke arah hamparan mawar merah.

            “Cantik banget, Jos.” Jawabku dengan bahagia, lalu berjalan menuju hamparan bunga itu.

            “Ya betul. Memang sangat cantik. Tapi, juga menyakitkan.” Katanya sambil bejalan menuju ke arahku.

            “Sakit, kalau kamu menyentuh durinya.” Jawabku sambil memetik bunganya.

            “Ya betul. Tapi, aku paling tidak suka lagi kalau bunga ini rusak, seperti kamu memetiknya.”

            “Maaf aku tidak bermaksud.” Kataku kaget.

            “Tidak apa, Na. Mawar itu kaya kamu. Cantik tapi menyakitkan pula. Tapi, kamu tidak sepenuhnya seperti mawar. Kamu malah tidak ingin menyakiti orang yang telah menyentuhmu. Kamu terlalu baik, Na.” Kata Joshua sambil melihat ke arahku.

            “Aku baik-baik saja, Jos.” Aku merasa takut. Ada apa dengan Joshua? Kenapa dia kelihatan seperti memendam rasa dendam. “Kamu baik-baik saja, Jos?”

            “Ya aku baik.” Lalu tersenyum ke arahku. “Maaf. Aku membuatmu takut ya? Aku hanya berfikir kenapa kamu tidak ingin membalas dendam kepada mereka? Atau apapun itu?”

            “Aku tidak apa-apa. Kata tante, terserah orang mau berkata apa. asal kita tidak melakukannya. Mungkin memang ini sudah takdirku.” Jawabku sambil tersenyum. Aku tidak mau Joshua merasa khawatir terus-menerus terhadapku.

            “Baiklah. Ayo kita harus siap-siap untuk api unggun. Aku tidak mau kamu bersedih lagi.” Dan seperti biasa Joshua mengulurkan tangannya untukku. Hanya untukku.

 

#####

“Apa yang telah aku lakukan? Tidak. Tidak mungkin. Kenapa aku memegang pisau?!”

“Joshua? Joshua...... Kamu dimana? Kamu... kamu ngapain megang pisau?” Josshua kenapa banyak darah disini?”

“Aku? Aku tidak tahu. Aku tidak tahu.”

“Joshua? Bukan kamu yang ngebunuh mereka kan?”

“Ana, aku bisa jelasin semuanya.”

“Kamu benar-benar pintar, Joshua. Memang benar seharusnya ini yang kamu lakukan.” Kata Ariana sambil bejalan mendekatiku.

“Apa? Apa maksud kamu? Ana, maksud kamu apa?”

“Kamu tidak tahan bukan kalau aku selalu di bully hm? Kamu hebat, Jos. Aku bangga sama kamu. Kamu cinta bukan sama aku?”

“Iya. Aku cinta kamu.” Tidak. Badanku tidak bisa gerak. Ada apa ini? Kenapa mataku hanya menatap matanya, Ana? Cantik. Iya, aku jatuh cinta karena matanya yang cantik. Ya aku membunuh teman-temanku, karena aku tidak tahan akan semua omong kosong mereka akan Ana. Mereka ttidak tahu kalau Ana sebenarnya wanita paling baik yang selama inni aku kenal. Hanya dia yang kupunya. Dialah yang berharga untukku. Dan hanya untukku. Aku telah berjanji akan melakukan apapun untuknya. Apapun itu. Asalkan Ana yang cantik bisa tersenyum dan selalu di sampingku.

“Terimakasih kamu telah membunuh mereka semua, Joshua sayang. Kamu memang paling bisa diandalkan. Aku juga mencintaimu. Ayo kita pergi, Joshua sayang.” Kata Ana sambil mengulurkan tangannya.

“Iya.” Jawabku. Aku akan selalu di samping Ana. Selalu. Aku akan menjaganya selalu. Dan aku akan melakukan apapun untuk Ana. Hanya untuknya. Perempuan yang aku cintai.

 

#####

            “Dayat, aku sudah selesai.”

            “Bagus, Ariana. Dan Joshua?”

            “Sudah aku bereskan juga.”

            “Bagus. Kamu mengikuti kata-kataku.”

            “Tentu. Aku tidak mau mengotori tanganku untuk membalas mereka semua. Itu menjijikan untukku.”

            “Hahahaha...... Kau memang dewi kematian.”

            “Terimakasih atas pujiannya. Ada tugas lain bukan?”

            “Tentu saja. Aku akan mengirimkannya secepat mungkin tugas selanjutnya. Dan sespertinya kamu akan menjadi mahasiswa di tugas kamu selanjutnya.”

            “Baiklah.”

 

            Seharusnya beginilah keadaan dunia. Orang-orang yang tidak tahu diri dan hanya bisa membanggakan diri sendiri harusnya mati. Semua penjahat harusnya mati. Manusia itu menjijikan. Mereka semua hanya memakai topeng. Mereka semua penipu. Beginilah seharusnya, membersihkan dunia dari semua penipu yang bernama manusia.

 

            “Dayat..... Anak-anak yang lain sudah menunggu lo buat main basket.”

            “Oke bentar.”

 

#####

            “Berita selanjutnya terjadi pembunuhan sadis di salah satu di puncak. Dikabarkan semua anak SMA yang awalnya sedang merayakan acara perpisahan akhirnya meninggal, dengan cara  di mutilasi. Dan pelakunya telah bunuh diri dengan cara menggantung dirinya di salah satu kamar di villa tersebut.”

 

#####

 

           

 

*Karya ini orisnil dan belum pernah di publishkasikan*

Inspirasi :

Anime Tokyo Ghoul dan Mirai Nikki

 https://www.youtube.com/watch?v=ql0NtjXIv_s

https://www.youtube.com/watch?v=-jA4GvMtHhs&list=RDMMTlKCLBRAeq0&index=15

https://www.youtube.com/watch?v=wtJcLWeY114&index=16&list=RDMMTlKCLBRAeq0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun