"Kalau makan mi di tengah malam itu kan bisa bikin gendut, warning aja gitu.", tutur Patricia.
Persiapan penjualan Mie Ayam Grabyas Red Door dilakukan sejak pagi hari, seperti menyiapkan mi, ayam, bakso, dan pangsit. Selain itu, untuk menghemat waktu, bahan-bahan disiapkan dan disimpan di dalam freezer sehingga lebih tahan lama. Persiapan dilakukan di rumah produksi yang terletak di Jalan Muja Muju, dekat Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta.
Bahan-bahan dari Mie Ayam Grabyas Red Door tidak mengandung pengawet, sehingga tidak tahan diluar ruangan tanpa pendingin. Namun justru itu yang menjaga cita rasa dari Mie Ayam Grabyas Red Door.
Mie Ayam Grabyas Red Door lebih terlihat seperti yamie daripada mi ayam biasanya. Mi nya lebih kecil dan ramping, ayamnya juga lebih kecil-kecil potongannya. Selain itu, kuahnya disajikan terpisah dalam mangkok yang lebih kecil.Â
Rasanya sangat nikmat, apalagi jika ditambah dengan sambal yang sudah disediakan! Grabyas menambah rasa asin dan gurih yang membuat Mie Ayam Grabyas Red Door memiliki cita rasa yang kaya.
Mie Ayam Grabyas Red Door buka setiap hari kecuali Selasa Wage. Selasa Wage adalah hari dimana sepanjang jalan Malioboro akan ditutup bagi pedagang kaki lima dan kendaraan bermotor. Pembangunan pedistrian bagi wisatawan di kawasan Malioboro mengakibatkan ruang untuk parkir kendaraan menjadi sulit.
Usaha untuk tidak mengganggu ketertiban jalan di tempat berjualan adalah dengan menyediakan  hanya 100 porsi mi ayam setiap harinya. Sebelumnya, Mie Ayam Grabyas Red Door bisa menjual sekitar 200 porsi mi ayam setiap harinya.Â
Walaupun terbatas, tapi keuntungan tidak banyak berkurang, karena antusias pembeli membuat mi ayam pasti ludes habis setiap harinya.
"Sebelum dibangun (pedistrian) ini kan mereka bisa makan di pinggir jalan gitu. Kadang terlalu fokus jualan gini kan kita nggak fokus kalau ada pembeli yang bawa mobil, suka parkir disini (depan tempat berjualan), kadang ditegur.", tutur Patricia.