Mohon tunggu...
Maria Setiyo
Maria Setiyo Mohon Tunggu... -

Biotechnology undergrad in Id.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-hati, Jawa Barat Masih Rawan Vektor Nyamuk

26 April 2019   22:31 Diperbarui: 26 April 2019   23:11 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikutip dari Badan Pusat Statistik Indonesia mengenai Data Jumlah Penduduk Indonesia tahun 2018, Jawa Barat merupakan provinsi nomor 1 di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia dengan nilai sebesar 48.037.600 jiwa atau sekitar 18.3% dari total penduduk yang ada di Indonesia. Jawa Barat sendiri umunya merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dijadikan sebagai tempat migrasi bagi penduduk dari daerah lain. 

Faktor tingginya perpindahan penduduk tersebut dapat disebabkan karena lapangan pekerjaan di daerah Jawa Barat dianggap lebih banyak tersedia dan menjanjikan. Selain itu, adanya perubahan pola pikir masyarakat muda yang lebih memilih untuk bekerja di perkantoran daripada di perkebunan ataupun pertanian. 

Faktor lainnya adalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang sudah dianggap lebih maju dari segi infrastruktur, perekonomian, pendidikan, kesehatan serta hiburan sehingga hal tersebut menjadi daya tarik bagi penduduk lain untuk melakukan migrasi ke Jawa Barat. Tingginya tingkat perpindahan penduduk memberikan dampak negatif maupun positif bagi daerah yang didatanginya. 

Dampak negatif tersebut dapat menyebabkan efek domino sehingga menyebabkan timbulnya dampak negative dari aspek lain. Contohnya  dampak perubahan lingkungan yang menyebabkan terbentuknya dampak ke kesehatan adalah penyakit tular vektor, yang merupakan penyakit yang timbul yang disebabkan akibat hewan yang dijadikan agent atau vektor oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus ataupun parasit. 

Hewan tersebut yang sudah menjadi vektor, dapat menginfeksi ke manusia sehingga menjadi penyakit bagi manusia. Beberapa contoh penyakit tular vektor yang mewabah di Indonesia antara lain DBD, malaria, chikungunya, dan lainnya.

Di Jawa Barat, penyakit tular vektor yang kemunculannya paling tinggi adalah DBD. Nyamuk Aedes aegypti berperan sebagai vektor yang membawa penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue). 

Tercatat kasus DBD yang terjadi di Jawa Barat terhitung sejak akhir Desember 2018 hingga akhir Januari 2019 menurut data Dinas Kesehatan Jawa Barat adalah sebesar 2.461 kasus dengan angka kematian mencapai 18 orang. Tidak hanya DBD, chikungunya, malaria dan filariasis juga masih sering terjadi setiap tahunnya walaupun angkanya tidak setinggi dengan angka kemunculan kasus DBD. 

Total kasus filariasis yang terjadi di Jawa Barat sampai dengan tahun 2018 adalah sebesar 909 penderita, sementara kasus chikungunya dan malaria masih terdapat laporan kemunculan kedua penyakit tersebut setiap tahunnya. 

Melihat data kasus yang terjadi tersebut, dapat disimpulkan bahwa nyamuk sebagai agen pembawa penyakit tersebut belum terkendali dengan baik, malah melihat frekuensi kemunculan penyakit akibat vektor nyamuk yang masih selalu terjadi setiap tahunnya, dapat diduga bahwa terjadi peningkatan jumlah populasi nyamuk.

Habitat asli nyamuk adalah kawasan yang memiliki banyak tanaman, seperti hutan maupun kebun kemudian disesuaikan dengan kondisi tingginya perpindahan penduduk yang mengakibatkan tingginya permintaan pembangunan untuk kepentingan tempat tinggal maupun sebagai infrastruktur menyebabkan banyaknya ruang hijau yang dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman. 

Hilangnya ruang hijau menyebabkan nyamuk kehilangan habitat aslinya dan berpindah ke habitat manusia sebagai bentuk adaptasi nyamuk untuk dapat tetap bertahan hidup. Kondisi pemukiman yang tidak tertata juga menjadi faktor penyebab jarak antar rumah permukiman sangat berdekatan, sehingga menyebabkan nyamuk mudah untuk memperoleh darah sebagai makanannya dalam jarak yang pendek, sehingga distribusi penyebaran virus maupun parasit oleh nyamuk lebih luas. 

Selain itu, pemukiman padat juga menyebabkan kondisi lingkungan yang cenderung mudah kotor akibat jumlah sampah yang terlalu banyak dan terlalu sering dihasilkan daripada pengolahannya, menyebabkan penumpukan sampah, sehingga apabila memasuki musim penghujan, sampah dapat menjadi wadah penampung air hujan yang dapat dijadikan nyamuk untuk menaruh telurnya. Selain daripada faktor lingkungan, faktor dari manusianya yang menjadi pembawa atau carrier virus maupun parasit juga ikut berperan. 

Seorang yang sebelumnya telah terinfeksi salah satu penyakit akibat vektor nyamuk kemudian orang tersebut bermigrasi ke lingkungan baru, risiko virus maupun parasit penyebab penyakit juga akan ikut berpindah ke orang lain yang belum pernah terinfeksi. Nyamuk akan menjadi agen bagi virus ataupun parasit penyebab infeksi untuk berpindah ke orang lain. Seluruh kondisi inilah yang menyebabkan jumlah populasi nyamuk mengalami peningkatan.

Sehingga, melihat kondisi ini perlu diadakan upaya penanggulangan vektor nyamuk di Jawa Barat. Sejauh ini, kasus DBD, malaria, chikungunya dan filariasis yang terjadi ditanggulangi dengan pemberian obat vaksin, peningkatan layanan fasilitas kesehatan serta pengendalian lainnya secara kimiawi maupun biologis. 

Memang, penanggulangan yang telah dilakukan tersebut dapat menurunkan angka kasus yang terjadi, tetapi bentuk penanggulangan tersebut tidak selalu dapat diandalkan apabila tidak dibarengi dengan usaha perbaikan lingkungan serta pengetatan peraturan mengenai migrasi. Pasalnya, nyamuk serta virus maupun parasit memiliki kemampuan beradaptasi yang cepat. 

Contohnya adalah usaha pengendalian melalui fogging sebagai bentuk pengendalian yang rutin dilakukan dapat dikatakan tidak lagi ampuh memberantas nyamuk karena nyamuk sudah resisten terhadap bahan kimia.

Perbaikan lingkungan yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan melalui membentuk daerah hijau di tengah kawasan tempat tinggal penduduk. Pemerintah juga harus lebih menegaskan lagi tentang perpindahan penduduk ke daerah Jawa Barat, sehingga angka perpindahan penduduk dapat mengalami penurunan. Penurunan perpindahan penduduk dapat memberi dampak kondisi pemukiman lebih tertata rapi. 

Tindakan-tindakan preventif seperti menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal serta menjaga daya tahan tubuh juga harus dilakukan. Bentuk upaya pengendalian lainnya secara biologis adalah melalui pemeliharaan ikan yang dapat diberi makan jentik-jentik nyamuk ataupun penggunaan bahan organik seperti kulit jeruk ataupun tanaman yang aromanya tidak disenangi nyamuk sebagai alternatif penggunaan bahan kimia yang dapat memberikan efek toksik bagi manusia dalam dosis tertentu.

Seluruh masyarakat yang tinggal di Jawa Barat diharapkan dapat saling bahu membahu membangun provinsi Jawa Barat yang aman dan sehat demi kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun