Empang tersebut merupakan pemberian terakhir dari suaminya yang meninggal karena kanker. Dan sejak  kepergian suaminya, setidaknya sudah ada 10 kali Sita ditawarkan untuk menjual empang tersebut.Â
Sita pun menerka-nerka mengenai kenapa ia diminta untuk menjual empang tersebut. Hingga terakhir kalinya ditanyakan, Sita tetap menolak meski tawaran nilai empang tersebut selalu meningkat. Dapat dilihat dari kejadian yang dialami oleh Sita, yang membuktikan kalau ia memiliki pendirian dan teguh dengan keputusan yang sudah dibuatnya.Â
Entahlah, yang jelas aku bersikeras tak melepasnya untuk nominal berapa pun(Cerpen Pilihan Kompas 2014).
Perempuan Yang Penuh Dengan Kasih Dan Ketegasan
Adrian yang merupakan sahabat karib anaknya tersebut sudah begitu dekat dengannya, hingga Panggilannya pun berubah menjadi ibu. Sita pun juga sudah menganggap Adrian sebagai anaknya sendiri. Namun, kasih sayang yang dicurahkan oleh Sita di salah artikan oleh Adrian. Adrian yang kian bertambah jatuh cinta dengan kebaikan dan sosok keibuan tersebut mengajak Sita menikah di ulang tahun Sita yang ke empat puluh tujuh. Sita hanya bisa menanggapi pernyataan Adrian sebagai seorang ibu, karena ia sendiri pun terkejut. Kejadian ini terus berulang, tetapi Sita dengan tegas menolak permintaan Adrian. Sita hanya ingin menanggapi Adrian sebagai sosok ibu bukan sebagai seorang wanita.
Kutepuk pundaknya. "Adrian," kutatap matanya. Nadaku tak berbeda dari saat-saat wajah keruhnya semasa SMA merajuk minta ditanya. "Cerita sama Mama, ada masalah apa?" (Cerpen Pilihan Kompas 2014).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H