Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terbebaskan dari Kejahatan saat Berserah Diri Sepenuhnya

7 November 2024   06:30 Diperbarui: 7 November 2024   06:32 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Koleksi Pribadi

Mudah mengucapkan, tetapi amat sangat sulit melakoni untuk berserah diri sepenuhnya. Realitanya, tidak mudah untuk berserah diri sepenuhnya, karena kita belum memahami bagaimana cara untuk berserah diri, sehingga kita semua tilak mungkin terbebaskan dari kejahatan.

Dari buku Bhagavad Gita by Anand Krishna, saya sedikit memahaminya. 

"Mereka yang telah sepenuhnya berserah diri pada-Nya; seluruh kesadarannya pun terpusatkan pada-Nya; dan , memuji-Nya sebagai Penopang Tunggal seantero alam Hyang Maha Tinggi - terbebaskan dari segala macam kejahatan, kemalangan, dan kebatilan berkat Pengetahuan Sejati yang telah diraihnya. Mereka sedan menuju kebebasan mutlak dari kelahiran ulang." 

Pertanyaan utama dan paling penting adalah : 'Tahukah kita tentang Pengetahuan Sejati?'

Yang selama ini kita ketahui dari serak lahir adalah pengetahuan pinjaman dari lingkungan, buku serta sekolah. Yang celaka adalah pengetahuan yang kita peroleh dari medsos. Karena kita semua tahu bahwa setiap orang bisa menuliskan yang diketahuinya di media sosial. Oleh sebab itu, kita mesti hati-hati dengan pengetahuan dari medsos tanpa sumber yang jelas. Banyak orang berkomentar di medsos sebagai ungkapan kebencian atau ketidaksukaan terhadap situasi yang 'menurutnya' tidak menguntungkan baginya. 

Jadi kita bisa menilai bahwa yang diungkapkan adalah sampah atau kotoran kebenciannya. Amat sangat sedikit yang berkomentar tentang sesuatu yang memang bermanfaat bagi semua orang. Kebanyakan orang yang suka berselancar di media sosial karena ingin tahu, tanpa terlebih dahulu memahami permasalahan. Dengan kata lain, mereka berkomentar semata reaktif, inilah sifat dara kehewanian dari dalam diri. Mereka yang memiliki respons positif akan mempertimbangkan terlebih dahulu: 'Bermanfaatkah informasi ini bagi orang banyak?' Orang seperti ini telah menggunakan NEOCORTEX. Ia menggunakan budhinya atau akal sehatnya. Sehat bagi khlayak ramai.

Kembali pada Pengetahuan Sejati. Pengetahuan Sejati adalah memahami tentang asal muasal kita semua. Artinya, kita menyadari bahwa segala tindakan kita semestinya dilandasi hukum sebab-akibat, hukum Kasih : 'Perlakukan orang lain sebagaimana dirimu ingin diperlakukan. Dalam kontext berita di media sosial di atas, maka mangan sebarkan berita yang bisa memperkeruh situasi atau membuat gaduh.

Mengenai berserah diri sepenuhnya sehingga terbebaskan dari kemalangan, kejahatan serta kebatilan akan kita kaitkan dengan perilakuk kita keseharian.

Berserah diri sepenuhnya berarti kita sepenuh kesadaran kita terpusatkan pada-Nya. Implikasinya adalah bahwa setiap pikiran, ucapan serta perbuatan dilakukan dengan penuh kesadaran, bukan kuluar dari ego. Yang saya maksudkan dengan ego adalah pertimbangan berdasarkan pikiran. Karena kerusuhan serta kekacauan di dunia ini Bermuda dari pikiran yang masih kacau. Sumber pengetahuan pikiran adalah informasi palsu. Baru setelah kita membersihkan diri, kita terbebaskan dari pikiran sehingga yang katakan dalam segala hal berasal dari budhi atau intelegensi.

Bagaimana mungkin ketika kita berserah diri sepenuhnya bisa terbebaskan dari kejahatan, kebatilan serta kemalangan?

Kejahatan, kemalangan, serta kebatilan terjadi karena kita masih fokus terhadap kejadian di luar diri. Saat kita bisa sepenuhnya memusatkan diri pada-Nya, saat itu kita sadar bahwa segala kejahatan, kebatilan serta kemalangan terjadi karena akibat perbuatan kita sendiri.

Ingatlan bahwa segala kejadian hanya dan hanya bisa terjadi karena kita yang mengundang. Dengan kata lain, kejadian yang minima kita sebagai buah atau akibat dari ulah kita sendiri; kita penyebab kedatangan kemalangan dari luar. Oleh karena itu, setiap halangan, kendala atau kejahatan, atau kemalangan kita mau tidak mau mesti menerimanya. Penerimaan bahwa kejadian tersebut mesti kita alami bisa meringankan perasaan kita. Dengan penerimaan ini, kita membuka pikiran sehingga bisa mencari solusi lebuh mudah.

Bila kita bereaksi dengan cara mencari kambing hitam, pikiran kita sema kin tertutup. Akibatnya, tidak ada solusi tepat  yang kita temukan. Bila pikiran kita terbuka, kita bisa berpikir secara jernih sehingga kita terjebak semakin dalam dalam konflik duniawi.

Dari pengalaman saya, saat kita merasa bahwa kita ditipu orang sehingga uang hilang, kita mesti menyadari bahwa "Mungkin dulu saya pernah menipu orang sehingga uang saya juga hilang"

Penerimaan seperti ini bisa membangkitkan energi sehingga tidak tenggelam dalam lumpur kesedihan. Tidak mudah memang, tetapi mungkinkah dengan berkeluh kesah uang yang ditupp orang kembali? Tidak kan, tetapi penerimaan ini bisa lebih membuka cara pandang sehingga kita kembali bekerja dengan penuh semangat, da lebi berhati-hati memperlakukan orang lain.

Berserah diri sepenuhnya berarti kita mesti menundukkan ego atau menghapus ego. Ego adalah identifikasi palsu yang disematkan oleh lingkungan.

Mohon maaf bila semakin membingungkan, anggap saja sebagai sampah bila tidak berkenan........

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun