Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanda Apakah yang Ditunjukkan Oleh Pemalas?

9 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka yang selalu mencari kambing hitam dengan selalu mencari kesalahan orang lain serta lingkungan, semata hanya membuktikan bahwa mereka tidak mau mengubah keadaan diri sendiri. Pada umumnya penyakit mereka ini selalu minta diperhatikan dan dikasihani. Padahal cara yang mereka tunjukkan semata membuktikan kemalasan dalam upaya memberdayakan diri sendiri.

Pemberdayaan diri berarti kita mesti kenal diri sendiri. Diri yang sejati adalah diri sebagai percikan Ilahi. Dengan cara mengenal diri sendiri sesungguhnya kita sedana berupaya untuk mengenal Tuhan. Ingatlah pepatah para suci/bijak yang sudah berulang kali hadir di muka bumi. Mereka contoh nyata sebagai manusia unggul yang mengenal Tuhan, caranya sudah diberikan : 'Kenalilah dirimu sendiri'

Perhatikan pesan yang disampaikan Jesus saat meminggul salibnya sendiri. Jesus tidak menebus dosa setiap orang, tetapi beliau memberikan contoh bahwa setiap orang mesti menanggung kesalahannya sendiri. Bila pun ada sekelompok orang yang mengaku pengikut Jesus masih berpikir bahwa segala dosanya telah ditebus melalui penderitaan Jesus, sungguh mereka tidak mengenal Jesus sebagai panutannya.

Para suci dan bijak sangat meyakini bahwa setiap orang bisa ada karena roh yang ditiupkan oleh Tuhan. Atau dengan bahasa sederhana bahwa kita semua tidak bisa eksis serta hidup bila tidak diberi energi oleh Hyang Maha Hidup. Kita semua memiliki percikan keilahian, ibaratnya percikan air laut. Ya, walaupun hanya sepercik air laut, tetapi kualitasnya tetap sama. Yang kita bicarakan atau bahas adalah kualitasnya, bukan kuantitas.

Dengan kata lain, Dia juga hadir dalam diri setiap makhluk, hewan serta yang konon katanya benda mati. Sebenarnya, tiada satu pun benda yang disebut mati. Misalnya batu, kita nanggap benda mati, tetapi bila kita merenung lebih dalam, ternyata suatu ketika yang disbeut batu akan terurai menjadi pasir. Tampaknya tidak bergerak, tetapi proses penguraian tetap berlangsung. Inilah energi yang mengubah batu menjadi butiran pasir. Inilah proses alami.

Bila kita melakukan suatu kesalahan, ini juga karena kita belum mengenal diri sendiri. Tuhan yang melingkupi alam yang juga menggerakkan kita selalu hadir untuk berkarya untuk kebaikan alam semesta. Dengan mengiungat bahwa Dia hadir pada setiap makhluk, saya ingat yang tertulis pada pita ada lambang negara kita : Burung Garuda.

BHINEKA TUNGGAL IKA 

Bhin berarti beraneka ragam.

Eka bermakna satu......

Tunggal juga satu..

Ika juga satu..

Dengan kata lain, sesungguhnya maknanya : Walaupun beraneka ragam, kita tetap satu adanya....

Bayangkan 3 (tiga) kali disebutkan kata SATU. Yang beda hanyalah bentuk luar, tetapi energi yang menggerakkan hanya SATU. Dengan kata lain, sesungguhnya setiap individu bagaikan pulau-pulau yang disatukan oleh lautan energi. Hanya karena kepicikan atau ketidaktahuan kita, maka kita membeda-bedakan. Yang berbeda adalah bagian luar, tetapi penggeraknya hanyalah SATU.

Dengan mengenal bahwa Dia Hyang Satu adanya juga ada dalam setiap orang, maka kita juga bisa mengubah diri kita sebagaimana kekuatan para suci. Celakanya, kita sering mengatakan : AKU HANYA MANUSIA BIASA....... MEREKA, 'KAN NABI/SUCI.

Dengan mengatakan bahwa kita 'hanya manusia biasa', kita merendahkan keilahian Dia. Tidak ada gunanya kata bersujud dan berkata bahwa kita penyembah Tuhan. Dengan kata lain, sesungguhnya kita tidak mengakui bahwa adanya Tuhan sebagai kekuata penggerak kita. Kita manafikkan Tuhan. Atau dengan kata lain, kita mengingkari Tuhan.

 Memberdayakan diri berarti kita menyembah Tuhan. Bukan hanya berdoa, tetapi kita tidak lagi mencari kesalahan orang lain, tetapi mesti bangkit dengan kekuatan Dia.

Segala sesuatu yang di atas bumi adalah bekal yang diberikan oleh Nya. Dengan bersyukur berarti kita sadar bahwa Tuhan hadir. Tidak mungkin Jiwa yang ada dalam setiap manusia hadir ke bumi dengan tangan kosong atau tanpa bekal. 

Sekali lagi, janganlah mencari kesalahan pada orang lain bila kita meyakini bahwa kita semua hidup daam Tuhan. Dengan mencari kesalahan pada orang lain maupun lingkungan, kita sedana mematikan Tuhan yang ada dalam diri kita. Kita lupa sebagai burung slang yang hidup di lingkungan ayam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun