Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanda Apakah yang Ditunjukkan Oleh Pemalas?

9 Oktober 2024   06:30 Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain, sesungguhnya maknanya : Walaupun beraneka ragam, kita tetap satu adanya....

Bayangkan 3 (tiga) kali disebutkan kata SATU. Yang beda hanyalah bentuk luar, tetapi energi yang menggerakkan hanya SATU. Dengan kata lain, sesungguhnya setiap individu bagaikan pulau-pulau yang disatukan oleh lautan energi. Hanya karena kepicikan atau ketidaktahuan kita, maka kita membeda-bedakan. Yang berbeda adalah bagian luar, tetapi penggeraknya hanyalah SATU.

Dengan mengenal bahwa Dia Hyang Satu adanya juga ada dalam setiap orang, maka kita juga bisa mengubah diri kita sebagaimana kekuatan para suci. Celakanya, kita sering mengatakan : AKU HANYA MANUSIA BIASA....... MEREKA, 'KAN NABI/SUCI.

Dengan mengatakan bahwa kita 'hanya manusia biasa', kita merendahkan keilahian Dia. Tidak ada gunanya kata bersujud dan berkata bahwa kita penyembah Tuhan. Dengan kata lain, sesungguhnya kita tidak mengakui bahwa adanya Tuhan sebagai kekuata penggerak kita. Kita manafikkan Tuhan. Atau dengan kata lain, kita mengingkari Tuhan.

 Memberdayakan diri berarti kita menyembah Tuhan. Bukan hanya berdoa, tetapi kita tidak lagi mencari kesalahan orang lain, tetapi mesti bangkit dengan kekuatan Dia.

Segala sesuatu yang di atas bumi adalah bekal yang diberikan oleh Nya. Dengan bersyukur berarti kita sadar bahwa Tuhan hadir. Tidak mungkin Jiwa yang ada dalam setiap manusia hadir ke bumi dengan tangan kosong atau tanpa bekal. 

Sekali lagi, janganlah mencari kesalahan pada orang lain bila kita meyakini bahwa kita semua hidup daam Tuhan. Dengan mencari kesalahan pada orang lain maupun lingkungan, kita sedana mematikan Tuhan yang ada dalam diri kita. Kita lupa sebagai burung slang yang hidup di lingkungan ayam.

Sumber gambar : easineducation.com.au
Sumber gambar : easineducation.com.au

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun