Dalam suatu kisah di dalam kitab Injil, Jesus bercerita akan seorang pemilik kebun anggur.
Seorang pemiliki kebun anggur memperkerjakan parah pekerjanya. Ketika seorang pekerja mulai pagi diberikan upah sama dengan pekerja 1/2 hari. Nah pekerja yang 'merasa' kerja dari pagi melakukannya protes. Mengapa yang baru datang pada siang hari diberikan upah sama.Â
Inilah pikiran picik kita. Irihati karena merasa paling baik sehingga kita abai terhadap kebijakanNya. Yang sangat penting kita lakukan adalah fokus untuk perbakian diri sendiri. Dengan laku ini akan membuat kita bahagia dan sehat serta puas terhadap yang kita lakukan.
Setiap orang diberikan peran masing-masing. Satu hal lagi, bukan kah Dia juga yang bersemayam dalam diri kita? Sungguh menggelikan permainan Gusti, Dia yang menciptakan; Dia juga yang sedang bermain di panggung sandiwara.Â
Penyakit irihati atau kepicikan pikiran hanyalah membuktikan ketidakmampuan kita untuk melakukan tranformasi intelektual. Sangat sederhana, kepicikan muncul dari intelektual, bukan intelegensi atau buddhi.Â
Mohon maaf bila membingungkan pembaca atas artikel ini.........
Karena yang saya tuangkan juga merupakan kebingungan saya sendiri.............Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H