Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tidak Dibutuhkan Orang Kuat/Sakti untuk Perbaiki Keadaan

13 Agustus 2024   06:32 Diperbarui: 13 Agustus 2024   06:34 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang berharap ada seorang yang sakti mandraguna, super hero untuk memperbaiki korupsi atau perbuatan yang dianggap tidak adil di sekitar kita. Saya tertarik membahas ini karena terinpirasi film mengenai keadaan yang sama dengan situasi sekarang ini; banyak korupsi serta perbuatan yang kita anggap tidak adil.

Dalam film tersebut dikisahkan keadaan semua lini; baik pegawai pemerintah maupun swasta serta lingkungan pendidikan yang segalanya bisa diatur dengan uang. Pendek kata sepertri keadaan sekaranglah. Ketika seorang yang sedang sekarat pun dibawa ke rumah sehat/sakit, tetap saja tidak ada yang peduli bila tidak memberikan uang atau tips.

Sepertinya keadaan seperti ini memang sudah merupakan penyakit turunan. Ingatlah bahwa NOTHING IS NEW UNDER THE SUN, alias sami mawon situasinya.

Nah sekelompok orang muda yang merasa rehash dengan keadaan ini, kemudian meminta bantuan seorang pahlawan yang hebat/sakti untuk memperbaiki keadaan. Harapan mereka kelompok muda sangat idealis.

Harapan mereka terkabulkan, sang pahlawan kembali ke negara tersebut untuk memenuhi panggilan/harapan mereka yang merasa tertindas. Sang pahlawan pun menggunakan sosmed untuk berkomunikasi dengan masyarakat umum, termasuk para pemuda tersebut. Bukti bahwa si pahlawan hebat, karena  ia bertindak tegas terhadap anaknya sendiri yang melakukannya perbuatan korup. Sang pahlawan membunuh anaknya sendiri karena perbuatan yang tidak sesuai dengan sifat sang ayah yang jujur.

Dalam siaran langsung di FB, sang pahlawan berkata : "Sebelum membersihkan kotoran di luar, periksa dulu keadaan di rumah atau rumah tangga masing-masing." Hal ini memberikan inspirasi keberanian terhadap kelompok generasi muda tersebut. Mereka mulai memperhatikan keluarga masing-masing. Dengan bukti yang mereka peroleh, setiap anak muda berani melaporkan tindakan korup ayahnya, kakak iparnya, dan yang lain.

Pada awalnya, mereka begitu bangga dengan keberanian mereka..........

Salah satu anak muda melaporkan tindakan korupsi ayahnya. Dan akhirnya dipenjarakan. Sang ibu tidak terima terhadap sikap perlawanan anaknya. Karena puts asa, akhirnya sang ibu pun bunuh diri. 

Saat anaknya tahun, ia kembali untuk memperabukan ibunya. Namun kerabat serta tetangganya tidak memberikan ijin pada si anak untuk melihat mayat ibunya. Mulai timbul keraguan terhadap tindakannya. Puncaknya terjadi ketika ayahnya datang dari penjara untuk membakar mayat istrinya. Ia tidak memberikan kesempatan terhadap anaknya, karena dianggap menghianati. Ia merasa bahwa segala uang yang diperoleh dari perbuatan korupsi digunakan untuk membiayai anaknya.

Di ujung kisah yang tampaknya sangat heroik, akhirnya banyak masyarakat yang merasakan dampaknya. Banyak orang kehilangan pekerjaan. Misalnya seorang pengusaha kaya yang mengumpulkan harta melalui usahanya jadi bangkrut sehingga para karyawan diberhentikan. Sang pengusaha dibunuh oleh sang pahlawan, realitanya berujung banyak pengangguran. 

Ujung kisahnya, masyarakat merasa bahwa tindakan sang pahlawan membuat banyak orang yang menderita. Mereka beramai-ramai hendak membunuh sang pahlawan. 

Dikisahkan si anak muda yang mengharapkan kehadiran sang pahlawan pun menjadi sangat kecewa karena ibunya meninggal sebagai rasa putus asa tindakannya memenjarakan ayahnya sendiri...........

Bukan kah ini tidak beda dengan kondisi kita yang mengharapkan datangnya SATRIO PININGIT atau RATU ADIL. Semuanya mengharapkan keadaan di luar dapat dibersihkan dari ketidakadilan serta segala perbuatan korup yang merongrong keuangan negara.

Suatau hal yang mustahil. Keadaan di luar buruk karena pantulan dari dalam diri kita sendiri. Bila setiap orang bersedia memperbaiki diri sendiri, ya paling tidak berkurang satu orang yang 'edan' atau gila. 

So, tidak butuh seorang super hero  untuk memperbaiki lingkungan. Mulai dari diri sendiri dulu. Bukan kah Tuhan juga dalam diri setiap orang?

Jadi yang mesti diubah adalah kita sendiri. Keserakahan terjadi karena kita merasa terus kekurangan, tidak bersyukur. Dosa paling besar adalah bila tidak bisa bersyukur terhadap segala sesuatu yang telah kita terima. Buanyak sekali yang bisa kita syukuri. Dengan cara ini kita bisa melihat dengan jernih, namun jangan lupa bahwa dalam diri sendiri sesungguhnya banyak sampah atau kotoran yang mesti dibersihkan.  

Perasaan tidak  bersyukur berkaitan erat dengan ketidaksadaran bahwa dalam diri kita bersinggasana Tuhan. Dengan kata lain, keadaan sekitar bisa bersih bila setiap orang sadar bahwa SATRIO PININGIT atau RATU ADIL adalah keilahian dalam diri sendiri. Bila kita lalai, maka hidup kita dikendalikan oleh keserakahan indrawi kita sendiri.......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun