Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tidak Perlu Mengubah Keadaan di Luar

24 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 24 Juli 2024   06:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika saya menuliskan tema di atas, saya teringat kisah seseorang yang sangat mulia cita-citanya; 'Ingin Mengubah/Memperbaiki Negara' Sungguh mulia impiannya, namun ia melupakan satu hal yang amat sangat penting dan mendasar. 

Begitu melihat segala hal di negara, ia berpikir bahwa mengubah keadaan negara lebih baik merupakan perbuatan sangat mulia. Cita-cita dan semangat orang muda. 

Sayangnya, setelah ia berusia 40 tahunan, ia sadar bahwa tidak mungkin memperbaiki dunia, kemudian ia menurunkan targetnya untuk mengubah provonsinya. Segala hal telah ia lakkan untuk memperbaiki provonsinya, namun ketika usia sekitar 50 tahunan, tiada juga berubah provinsinya. Maka keinginannya diturunkan untuk mengubah  RT nya saja.

Usia menginjak 56, tidak juga ada perbaikan di lingkungannya, Pada usia 60 tahunan, ia mencoba lingkungan lebih sempit, keluarganya. Ah!!! ternyata tidak bisa juga. Ketika usia semakin tua, ia jatuh sakit. Saat berbaring, baru dirinya tersadarkan bahwa yang mesti diubah adalah dirinya terlebih dahulu. Bila setiap individu bisa berubah, maka dalam sekejap lingkungan serta negara juga berubah menjadi baik.

 Pada umumnya, kita semua tidak sadar bahwa perubahan atau perbaikan semestinya dimulai dari diri sendiri. Kita mesti memulainya dari muda semasa energi yang kita miliki masih besar. Ibarat kita ingin membantu seseorang yang sedang tenggelam, bila kita tidak bisa berenang, tiada gunanya membantu orang yang sedang tenggelam. Sangat membahayakan diri sendiri.

Tampaknya sangat egois, karena semata fokus untuk memperbaiki diri sendiri, jangan lupa bahwa saat pesawat sedang lepas landas, take off, pramugari telah mengingatan kita bahwa bila terjadi masalah dalam pesawat terbang, tolonglah diri sendiri terlebih dahulu, baru kita bisa membantu orang lain.   

Dengan adanya keinginan untuk membantu orang lain, kita telah melupakan bahwa keberadaan kita di dunia ini karena adanya keburukan dalam diri kita, Oleh karena itu, bantulah orang lain dengan cara memberdayakan diri sendiri terlebih dahulu. Dengan cara ini, kita memiliki energi yang bisa digunakan untuk membantu orang lain. Atau lebih tepatnya malyani orang lain. Memang siapa diri kita sehingga bisa membantu orang lain.

Istilah membantu orang adalah kesombongan atau arogansi, seakan kita lebih hebat dari yang dibantu. Bila pemahaman sedikit diubah, maka kita menempatkan mereka lebih mulia. Bukankah alam ini juga melayani kehidupan kita dengan cara mereka menyediakan makanan?

Satu hal yang sering kita lupa saat ini; "Mari kita menyelamatkan bumi"

Benarkah kalimat ini?

Inilah arogansi manusia, memang siapa diri kita sehingga bisa menyelamatkan bumi?

Realitanya adalah bahwa diri kita diselamatkan oleh alam dengan cara menyediakan bahan makanan. Tanpa adanya kebaikan alam, kita tidak bisa hidup. Oleh sebab itu, kita melayani alam demi kebaikan kita sendiri. 

Zaman dahulu leluhur kita menyebutnya animisme. Akibat kekeliruan umum, maka animisme dianggap menyembah pohon dan butan. Padahal arti kata ini adalah kehidupan. Jadi leluhur kita menghormati dan menyayangi tanaman besar atau pohon besar semata agar sumber air di sekitar pohon terjaga dengan baik. 

Sayangnya, begitu adanya kepercayaan pendatang bahwa menjaga atau melestarikan pohon demi menjaga kelestarian lingkungan dianggap menyembah berhala, maka penganut animisme dipojokkan. Akibatnya?

Banyak bencana alam seperti banjir bandang serta longsor akibat penebangan pohon demi keuntungan mereka yang tidak hidup selaras dengan alam. Kita tidak bisa lagi melayani lingkungan dengan cara menjaga alam sekitar. Inilah cara terbaik melayani Tuhan

https://www.satuharapan.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun