Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Janganlah Mengikuti Budaya Atau Tradisi Non Lokal

7 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 7 Juli 2024   06:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengikuti Tradisi Bukan Lokal mendorong kita xelenceng dari tujuan utama kelahiran kita di bumi ini.

Mengapa kita lahir di tempat ini?

Semuanya sudah diatur atau dirancang oleh alam semesta. Tempat kita lahir saat ini adalah tempat yang paling tepat atau sesuli. Oleh sebab itu, janganlah mengikuti atau adopsi budaya atau kebiasaan bukan dari tanah tempat kelahiran kita. Mengapa?

Mari kita renungkan bersama........

Hidup kita merupakan suatu kontinyuitas, suatu keberlangsungan dari satu masa kehidupan ke kehidupan selanjutnya. Tidak percaya?

Coba dipikirkan lagi. Saat kita meninggal atau mati, apa yang dibawa oleh kita? Badan atau tubuh ditinggalkan. Yang masih ada adalah roh. Roh terdiri dari pikiran dan perasaan. Dengan kata lain, segala pikiran dan perasaan serta semua obsesi yang belum terpenuhi selama kita hidup tetap dibawa oleh si roh.

Saat kematian, banyak orang yang menceritakan pengalamannya bahwa saat akhir kematian, selama beberapa detik dipertontonkan film singkat tentang kehidupan kita. Perlu diketahui bahwa saat masih dalam kandungan, sang roh memilih rahim seorang ibu. Sebelum kelahiran, oleh Sang Maha Sumber ditunjukkan tentang tujuan kelahiran saat ini; inilah tujuan hidup.

Sayangnya, saat kita lahir semuanya ditutup dengan sempurna oleh Dia juga. Seakan kita lahir bagaikan kertas polos/kosong. Padahal sesungguhnya tidak demikian. Ibarat si roh ini bagaikan perangkat lunak yang menyimpan memori dari segala kehidupan. Dengan demikian setiap roh tidaklah polos atau bagaikan kertas kosong. Mungkin ada yang tidak percaya, silakan saja.

Namun jika mau dibuktikan, mengapa setiap orang memiliki nasib peruntungan yang berbeda? Maka pemahaman saya adalah bahwa setiap orang telah membawa sesuatu sehingga mendapatkan akibat. Hukum alam yang tidak bisa ditawar lagi adalah hukum sebab-akibat. Siana yang menanam, ia juga yang menuai. Jadi segala sesuatu yang kita alami merupakan buah tanaman masa lalu. Tidak ada yang terjadi dengan tiba-tiba.

Kembali ke tujuan tempat kita dilahirkan.

Dengan memahami, bagi saya, tempat lahir kita saat ini merupakan tempat paling tepat bagi roh yang berada dalam diri kita untuk menyelesaikan hutang/perbuatan di masa lalu. Kita dilahirkan di tempat ini juga karena keinginan sendiri. Oleh sebab itu kita juga telah memilih untuk mengikuti tradisi atau budaya yang sesungguhnya juga kita inginkan. Bukan diinginkan oleh orang lain. Alam semesta hanyalah mefasilitasi keinginan kita sendiri.

Bagi pemahaman saya, silakan bila punya cara pandang beda, dengan demikian segala sesuatu yang ada di tempat kita lahir, baik makanan yang berasal dari bumi tempat kita lahir adalah yang paling sesuai untuk pertumbuhan evolusi kesadaran atau Jiwa kita. Demikian juga tradisi atau budayanya.

Jadi bila kita memilih budaya atau tradisi yang bukan sejenis dengan tempat kita lahir, dapat dipastikan tidak sesuai dengan tujuan keinginan kita lahir. Ini bisa dibuktikan dengan perasaan kita. Seperti ada yang tidak 'match' atau ada yang mengganjal dalam hati kita. Ini bisa dirasakan oleh kita sendiri. Silakan teliti sendiri.....

Dari pemilihan agama atau kepercayaan saja, dari kecil kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih. Enak atau tidak sih? Dapat dipastikan bila bukan dari keinginan nurani atau dalam diri kita, kita seungguhnya tidak memiliki kebebasan lagi. Kita telah menjadi budak dari lingkungan kita. Ingatlah bagaimana keadaan seorang budak, sama sekali tidak bisa memilih. Dengan kata lain, sesungguhnya sejak kecil kita telah dibawa ke arah yang sama sekali tidak sesuai dengan tjuan kita lahir di tempat yang sesungguhnya kita inginkan.

Tanpa disadari, kita telah menjadi budak dari lingkungan kita, dimulai dari orang tua. Namun demikian, alam semesta adil adanya. Dalam perjalanan kehidupan, Dia Hyang Maha Berkah akan menunjukkan arah lagi kepada kita. Banyak cara dan jalan yang ditunjukkan oleh Nya. Dia Hyang Maha Berkah akan menuntun kita kembali ke arah yang tepat atau sejalan dengan tujuan kita lahir. Yang dibutuhkan adalah keterbukaan diri untuk melakoninya. Di sinilah kita butuh keberanian untuk memilah dan memilih. Gunakan Neocortex yang kita miliki.........

https://www.kompasiana.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun