Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bijakkah Kita Donor Anggota Tubuh?

15 Mei 2024   06:30 Diperbarui: 15 Mei 2024   06:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mohon maaf, mungkin banyak yang akan langsung menjawab bahwa mendonorkan anggota tubuh merupakan tindakan yang mulia. Pendapat ini sah-sah saja, namun mohon dimaafkan bila saya memiliki pendapat yang beda. Singkat kata, saya tidak bersedia mendonorkan organ tubuh saya. Walaupun tahu bahwa secara moral hal tersebut 'tampaknya' sangat mulia dan bijak.

Saya dulu, sebelum memahami tentang bahwa segala organ tubuh bisa merekam segala sesuatu serta adanya korelasi antara tubuh dan perjalanan selanjutnya sang jiwa individu, saya bisa menyetujui bahwa mendonorkan organ tubuh sebagai perbuatan mulia.

Setiap anggota tubuh kita memiliki kemampuan merekam, karena sebagian besar tubuh kita mengandung cairan. Dan sebagaimana hasil penelitian Masaru Emoto tentang kemampuan rekam dari cairan terhadap segala hal, saya memutuskan tidak bersedia mendonorkan anggota atau organ tubuh saya bagi orang lain. 

Sebelum saya menjelaskan alasannya, saya akan bercerita tentang kisah yang membuat saya menimbang untuk berpikir ulang tentang donor organ tubuh.

Dahulu kala, di India ada seorang kaya raya yang mempunyai anak yang buta, bukan sejak lahir, tetapi akibat kecelakaan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan kornea mata dari seorang yang bersedia memberikan donor mata. 

Ternyata ada seseorang yang bersedia mendonorkan atau mungkin ada info dari seseorang bahwa bisa diperoleh donor kornea. Singkat cerita, pencangkokan kornea mata pun sukses sehingga si anak bisa lagi melihat seperti sedia kala. Tetapi ada hal yang aneh di balik kesuksesan operasi kornea mata tersebut.

Sejak si anak bisa melihat lagi, perlaku si anak berubah drastis. Sebelum si anak menerima kornea mata, perilakunya sopan dan baik, namun semenjak bisa melihat dengan kornea mata baru, si anak menjadi begitu agresif bila melihat wanita. Ia bisa melihat dengan jelelatan dan penuh nafsu birahi, seakan ingin menelan si cewek cantik. Hal ini tentu sangat mengherankan dan meresahkan keluarganya mengingat keluarga tersebut terpandang serta sangat menjaga etika sopan santun.

Setelah ditelusuri agak lama, ternyata baru diketahui bahwa kornea mata tersebut dahulunya milik seseorang penjahat yang suka berbuat tidak senonoh terhadap wanita. Wah sangat erat korelasinya denga hasil penelitian Mazaru Emoto.

Kornea mata merupakan cairan sehingga sangat mudah merekam segala sesuatu, jadi tidak mengherankan bahwa perilaku si anak sangat berubah semenjak menggunakan kornea mata tersebut. Inilah bahayanya memiliki kornea mata yang tidak jelas kepemilikan awalnya. Jadi kita harus hati-hati saat menerima donor organ tubuh dari orang lain.

Sekarang kita membahas tentang halangan yang bisa terjadi bila organ tubuh yang kita donorkan terhadap orang lain setelah meninggal dunia.

Setelah tubuh kita mati, karena memang habis waktunya untuk berada di bumi ini, roh yang terdiri dari pikiran serta perasaan akan melanjutkan perjalannya. 

Antara tubuh kasar dan roh terhubungkan oleh tali perak atau 'silver cord'. Sang Roh tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan cepat bila masih terhubung oleh tali perak tersebut dengan tubuh kasar. Selama si benang perak tidak putus, selama itu pula si roh tidak bisa melanjutkan perjalannya. Inilah sebabnya orang yang memahami adanya keterikatan ini, dalam tradisi tertentu membakar jenasahnya sehingga dengan cepat memutuskan benag perak tersebut. Dengan terputusnya benang perak, si roh bisa meneruskan perjalannya.

Nah, sekarang bagaimana bila kita mendonorkan organ tubuh kita.

Bila organ tubuh kita didonorkan,  artinya masih tertinggal di dunia. Dengan kata lain, organ tubuh kita masih texikat denga roh kita. Hal ini bisa menghambat perjalanan roh karena ada bagian tubuh kita yang ada pada tubuh orang lain. 

Bila orang tersebut, orang yang kita berikan donor, memiliki perbuatan yang baik, tidak menjadi masalah bagi roh kita. Namun bila ternyata orang tersebut melakukan perbuatan yang buruk , damat dipastikan roh kita akan mengalami penderitaan di alam sono. Wah sungguh menderita perjalanan roh kita.

Dengan memperhatikan kisah dan kemungkinan yang bisa terjadi di atas, saya pribadi telah memutuskan untuk tidak akan memberikan organ tubuh untuk orang lain. Silakan bila ada yang tidak mempercayai uraian saya di atas. Bukan kah setiap orang memilki kebebasan? 

Keyakinan serta kepercayaan orang unik adanya. Tidak akan sama.......

http://amiyorizakaria.blogspot.com/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun