Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Matilah Semasa Masih Hidup

21 April 2024   06:30 Diperbarui: 21 April 2024   06:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.youtube.com/

Saya dulu tidak memahami makna istilah, 'Mati Sakjroning Urip'; "Matilah Semasa Masih Hidup' Bagaimana mungkin?

Setelah saya mengikuti meditasi di Anand Ashram yang didirikan oleh Guruji Anand Krishna sejak tahun 2001, saya sedikit demi sedikit memahami pepatah Jawa di atas. 

jangan begitu terganggu dengan istilah Guruji. Karena ini merupakan istilah untuk penghormatan, artinya : 'Tuan Guru' atau Bapak Guru. Itu saja, bukan merupakan panggilan istimewa. Karena memang saya juga mengerti tentang arti Guru dari beliau. Guru berarti seorang yang memberikan penerangan, baik dalam istilah pengetahuan maupun dalam hal lain. Butuh kah kita seorang Guru?

Wah sangat butuh. Sejak kecil bila tidak ada yang mengajari bagaimana cara cebok, kita tidak akan bisa sendiri. Membaca pun kita butruh seorang guru untuk mengajari. Bahkan berjalan pun harus ada yang memberitahu. Beda dengan hewan, mereka bisa jalan tanpa bantuan seseorang. Apalagi untuk mendapatkan PENGETAHUAN SEJATI; pengetahuan tentang diri sejati. Mungkin ada yang membantah, kita ga butuh pengetahuan sejati.

Sayangnya, hanya seseorang yang tidak mau terjebak dalam dunia benda yang butuh seorang Guru Sejati. Bagi saya, bila tidak ada seorang Guru Sejati, maka saya akan terjebak dalam dunia benda yang serba ilusif. Semua benda tidak bersifat abadi, sesaat ada di saat lain akan lenyap. 

Pengetahuan tentang diri sejati sangat dibutuhkan oleh mereka yang memahami identifikasi kepalsuan diri. Banyak orang yang sangat mengidentikan dirinya dengan gelar. Ia bisa memburu gelar sepanjang hidup. Banyak pengetahuan yang dikumpulkan, namun semuanya bisa hilang dalam sekejap. Mungkin banyak yang tidak percaya, bagaimana bila orang tersebut mengalami benturan di bagian kepala yang mengganggu syaraf otak? Semua pengetahuan yang diperoleh dari bangku kuliah bertahun-tahun terlupakan semuanya.

Demikian pula segala harta benda, kecantikan, dan ketampanan bisa hilang dalam sesaat. Bayangkan bila kita memburu materi sepanjang hidup, ada senang karena terpenuhi, saat barang tersebut hilang, kita menderita. Keterikatan terhadap suatu benda atau meteri bisa membuat kita menderita.

Dengan memahami pengetahuan sejati, kita bisa tetap fokus kepada Hyang Maha Membahagiakan, Tuhan Rahmat Alam Semesta yang memberikan kehidupan.

Percikan Dia yang bersemayam dalam setiap manusia yang membuat kita hidup. Keinginan yang digerakkan dari pikiran serta perasaan membuat kita menderita. Keinginan untuk membandingkan antara kita dan tetangga membuat kita irihati atau marah atau cemas, da lain sebagainya. Perasaan seperti ini membuat kita hidup daam penderitaan.

Dari mana muncul keinginan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun