Ketika seseorang melakukan sesuatu dengan sangat emosi, ia dikatakan sedang 'kesetanan'. Pikiran pendek karena merasa seseorang dalam ancaman, ia bisa melakukannya sesuatu yang di luar nalar.Â
Pada umumnya manusia sangat mudah mengalami kesetanan ketimbang ketuhanan. Banyak orang mengalami 'kesetanan', tetapi sedikit sekali orang sangat baik sehingga disebut sedang 'ketuhanan' Lucu juga ya...
Karena memang ke duanya berangkat dari pemahaman yang berbeda. Kesetanan adalah bentuk emosi. Sementara ketuhanan adalah rasa. Banyak orang seringkali sulit membedakan antara emosi dan rasa. Emosi terjadi karena adanya pemicu dari luar. Sementara rasa murni dari dalam diri. Dan itu secara alami terbawa sejak lahir......
Mengapa fenomena perilaku 'kesetanan' ini sangat mudah terjadi?
Sifat buruk yang berupa emosi terjadi karena bentukan lingkungan. Kebiasaan perbuatan yang tidak sadar di sekitar kita sangat mudah menular. Ini sangat wajar karena kebanyakan dari kita hidup di tengah masyarakat yang tidak sadar. Selain itu juga alasan kat mengapa kita lahir merupakan magnet penarik daam pembentukan perlaku buruk, reaktif.
Kesadaran bahwa tujuan utama manusia itu datang ke bumi ini untuk meningkatkan kualitas jiwa banyak belum dimengerti. Perasaan takut akan hukuman mendorong seseorang melakukan sesuatu karena rasa takut, bukan melakukan secara sadar bahwa ia butuh. Atau hanya ikut-ikutan karena takut dianggap tidak mengikuti tren. Bila ditelusuri berdasarkan otak, orang tersebut masih menggunakan otak reptil.Â
Dalam hal memluk keyakinan atau kepercayaan pun, kita hanya pengaruh lingkungan, bukan atas dasar panggilan dari dalam diri. Dalam mengikuti keyakinan tertentu pun Pada umumnya terjadi karena dicekokin. Padahal orang yang berkeyakinan tertentu pun belum tentu berketuhan. Tetapi manusia yang hidup dalam ketuhanan dapat dipastikan beragama.Â
Emosi terjadi karena adanya sinkronisasi antara kondisi hati dalam diri dan pemicu dari luar. Jika saja kondisi hati tidak dalam keadaan negatif, sehebat apapun pemicu dari luar tidak bakalan menjadikan manusia kesetanan. So, solusinya: 'benahi keadaan hati terlebih dulu baru memperbaiki keadaan di luar'. Tidak mungkin seseorang memperbaiki keadaan di luar tetapi kondisi hatinya masih amburadul. Emosi adalah energi yang terbentuk dan menggumpal di hati kita. Dan berdasarkan hasil penelitian, emosi ini hanya berlangsung 20 detik. Bila kita mampu mengendapkan, tidak reaktif, sesaat kemudian energi ini juga hilang dengan sendirinya.
Seseorang tampaknya tenang, tetapi tiada seorangpun tahu suatu saat akan terjadi ledakan yang dahsyat sehingga seperti kesetananpun terjadi. Bisa saja seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin saat istrinya diganggu atau sekarang yang sering terjadi, seorang suami bisa membunuh karena tidak mau diceraikan. Mengapa?
Karena memang jiwanya sakit akibat pendaman emosi yang menumpuk. Perasaan takut ditinggalkan, kembali penggunaan otak reptil sebagai pemicu emosi. Pemicu yang menurut pandangan umum remeh, walau sekecil apapun; ledakn emosi alias 'kesetanan' bisa terjadi. Pendaman energi emosi negatif seperti ini tidak dapat dibersihkan hanya mendengarkan ceramah saat pergi ke tempat-tempat ibadah. Harus disalurkan melalui Katarsis. Suatu cara untuk melampiaskan kejengkelan. Istilah ini sangat dikenal baik oleh para psikolog. Tetapi mereka sendiri jarang yang memahami caranya.
Emosi bukanlah jati diri manusia. Sayangnya banyak orang tidak menyadari hal ini. Sehingga banyak orang yang saya kenal dengan bangga mengatakan bahwa ia tidak dapat memaafkan si A. Sampai kapanpun. Inilah emosi...... Berita baiknya, emosi ini bisa dilenyapkan karena bukan alami bawaan manusia. Emosi adalah reaksi kimia yang hanya sesaat berlangsung, kemudian membentuk sinap dalam jaringan syaraf otak.
Rasa adalah bawaan alami manusia. Tetapi rasa ini tertutup oleh kenginan yang berwujudkan nafsu. Suatu keinginan adalah bentuk kebutuhan yang berlebihan. Kebutuhan ini sangat terbatas, tetapi keinginan tidak terbatas. Dari Mahatma Gandhi :" BUMI INI MAMPU MEMENUHI KEBUTUHAN SEMUA ORANG TETAPI TIDAK AKAN BISA MEMENUHI KEINGINAN SATU ORANG"
Ketuhanan berasal dari rasa sejati manusia. Ia tersembunyi dalam hati. Ia sesungguhnya sudah ada dari awal terbentuknya manusia. Penggerak tubuh manusia adalah Jiwa, nah Jiwa ini adalah percikan Hyang Maha Agung. dengan kata lain, aslinya manusia mulia. Inilah rasa sejati.
Begitu kuatnya keinginan manusia. Bila berlebihan menjadi keserkahan. Sampai-sampai ia jadi budak keinginan.Rasa sejati ini tertutup oleh pergaulan yang tidak menunjang. Rasa sejati ini tidak perlu dicari. Cukup singkirkan keinginan-keinginan yang tidak menunjang perkembangan bathin. Demikian juga Tuhan. Tidak perlu dicari. Dia sudah ada dalam setiap diri manusia. Dia tertimbun di balik keinginan manusia yang cenderung menjadikan dirinya setan. Jadi setan hanyalah bentuk pikiran yang serakah dan tidak kenal puas. Bahkan sesungguhnya ia lebih buas dari hewan. Hewan sebuas apapun tidak bakal memangsa anaknya. Manusia akan memangsa anaknya dengan cara mengorbankan sebagai budak nafsu seksualitasnya.
Lebih mudah mengalami kesetanan daripada ketuhanan. Karena dasar manusia lahir dengan membawa beban pikiran dan perasaan kehidupan masa lalu yang belum tuntas.Â
Sesungguhnya banyak manusia yang sudah mengalami ketuhanan. Hanya porsinya sangat sedikit jika dibandingkan yang mengalami kesetanan. Mengapa???Â
Karena manusia lahir ke dunia disebabkan kecacatannya. Ini yang disebut penyakit inti. Penyakit bawaan dari alam sono. Inilah penyebab utama kelahiran. Penyakit yang lain bukan penyakit inti. Dari masuk angin sampai tumor ganas yang mengancam jiwapun bukan penyakit inti. Tujuan kelahiran adalah menghapuskan penyakit inti. Penyakit inti ini terjadi karena adanya hukum sebab-akibat.....
Rasakan ketuhanan........
Lenyapkan kesetanan...............
Ke duanya adalah pilihan. Dan bukan karena kehendak Ilahi. Jika anda menganggap itu karena kehendak Tuhan, berarti anda memang tidak mengenal Tuhan.......
Itu karena kebodohan dan kemalasan kita sendiri.....
https://khazanah.republika.co.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H