Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kesetanan VS Ketuhanan

9 April 2024   06:30 Diperbarui: 9 April 2024   06:40 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika seseorang melakukan sesuatu dengan sangat emosi, ia dikatakan sedang 'kesetanan'. Pikiran pendek karena merasa seseorang dalam ancaman, ia bisa melakukannya sesuatu yang di luar nalar. 

Pada umumnya manusia sangat mudah mengalami kesetanan ketimbang ketuhanan. Banyak orang mengalami 'kesetanan', tetapi sedikit sekali orang sangat baik sehingga disebut sedang 'ketuhanan' Lucu juga ya...

Karena memang ke duanya berangkat dari pemahaman yang berbeda. Kesetanan adalah bentuk emosi. Sementara ketuhanan adalah rasa. Banyak orang seringkali sulit membedakan antara emosi dan rasa. Emosi terjadi karena adanya pemicu dari luar. Sementara rasa murni dari dalam diri. Dan itu secara alami terbawa sejak lahir......

Mengapa fenomena perilaku 'kesetanan' ini sangat mudah terjadi?

Sifat buruk yang berupa emosi terjadi karena bentukan lingkungan. Kebiasaan perbuatan yang tidak sadar di sekitar kita sangat mudah menular. Ini sangat wajar karena kebanyakan dari kita hidup di tengah masyarakat yang tidak sadar. Selain itu juga alasan kat mengapa kita lahir merupakan magnet penarik daam pembentukan perlaku buruk, reaktif.

Kesadaran bahwa tujuan utama manusia itu datang ke bumi ini untuk meningkatkan kualitas jiwa banyak belum dimengerti. Perasaan takut akan hukuman mendorong seseorang melakukan sesuatu karena rasa takut, bukan melakukan secara sadar bahwa ia butuh. Atau hanya ikut-ikutan karena takut dianggap tidak mengikuti tren. Bila ditelusuri berdasarkan otak, orang tersebut masih menggunakan otak reptil. 

Dalam hal memluk keyakinan atau kepercayaan pun, kita hanya pengaruh lingkungan, bukan atas dasar panggilan dari dalam diri. Dalam mengikuti keyakinan tertentu pun Pada umumnya terjadi karena dicekokin. Padahal orang yang berkeyakinan tertentu pun belum tentu berketuhan. Tetapi manusia yang hidup dalam ketuhanan dapat dipastikan beragama. 

Emosi terjadi karena adanya sinkronisasi antara kondisi hati dalam diri dan pemicu dari luar. Jika saja kondisi hati tidak dalam keadaan negatif, sehebat apapun pemicu dari luar tidak bakalan menjadikan manusia kesetanan. So, solusinya: 'benahi keadaan hati terlebih dulu baru memperbaiki keadaan di luar'. Tidak mungkin seseorang memperbaiki keadaan di luar tetapi kondisi hatinya masih amburadul. Emosi adalah energi yang terbentuk dan menggumpal di hati kita. Dan berdasarkan hasil penelitian, emosi ini hanya berlangsung 20 detik. Bila kita mampu mengendapkan, tidak reaktif, sesaat kemudian energi ini juga hilang dengan sendirinya.

Seseorang tampaknya tenang, tetapi tiada seorangpun tahu suatu saat akan terjadi ledakan yang dahsyat sehingga seperti kesetananpun terjadi. Bisa saja seseorang menjadi pembunuh berdarah dingin saat istrinya diganggu atau sekarang yang sering terjadi, seorang suami bisa membunuh karena tidak mau diceraikan. Mengapa?

Karena memang jiwanya sakit akibat pendaman emosi yang menumpuk. Perasaan takut ditinggalkan, kembali penggunaan otak reptil sebagai pemicu emosi. Pemicu yang menurut pandangan umum remeh, walau sekecil apapun; ledakn emosi alias 'kesetanan' bisa terjadi. Pendaman energi emosi negatif seperti ini tidak dapat dibersihkan hanya mendengarkan ceramah saat pergi ke tempat-tempat ibadah. Harus disalurkan melalui Katarsis. Suatu cara untuk melampiaskan kejengkelan. Istilah ini sangat dikenal baik oleh para psikolog. Tetapi mereka sendiri jarang yang memahami caranya.

Emosi bukanlah jati diri manusia. Sayangnya banyak orang tidak menyadari hal ini. Sehingga banyak orang yang saya kenal dengan bangga mengatakan bahwa ia tidak dapat memaafkan si A. Sampai kapanpun. Inilah emosi...... Berita baiknya, emosi ini bisa dilenyapkan karena bukan alami bawaan manusia. Emosi adalah reaksi kimia yang hanya sesaat berlangsung, kemudian membentuk sinap dalam jaringan syaraf otak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun