Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mau Tidak Mau; Suka Tidak Suka Harus Lahir Kembali

28 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 28 Februari 2024   06:41 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ga percaya???

Bila tidak lahir lagi berarti berlawanan dari yang tertera di dalam salah  satu kitab suci yang diwariskan oleh seorang utusan. Pada kitab tersebut dituliskan sebagai berikut :

'Setiap anggota tubuh bertanggung jawab atas perbuatannya'

Jadi mungkinkah bila setelah melakukan perbuatan kekerasan terhadap sesama manusia atau makhluk hidup, kemudian meninggal, kita terbebaskan dari hukum alam : Sebab-Akibat?

Enak sekali ya...

Misalnya kita pernah menyakiti hati seseorang, kemudian tidak merasakan balasan... 

Jelas ini tidak sesuai dengan kalimat di atas. Ucapan yang menyakitkan hati orang pasti akan diterimanya. Atau bila kita melakukan perbuatan memukul orang lain dengan tangan kita sehingga orang tersebut merasakan sakit salah satu bagian tubuhnya. Bukan kah anggota tubuh kita mesti bertanggung jawab dengan menerima balasan atas kesakitan yang kita lakukan?

Bila kita mengacu kalimat atau ayat yang dituliskan pada kitab suci, ya setiap anggota tubuh juga mesti mengalami pembalasan rasa sakit yang sama. Dengan kita menganggap bahwa tidak lahir lagi untuk merasakan balasan akibat perbuatan kita, sesungguhnya kita ingkar terhadap ayat yang dituliskan oleh seorang utusan yang kita yakini kemuliaanya.

Bila yang memukul tangan, ya harus menerima balasan tangan kita juga. Inilah yang disebutkan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan memahami kalimat di atas, maka bagian fisik kita harus lahir kembali untuk bertanggung jawab..

Solusi agar kita tidak lahir kembali, ya jangan membiarkan salah satu tubuh kita menciptakan sebab sehingga tidak ada akibat balasan. Bukah kah hukum alam yang tidak terbantahkan adalah hukum Sebab-Akibat?

Dengan kita mesti bertanggung jawab atas segala perbuatan kita, kita tidak ada pilihan untuk hidak lahir kembali. 

Adalah penyesalan dari pikiran yang mendorong untuk lahir kembali...

Bukan merupakan suatu rahasia bahwa pada detik terakhir kita akan meninggalkan badan ini, Dia Hyang Mahakuasa memberikan penglihatan atau flashback atau kilasan singkat. Sangat singkat segala perbuatan kita selama hidup di dunia benda ini. Dengan melihat segala perbuatan kita, kita bisa melakukannya evaluasi tentang perbuatan kita dengan tujuan utama lahir di bumi ini.

Ya, bagaikan kita melakukan ujian akhir di sekolah/perguruan tinggi. Ketika sang dosen berkata dan mengingatkan bahwa jawaban soal yang kita buat belum benar alias salah, dia bertanya : 'Mau ujian susulan atau ulangan agar lulus?'

Dapat dipastikan, kita menjawab : 'SIAP Pak'...

Bukan kah kita demikian bila ternyata segala perbuatan kita di dunia masih belum sesuai dengan janji sebelum lahir. Bisa direnungkan bahwa kita lahir adalah untuk bertanggung jawab atas segala perbuatan dari tubuh fisik kita. Mau tilak mau; suka tidak suka kita mesti menjalani proses alami tersebut. Memang siapa kita bisa terhindarkan dari hukum alam???

Ingatlan teman-teman, tiada satu pun yang bisa terbebaskan dari hukum alam : Tabur - Tuai...

Celakanya, saat lahir kita ditutup oleh alam atau katakan Tuhan dengan sangat rapat sehingga kita bisa saja lupa tujuan utama kelahiran, yaitu mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita.

Dengan kata lain, kita lahir lagi karena ada penyakit yang harus disembuhkan, bayar hutang perbuatan. Kenapa mesti ditutup dengan rapat? Inilah yang disebut tumor dari pikiran kita...

Ya bisa kacau dunia ini bila kita bisa ingat bahwa seorang teman pada hidup sekarang adalah seorang yang telah menyakiti tubuh kita di masa kelahiran atau kehidupan sebelumnya.....

Bila kita bisa ingat semuanya, ka caulah dunia ini. Inilah kebesaran Dia Sang Maha Pelupa, yaitu yang membuat kita lupa segala hubungan masa lalu di antara kita. Seakan baru ketemu pada kehidupan ini...

Segala sesuatu perbuatan kita di alam ini direkam secara rapi. Baik dibalas baik; Buruk dibalas buruk . Hanyalah kelicikan dari pikiran kita yang menyetimbangkan perbuatan baik dan buruk. Inilah cara berpikir manusia yang licik. Alam Semesta tidak bisa kita samakan dengan pola pikir manusia seperti itu..... 

https://thecolumnist.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun