Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Bisa Hidup Tanpa Kesadaran Sang Aku

19 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 19 Februari 2024   06:45 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Manusia Bisa Bergerak

Dari buku Atma Bodha by Anand Krishna, saya kutipkan infonya:

'Pertemuan antara mind ,energi, dan elemen-elemen alami menciptakan dan menggerakkan badan. Kurang satu pun unsur alami badan tidak ada. Kurang mind , badan tidak ada. Kurang energi, badan tidak ada.'

 

Orang yang bisa hidup tanpa adanya Kesadaran Sang Aku. Kesadaran Sang Aku inilah sang kusir.  Tubuh kasar kita terbuat dari 5 (lima) unsur alam: Bumi/Tanah, Air, Api,  Angin/Udara, dan Ruang. Dalam tradisi lain, China misalnya, yang disebut elemen alam beda. Karena dalam tradisi China unsur tanah diuraikan lagi: Unsur kayu dan besi. Padahal dua unsur ini sesungguhnya merupakan unsur yang berasal dari tanah/bumi. Sedangkan unsur ruang tidak pernah disebutkan sebagai unsur alam. Padahal tanda ruang tidak satu pun benda bisa eksis.

Jadi pertemuan antara mind (gugusan pikiran dan perasaan); energi; dan elemen-elemen alam sebagai sumer penggerak tubuh kita. Indra dan tubuh kita sebagai kuil atau bangunan tempat Kesadaran Sang Aku sebagai kusir atau pengendali lima unsur panca indra sebagai kuda dari kereta tubuh.

Bila sang kusir dikendalikan atau diperbudak oleh kuda indrawi bisa bergerac dengan liar tanpa kendali. Sang Kusir tidak mampu mengendalikan kereta/tubuh kita. Siana sesungguhnya Sang Kusir yang semestinya sebagai pengendali agar si tubuh/kereta bisa jalan di jalur yang tepat?

Bila kita ibaratkan Tuhan, atau Hyang Widhi, atau Tao (China), atau Brahman (Hindu), atau apa pun sebutan yang disematkan kepada Dia Hyang Maha Tunggal sebagai matahari, maka cahaya matahari sebagai bukti eksistensinya. Kemudian yang disebut Kesadarn Sang Aku berupa sinar yang masuk ke dalam setiap rumah atau tubuh kita. Ya, kita merupakan percikan Cahaya Ilahi. Mungkin ada istilah 'Kutiupkan diriKu agar kau,manusia, hidup'

Dalam tradisi Hindu, sinar ini disebut Jiwa Individu atau Jivatma. Kumpulan Jivatma sebagai Cahaya matahari/Tuhan/Brahman atau apa pun sebutannya. Semua sebutan benar adanya, karena tiada satu pun yang mengetahui Dia. Bukan kah kita semua berada daam Dia? Ibarat kita semua berada di dalam suatu rumah sejak lahir . Sehingga kita tidak tahu bentuk luar dari rumah yang kita tinggali. Bila kita bisa tahu bentuk rumah, berarti kita terpisah dari rumah. Dengan kata lain: 'Ada dua individu' Jelas tidak mungkin, karena kita dengan Dia/rumah bukan dua objek yang berbeda.

 Bisa kah Manusia Hidup Tanpa Jiwa?

Sangat bisa. Banyak orang bisa hidup tanpa Kesadaran Sang Aku (Jiwa)...

Akibatnya, mereka hanya hidup sebagai budak panca indra. Mengejar kenyamanan indra semata. Ya bagaikan hewan, karena semata hidup dengan otak mamalia dan reptil. Hewan reptil hidup berdasarkan lawan (fight) atau lari (flight). Sedangkan otak mamalia sudah lebih maju karena memiliki emosi. 

Jadi bila kita hidup sepenuhnya berdasarkan emosi; reaktif, maka kita hidup sebagai hewan bertubuh manusia. Hidup tanpa memikirkan perasaan atau kepentingan bersama. Ada seperti ini? Sangat banyak disekitar kita. Janganlah mencari pembenaran bahwa kita tidak demikian. Selama pola pikir kita belum sebagaimana pesan para suci :'Perlakukan sesamamu sebagaimana dirimu ingin diperlakukan', selama itu pula kita belum hidup tanpa Kesadaran Sang Aku..

Dengan demikian, sesungguhnya kita semua bisa hidup karena ada percikan Ilahi sebagai kusir. Hanya terkadang sang kusir mengidentifikasikan sebagai pikiran, indrawi. Dengan kata lain si kusir melabelkan diri dengan identifikasi palsu. 

Jadi tujuan utama manusia lahir di dunia adalah untuk membebaskan kusir dari identifikasi palsu agar tidak terjebak di dunia ilusi kebendaan, emosi serta pikiran.

Nah, ketika tubuh dikatakan mati, tubuh halus minus badan kasar yang mati, tetap ada untuk mencari tubuh lagi. Bagaikan software. Otak yang merupakan bagian dari tubuh sebagai hardware yang tidak lagi kompatibel bagi perangkat lunak mesti istirahat di dunia untuk terurai lagi ke unsur alaminya.

Perangkat lunak mesti mencari perangkat kasar demi peningkatan yang lebih tinggi.......

bagaikan perangkat keras komputer yang tidak lagi kompatibel untuk perangkat lunak mesti di-upgrade ke lebih tinggi. Demikian seterusnya, sampoai suatu ketika terurai secara total. Itulah yang terjadi dengan perangkat lunak para suci atau avatar...

https://www.booksindonesia.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun