Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keyakinan Buta Tidak Ada, Yang Ada Kepercayaan Buta

11 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 11 Februari 2024   06:39 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://www.instagram.com/

Keyakinan

Suatu keyakinan bukanlah keyakinan buta. Keyakinan didasarkan atau dilandasi argumentasi dan landasan yang bersifat ilmiah atau sains. Bahkan mereka yang berkeyakinan melalui pengujian dengan alasan bahwa keyakinan harus memiliki wawasan luas dan bermanfaat bagi banyak orang.

Sebagai contoh; yakin bahwa besek matahari pasti terbit. Ini landasan atau dasar ilimiahnya/sains adalah karena bumi berputar. Matahari tidak terbit, tetapi disebabkan terjadinya putaran bumi. Matahari tidak pernah tidak ada ataupun ada. Yang menyebabkan kita bisa melihat matahari atau tidak adalah karena terjadinya putaran sehingga bagi kita yang tinggal di bumi 'tampaknya' terbit dan tenggelam.

Keyakinan yang sesungguhnya adalah bila keyakinan tersebut berbuah menjadi suatu laku atau perbuatan yang bijaksana sehingga memberikan manfaat bagi orang banyak.

Sebagai contoh keyakinan:

Seorang murid atau siswa yang berada di suatu padepokan spiritual.

Sang murid hidak hanya mengikuti yang dikatakan seorang guru secara membabi buta, tetapi sudah melalui suatu proses pengujian. Untuk diketahui bahwa arti atau makna seorang 'guru' berarti ia yang mengusir kegelapan atau ketidaktahuan. Kita belajar di sekolah dengan seorang guru berarti ia yang membuka wawasan atau mengusir adanya kegelapan atau ketidaktahuan dalam hal baca dan tulis.

Bila untuk belajar baca, tulis, berjalan pun kita butuh penuntun, apalagi untuk menjalai kehidupan?

Seorang Guru spiritual semestinya memberikan penuntun yang menunjukkan jalan agar si murid bisa melakoni kehidupan sesuai dengan tuntunan atau panduan yang membuahkan kebaikan bagi sesama atau alam. Untuk itu, sang Guru harus memberikan contoh terlebih dahulu. Ia mengajar berlandaskan pengalaman hidup. Ini yang disebut seorang Guru Sejati. Ia yang mengajarkan bagaimana hidup yang sesungguhnya sebagai pelayan sesama makhluk hidup. 

Seorang Guru tidak mengajarkan berdasarkan pengetahuan pinjaman, tetapi atas landasan pengalaman hidupnya.

Yang dimaksudkan dengan pengetahuan pinjaman adalah: KIta baca buku, kemudian tanpa diuji atau dikaji langsung disampaikan. JUga bisa berlandaskan pengetahuan yang didapatkan dari mendengar cerita atau pengalaman seseorang.

Seorang Guru mendengar kemudian menerapkan dalam laku sehari-hari, dan bila memang yakin bahwa pengetahun tersebut menjadi kebijaksanaan yang bermanfaat bagi orang banyak, ia baru menyampaikan pada pengikutnya.

Sang murid yang mengikuti seorang Guru pun harus melakukan hal yang sama. Jadi adalah sama sekali titan benar bila dikatakan ada 'blind faith' atau keyakinan membabi buta.

Bagaimana kita mengujinya?

Dalam hal ini, si murid mesti menimbang dan memiliki dengan menggunakan Neocortex. Di neocortex inilah ada ranah untuk berpikir secara kritis atau critical thinking. Dengan demikian ada kemungkinan si murid komunikasi dua arah untuk memberikan alasan atau argumentasi.

Spiritual yang sesungguhnya membuat pesertanya memiliki kemampuan untuk memberdayakan dirinyi sendiri sehingga gterjadi pengembangan diri. Karena seorang Guru Sejati sangat memahami potensi diri dari semua pesertanya. Tidak pernah menciptakan lingkungan atas landasan reward and punishment 

Keperyaan

Suatu kepercayaan bisa membabi buta, karena memang hanya mendengar dari satu sisi. Tidak ada dialog atau komunikasi dua arah. Ini yang disebut sebagai doktrin atau dogma.   

Seseorang yang hanya mendengar dari satu arah disebabkan dari mentor yang tidak berani atau memiliki kemampuan untuk mengkaji atau menguji. Pendek kata, mereka yang percaya buta tidak menggunakan neocortex. Mereka hanya menggunakan pengetahuan pinjaman, baik dari membaca buku maupun dari mendengar kata orang. Dengan kata lain, si penerima informasi merasa takut untuk bertanya. Hal ini banyak dilakukan oleh seorang mentor yang dahulunya juga memiliki rasa takut terhadap mentor sebelumnya.

Seringkali si mentor berkata : 'POKOKNYA SEPERTI INI.....'

Mereka yang melakukan dogma atau ajaran yang satu arah dilandasi perasaan takut. Ini wajar, karena mereka hanya menggnakan pengetahuan pinjaman, bukan atas dasar pengalaman pribadi.

Mereka selalu menciptakan perasaan takut terhadap para pengikutnya. Bila tidak patuh pada yangsaya katakan, kamu akan masuk.... Bila kamu patuh, kamua akan dapat hadiah di tempat yang enak.

Jadi ada reward and punishment. Sehingga membelenggu kebebasan pengikutnya. Jiwa budak sengaja digaungkan terus menerus..

Dalam segala hal dipastikan diciptakan perasaan ketakutan sehingga si pengikut tidak dapat informasi lain. Bila ada info lain, si mentor akan menciptakan rasa takut bahwa info yang diterima bisa menyesatkan......

Persaan ketakutan terus ditanamkan agar si pengikut patuh dan tunduk. Tidak ada kesempoatan untuk menggunakan critical thinking.

Jadi pendek kata:

TIDAK ADA KEYAKINAN BUTA yang ada KEPERCAYAAN BUTA

https://www.instagram.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun