Seorang Guru mendengar kemudian menerapkan dalam laku sehari-hari, dan bila memang yakin bahwa pengetahun tersebut menjadi kebijaksanaan yang bermanfaat bagi orang banyak, ia baru menyampaikan pada pengikutnya.
Sang murid yang mengikuti seorang Guru pun harus melakukan hal yang sama. Jadi adalah sama sekali titan benar bila dikatakan ada 'blind faith'Â atau keyakinan membabi buta.
Bagaimana kita mengujinya?
Dalam hal ini, si murid mesti menimbang dan memiliki dengan menggunakan Neocortex. Di neocortex inilah ada ranah untuk berpikir secara kritis atau critical thinking. Dengan demikian ada kemungkinan si murid komunikasi dua arah untuk memberikan alasan atau argumentasi.
Spiritual yang sesungguhnya membuat pesertanya memiliki kemampuan untuk memberdayakan dirinyi sendiri sehingga gterjadi pengembangan diri. Karena seorang Guru Sejati sangat memahami potensi diri dari semua pesertanya. Tidak pernah menciptakan lingkungan atas landasan reward and punishmentÂ
Keperyaan
Suatu kepercayaan bisa membabi buta, karena memang hanya mendengar dari satu sisi. Tidak ada dialog atau komunikasi dua arah. Ini yang disebut sebagai doktrin atau dogma. Â Â
Seseorang yang hanya mendengar dari satu arah disebabkan dari mentor yang tidak berani atau memiliki kemampuan untuk mengkaji atau menguji. Pendek kata, mereka yang percaya buta tidak menggunakan neocortex. Mereka hanya menggunakan pengetahuan pinjaman, baik dari membaca buku maupun dari mendengar kata orang. Dengan kata lain, si penerima informasi merasa takut untuk bertanya. Hal ini banyak dilakukan oleh seorang mentor yang dahulunya juga memiliki rasa takut terhadap mentor sebelumnya.
Seringkali si mentor berkata : 'POKOKNYA SEPERTI INI.....'
Mereka yang melakukan dogma atau ajaran yang satu arah dilandasi perasaan takut. Ini wajar, karena mereka hanya menggnakan pengetahuan pinjaman, bukan atas dasar pengalaman pribadi.