Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kelahiran Kembali VS Komputer Sains

10 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 10 Februari 2024   06:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin dahulu sebelum era komputer belum berkembang seperti saat ini sulit menjelaskan tentang proses kelahiran kembali manusia setelah meninggal. Beda dengan kondisi saat ini, kita bisa dengan sederhana dan gampang dimengerti, ini bagi yang mau membuka pikirannya. Namun sangat sulit bila kita masih tilak mau menerima sesuatu yang mungkin dianggap tidak sesuai dengan keyakinannya. Ini juga pilihannya sendiri untuk tetap menjadi statusquo alias stagnan di keyakinan yang menurut dia benar. Tidak ada yang salah, karena yang disebut kebenaran saat ini bisa berubah essor hari.

Bukan'kah tidak satu pun yang tidak berubah? Semuanya sedang mengalami perubahn. Jadi bila seseorang yang masih bersikukuh dengan sesuatu yang dianggap benar, berarti sesungguhnya ia dalam kondisi kematian. Karena hanya orang yang dalam keadaan mati cara berpikirnya tidak bisa berkembang lagi. Karena saat itu otaknya sudah tyda berfungsi lagi.

Mereka yang masih hidup memiliki otak yang masih bervibrasi. Ga percaya???

Silakan perhatikan cara kerja otak...

Kadang tanpa sadar kita bisa berbicara dengan karena cocok dengan selera kita. Artinya bahwa gelombang otak kita pada saat itu memiliki gelombang atau vibrasi yang sama dengan orang tersebut. Bisa'kah kita berbicara bila gelombang beda frekuensi? Hanya ketika kita satu fokus kesukaan dan mulai bicara, kita berada daam satu frekuensi. Frekuensi tentang makanan atau tentang politik.

Kembali tentang kelahiran kembali vs komputer sains.

Proses kelahiran kembali bisa dijelaskan dengan mudah pada saat ini, era komputer.

Otak atau perangkat keras/hardware, roh yang terdiri dari pikiran dan perasaan ibarat perangkat lunak/software. 

Ketika kita meninggal dunia, perangkat keras alias otak juga berhenti bekerja. Pikiran dan perasaan yang sering saya sebut sebagai roh terus melanjutkan perjalanan. 

Yang meninggal adalah tubuh, termasuk otak. Roh tidak mati. Ini yang disebut sebagai tubuh halus atau badan halus. Ia masih memiliki identifikasi dengan namanya. Sebab itu ada orang/dukun/atau mereka yang bisa memanggil roh untuk komunikasi. Karena roh masih dianggap materi.

Si roh atau tubuh halus akan bergentayangan, celaka lagi bila ia mati bunuh diri atau dibunuh. Ini semua karena kekuatan pikirannya. Si badan halus ini akan berupaya lahir kembali karena pikirannya masih penuh obsesi atau keinginan yang belum terpenuhi saat meninggal dunia. Inilah yang disebut keterikatan. Inilah juga dalam suatu tradisi tertentu dipercaya bahwa si roh orang yang meninggal masih berada di sekitar keluarganya dalam waktu tertentu.

 Untuk itu, ada tradisi untuk memberikan peringatan agar si roh sadar bahwa ia sudah meninggal dunia. Termasuk peringatan dengan tahlilan, Jawa,. Semuanya untuk mengingatkan bahwa kerabatnya yang sudah  mati menyadari bahwa dirinya sudah meninggal.Si roh melanjutkan perjalanan. Karena ia masih merasa ada keinginan yang belum tercapai, ia ingin kembali hidup dan lahir kembali.

Kemudian ia mencari badan baru. Jadi tida mengherankan bahwa ada yang tampak seorang anak istimewa karena bisa ini dan itu. Kita bisa melihat tentang ini di berbagai media. Ada seorang anak bisa main ski di salut dangan cara tidak biasa. Ada yang menunjukkkan bakatnya dalam musik. Ini semua disebabkan karena adanya obsesi masa lalu.

Banyak dari pembuktian sains, bahwa seorang anak yang lahir tidak sepenuhnya polos seperti kertas putih. Inilah sebabnya nasib perjalanan hidup setiap anak berbeda. Bila bayi sama-sama bagaikan kertas kosong, mengapa nasibnya beda?

Ketika kita hidup saat ini, kita menyimpan satu file kehidupan. Ya ibarat file kita di komputer. Sehingga dalam otak kita sesungguhnya ada memori dari sekian penghidupan, bagaikan banyak file dalam software. 

Pelajaran apa yang bisa ditarik?

Keterikatan terhadap sesuatu penyebab kelahiran kembali. Dengan kata lain, tuntaskan keinginan kita sehingga tidak terobsesi keinginan yang masih tersimpan daam memori kita.

Ingat lah teman-teman bahwa tidak satu pun pikiran, ucapan, apalagi perbuatan bisa hilang begitu saja. Alam ini berisi banyak rekaman-rekaman. Makanya disebut sebagai AKASIC RECORD.  

https://kalam.sindonews.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun