Si roh atau tubuh halus akan bergentayangan, celaka lagi bila ia mati bunuh diri atau dibunuh. Ini semua karena kekuatan pikirannya. Si badan halus ini akan berupaya lahir kembali karena pikirannya masih penuh obsesi atau keinginan yang belum terpenuhi saat meninggal dunia. Inilah yang disebut keterikatan. Inilah juga dalam suatu tradisi tertentu dipercaya bahwa si roh orang yang meninggal masih berada di sekitar keluarganya dalam waktu tertentu.
 Untuk itu, ada tradisi untuk memberikan peringatan agar si roh sadar bahwa ia sudah meninggal dunia. Termasuk peringatan dengan tahlilan, Jawa,. Semuanya untuk mengingatkan bahwa kerabatnya yang sudah  mati menyadari bahwa dirinya sudah meninggal.Si roh melanjutkan perjalanan. Karena ia masih merasa ada keinginan yang belum tercapai, ia ingin kembali hidup dan lahir kembali.
Kemudian ia mencari badan baru. Jadi tida mengherankan bahwa ada yang tampak seorang anak istimewa karena bisa ini dan itu. Kita bisa melihat tentang ini di berbagai media. Ada seorang anak bisa main ski di salut dangan cara tidak biasa. Ada yang menunjukkkan bakatnya dalam musik. Ini semua disebabkan karena adanya obsesi masa lalu.
Banyak dari pembuktian sains, bahwa seorang anak yang lahir tidak sepenuhnya polos seperti kertas putih. Inilah sebabnya nasib perjalanan hidup setiap anak berbeda. Bila bayi sama-sama bagaikan kertas kosong, mengapa nasibnya beda?
Ketika kita hidup saat ini, kita menyimpan satu file kehidupan. Ya ibarat file kita di komputer. Sehingga dalam otak kita sesungguhnya ada memori dari sekian penghidupan, bagaikan banyak file dalam software.Â
Pelajaran apa yang bisa ditarik?
Keterikatan terhadap sesuatu penyebab kelahiran kembali. Dengan kata lain, tuntaskan keinginan kita sehingga tidak terobsesi keinginan yang masih tersimpan daam memori kita.
Ingat lah teman-teman bahwa tidak satu pun pikiran, ucapan, apalagi perbuatan bisa hilang begitu saja. Alam ini berisi banyak rekaman-rekaman. Makanya disebut sebagai AKASIC RECORD. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H