Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Penyebab Tidak Bisa Bersyukur

19 Januari 2024   06:30 Diperbarui: 19 Januari 2024   07:04 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu kalimat alasan seseorang tidak bisa bersyukur : DIA HIDUP DI MASA LALU...

Saya belajar dari pengalaman saya sendiri......

Satu minggu lalu, saya terima uang, misalnya 100 juta..

Karena keinginan untuk mengembangkan uang agar tambah banyak, saya melakukan investasi, ternyata rugi. Pada hari ke dua, hilang uang saya 45 juta....

Belum kapok juga. Sifat serakah ingin menambah uang masih ada. Uang saya tanamkan ke suatu perusahaan pada hari ke 4 sebesar 25 juta. Katanya bisa tambah jadi 35 juta selama 1 minggu. Ternyata rugi juga, jadi total hilang 45 juta plus 25 juta. Hilang pada hari ke 6 sebesar 70 juta......

Hari ke 8, saya kapok............

Tetapi karena saya 'merasa' dapat uang 100 juta, saya menyesal dan merasa rugi, uang tinggal 20 juta.....

'Merasa' rugi karena kita masie hidup di masa dapat uang 100 juta......

Coba kita Ubah cara pikir atau pandang kita, sekelum saya dapat uang 100 juta satu minggu lalu, punya kah saya uang????

Jelas tidak, nol 'kan?

Saat ini saya punya uang 20 juta......

Bukan kah saya pantas bersyukur???!!!

Inilah masalahnya, kita hidup di masa uang 100 juta. Tidak pernah membandingkan ketika BELUM terima uang......

Saat kita hidup di masa kini, kita bisa melihat segala dengan cara pandang lebih jernih....

Contoh Berikutnya

Sebagai seorang pengusaha, tentu saya punya target untuk mendapatkan keuntungan di akhir tahun. Saya targetkan akhir tahun ini, saya dapat keuntungan 250 juta.......

Seiring perjalanan usaha, ternyata ada gangguan Covid, maka akhir tahun saya tidak bisa mendapatkan target 250 juta, tetapi laba 175 juta..... 

Kekecewaan tentulah ada dalam diri saya, wah rugi saya 75 juta. Saya HANYA dapat 175 juta.......

Pikiran yang menganggap laba dengan ungkapan 'HANYA' berarti tidak mensykuri perolehan laba 175 juta......

Penderitaan saya terjadi ketika saya masih hidup dengan target 250 juta, tetapi tidak bersyukur dengan laba yang jelas ada saat ini.....

Rasa kecewa, amarah, dan merasa paling menderita membuat kita meremehkan berkah yang kita terima.....

Demikian juga, kita melupakan berkah saat kita bisa buang air kecil...... 

Pernahkah kita bersyukur, dan berpikir; "Untung saya bisa buang air kecil saat ini, bagaimana dengan teman atau kenalan yang saat ini ga bisa buang air kecil dengan mudah?"

Bisa bernapas pun kita bersyukur, bagaimana dengan seseorang yang harus beli tabung oksigen, karena sulit bernapas?

Penderitaan terjadi bila dan bila kita selalu melihat ke atas. Dengan kata lain, telapak tangan kita menengadah ke atas, tidak telungkup ke bawah....

Rasa bahagia terjadi bila dan bila kita bisa berbagi, kita melihat ke bawah. Inilah sifat alam semesta, senantiasa berbagi tanpa harapkan balasan........

Marilah kita selaraskan sifat kita dengan alam semesta..........

  

https://www.umm.ac.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun