Budak Materi/ Ciptaan Sendiri
Tanpa disadari sesungguhnya kita menjadi budak pada ciptaan sendiri. Coba saja renungkan, kita yang menciptakan mobil, rumah, handphone, dan lain-lain keperluan sehari-hari. Kemudian kita juga yang menyembahnya. Jika merenungkan sifat dan watak manusia, terutama diri sendiri, semakin menggelikan tingkah polahnya.Â
Kita menjadi penyembah materi. Saya katakan menyembah, karena nafsu keinginannya yang luar biasa, ingin sok pamer, akhirnya mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Kita lupa akan kesejatian Diri atau keilahian diri sendiri.
Jadilah ia budak dari benda-benda yang diciptakannya. Sering sekali kita lihat bahwa barang-barang yang dibeli hanya digunakan sebentar, kemudian numpuk menyampah di rumahnya. Tanpa sadar bahwa akibat sayang membuang sampah berarti kita memiliki keterikatan pada benda. Inilah bentuk keserakahan diri karena sangat sayang untuk membuangnya atau memberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan berarti kita memberikan beban sampah pada pikiran. Ini penyebab kita sulit mati, keterikatan pada benda membuat kita mati sengsara serta penuh penderitaan.
Dari pengalaman hidup ini kita sesungguhnya bisa belajar banyak. Tapi penyakit manusia, pelupa. untuk menggapai keinginan kita, yaitu memperoleh uang sebanyak-banyaknya demi mengumbar keinginannya sehingga kadang atau sering kita mengorbankan kepentingan orang lain. Selain itu kesehatan kita pasti terganggu. Tampaknya sehat fistik, tetapi tidak mentalnya. Karena yang bukan haknya pun dirampas. Istilahnya: 'punyaku ya milikku. Milikmu juga milikku'. Benar-benar diperbudak duniawi demi kenyamanan badan. Lupa bahwa jati diri sesungguhnya.
Aku bukanlah badan. Aku menggunakan badanku. Berarti aku bukan badan.
Aku menggunakan pikiranku. Berarti aku bukan pikiran
Aku menggunakan emosi ku. Beararti akau bukan emosi.
Lantas, SIAPA AKU????
Ketika kita mati, bukanlah tubuh fisik yang hancher, tetapi pikiran dan perasaan tetap ada. Inilah yang disebut ROH. Badan boleh hancur dimakan cacing, tapi ROH tidak bakalan mati. Bila mati dalam kesadaran tidak sadar berarti kita belum rela mati, maka jadilah roh gentayangan.Â
AKU bukanlah tubuh, ketika  si fulan mati badannya. Si A,B,C..., dan Z tetap akan bilang: AKU Z, B, A, dst. Berarti 'AKU' tidak pernah mati... ABADI adanya...
AKU tetap ada, mungkin bila kursi bisa berkata, dia akan berkata : AKU adalah kursi; Aku adalah meja, dan lain sebagainya.
Jika 'AKU' tidak pernah mati, berarti 'AKU' tidak sesungguhnya tidak menginginkan ini dan itu. Tapi kenyataannya kebanyakan orang mengidentifikasikan sebagai badan. Inikah yang disebut kesadaran badan. Kita lupa bahwa kita bukanlah materi. Atau istilah kerennya:' 'masih pada kesadaran badan'. Hal inilah yang berakibat munculnya jiwa budak dalam diri setiap atau hampir pada semua orang. Hanya sedikit sekali yang sadar akan jati diri sesungguhnya. Tujuan utama kelahiran adalah untuk kembali, bukan semakin terjebak di dunia materi. jadi budak materi....
Pada saat mengidentikkan diri sebagai badan, maka ia akan pamer bahwa paling rajin sembahyang. Paling cantik/ganteng wajahnya. Paling sempurna agama yang diyakininya. Dengan atribut-atribut seperti itulah akhirnya ia menganggap diri paling benar dan merasa diri pembela Tuhan yang selama inipun dia tidak kenal. Pembudakan diri terhadap agama. Memperbudak orang lain atas nama agama. Suatu yang absurd.
Sering sekali dia merampas kepentingan atau hak orang lain dengan mengatas namakan kebaikan. Bukan kebaikan tetapi berpura jadi baik semata untuk kepentingan diri sendiri. Keserakahan terselubung. Pada hal kebaikan adalah jika ia bisa memberikan manfaat terhadap sekelilingnya atau lingkungan. Bukan hanya untuk golongan, kelompok atau pun bahkan diri sendiri.
Perbudakan diri karena salah identifikasi diri menjadikan dunia kacau sekaligus menyamankan. Saya bilang menyamankan adalah bagi mereka yang beruntung karena diberikan uang banyak sehingga ia bisa menyamankan badan. Tapi merugikan kemuliaan jiwa. dengan semakin meningkatnya atau maraknya keserakahan, terjadilah kehidupan yang berjalan semakin nyaman di badan. Dulu sebelum ada pesawat, mobil, dan lain-lain angkutan mencapai satu tujuan harus menunggang hewan. Kuda misalnya, sehingga untuk mencapai tujuan butuh waktu yang lama. Jadi selalu ada positif dan negatif tergantung sisi pandangnya. Adanya mobil juga bermanfaat untuk peningkatan kemulian jiwa...
Ahhhh...... Manusia pencipta dan juga budak ciptaannya sendiri.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H