Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jadi Budak Ciptaan Sendiri

12 Januari 2024   09:26 Diperbarui: 12 Januari 2024   09:31 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://kumparan.com/

AKU bukanlah tubuh, ketika  si fulan mati badannya. Si A,B,C..., dan Z tetap akan bilang: AKU Z, B, A, dst. Berarti 'AKU' tidak pernah mati... ABADI adanya...

AKU tetap ada, mungkin bila kursi bisa berkata, dia akan berkata : AKU adalah kursi; Aku adalah meja, dan lain sebagainya.

Jika 'AKU' tidak pernah mati, berarti 'AKU' tidak sesungguhnya tidak menginginkan ini dan itu. Tapi kenyataannya kebanyakan orang mengidentifikasikan sebagai badan. Inikah yang disebut kesadaran badan. Kita lupa bahwa kita bukanlah materi. Atau istilah kerennya:' 'masih pada kesadaran badan'. Hal inilah yang berakibat munculnya jiwa budak dalam diri setiap atau hampir pada semua orang. Hanya sedikit sekali yang sadar akan jati diri sesungguhnya. Tujuan utama kelahiran adalah untuk kembali, bukan semakin terjebak di dunia materi. jadi budak materi....

Pada saat mengidentikkan diri sebagai badan, maka ia akan pamer bahwa paling rajin sembahyang. Paling cantik/ganteng wajahnya. Paling sempurna agama yang diyakininya. Dengan atribut-atribut seperti itulah akhirnya ia menganggap diri paling benar dan merasa diri pembela Tuhan yang selama inipun dia tidak kenal. Pembudakan diri terhadap agama. Memperbudak orang lain atas nama agama. Suatu yang absurd.

Sering sekali dia merampas kepentingan atau hak orang lain dengan mengatas namakan kebaikan. Bukan kebaikan tetapi berpura jadi baik semata untuk kepentingan diri sendiri. Keserakahan terselubung. Pada hal kebaikan adalah jika ia bisa memberikan manfaat terhadap sekelilingnya atau lingkungan. Bukan hanya untuk golongan, kelompok atau pun bahkan diri sendiri.

Perbudakan diri karena salah identifikasi diri menjadikan dunia kacau sekaligus menyamankan. Saya bilang menyamankan adalah bagi mereka yang beruntung karena diberikan uang banyak sehingga ia bisa menyamankan badan. Tapi merugikan kemuliaan jiwa. dengan semakin meningkatnya atau maraknya keserakahan, terjadilah kehidupan yang berjalan semakin nyaman di badan. Dulu sebelum ada pesawat, mobil, dan lain-lain angkutan mencapai satu tujuan harus menunggang hewan. Kuda misalnya, sehingga untuk mencapai tujuan butuh waktu yang lama. Jadi selalu ada positif dan negatif tergantung sisi pandangnya. Adanya mobil juga bermanfaat untuk peningkatan kemulian jiwa...

Ahhhh...... Manusia pencipta dan juga budak ciptaannya sendiri.....

https://kumparan.com/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun