Ia yang telah menemukan Kedamaian di dalam dirinya terbebaskan dari keterikatan pada kenikmatan yang data diperoleh dari hal-hal luaran yang ilusifÂ
(Atma Bodha by Anand Krishna)
Banyak orang pergi ke tempat yang sepi, hutan dan gunung, untuk mencarai kedamaian. Suatu pemahaman yang Amat sangat keliru. Walaupun di tempat yang sepi, tetapi pikirannya masih penuh dengan masalah duniawi, kedamaian pun tidak diperolehnya. Mungkin ia merasakan kelegaan sesaat ketika menghirup udara segar sehingga seakan membuat dirinya damai. Benarkah demikian?
Ada kisah menarik yang saya percha dengar tentang seorang bernama Hola. Ia sudah pensiun kemudian pergi ke hutan untuk mendapatkan kedamaian. Ia meninggalkan keluarganya...
Setelah berada di hutan, ia mulai menanam jagung dan singkong untuk makan sehari-hari. Panen jagung dan singkong pun berhasil baik. Ia bisa hidup nyaman. Namun sayang, tikus pun datang karena ada makanan di rumahnya. Untuk mengatasi tikus, ia memelihara kucing. Oh ya, jaman dulu, tikus masih takut dan kucing pun masih mau memangsa tikus, tidak seperti jaman now . Kuching yang lari melihat tikus.
Akhirnya tikus pun lari karena ada kucing. Kucing butuh susu, agar murah karena toko yang menyediakan susu jauh, maka Hola memelihara sapi. Ada kucing yang butuh diberi makan setiap hari dan juga sibuk ke ladang untuk mengurusi jagung dan singkong, ia merasa kerepotan, dan akhirnya memutuskan untuk mencari istri untuk membantunya.
Perhatikanlah, ingin menyepi untuk mencari kedamaian, akhirnya kembali ke pola hidup lama, ada istri dan anak. Semuanya disebabkan oleh adanya keterikatan terhadap kondisi lama yang tidak bisa mandiri, butuh bantuan orang lain. Bukan kah kita demikian? Selalu bergantung pada orang lain.
Kenyamanan untuk hidup dan butuh pendamping tidak bisa membuat diri seseorang damai. kedamaian terjadi bila dan bila kita tidak terikat terhadap kenyamanan indrawi.
Dari sejarah, banyak orang yang berupaya mendamaikan dunia dengan cara menaklukkan suatu negara. Bagaimana mungkin ingin membentuk kedamaian dengan menaklukkan orang lain?
Bukan kah para suci dan utusan Nya, tidak diberikan tugas untuk menaklukkan orang lain, tetapi menaklukkan hawa nafsunya sendiri. Inilah musuh terbesar dalam diri manusia.
Keterikatan terhadap kenyamanan atau kenikmatan indrawi adalah penyebab kekacauan. Banyak orang memburu makanan karena keterikatan kenyamanan lidah. Ia tidak bisa hidup tentram karena ia gelisah untuk memburu kuliner enak. Mereka pemburu tidak bisa damai dengan duduk tenang karena adanya memori rasa makanan.