Pikiran Penyebab Utama Penyakit
Mengapakah pikiran yang selalu melihat keburukan pada orang lain bisa mengakibatkan sakit pada tubuh kita?
Pernahkah kita merenungkan tentang arti kata kehidupan?
- Kehidupan kita terdiri dari: Pengalaman + pengalaman;
- Pengalaman terdiri dari perbuatan + perbuatan;
- Perbuatan berasal dari ucapan + ucapan;
- Ucapan bermula dari pikiran dan pikiran.....
So, yang harus kita waspadai adalah pikiran. Tubuh kita bisa menjadi sakit bila kita tidak berpikir secara tepat dan sehat. Berpikir buruk tentang orang lain akan memberikan dampak buruk pada sel-sel dalam tubuh kita..
Perbaiki cara berpikir kita sehingga membuat tubuh kita sehat secara alami.......
Kisah dari buku di atas sangat menarik, semoga bermanfaat. Dikutip dari buku Keras Lembek Oke Dua-Duanye!
Sekali waktu, Swami Vivekananda diundang oleh Maharja Alwar. Alasannya untuk mendapatkan arahan tentang urusan kenegaraan, tapi dibalik itu ada tujuan lain.
Sang maharaja ingin mendapatkan konfirmasi atas apa yang diyakininya, yani Pemujaan Berhala itu takhayul, tidak masuk akal, bahkan salah. Bagi saya, hal itu tidak masuk akal. Bagaimana pendapat Swami Ji?"
Sang Swami menjawab, "Perkara keyakinan tidak bisa, dan tidak boleh dipaksakan, Yang Mulia....... Bagi Baginda keyakinan Baginda, bagi mereka keyakinan mereka."
Tentunya, Maharaja tidak senang mendengar pendapat ini. Bagi dia, apa yang diyakininya itu mesti menjadi keyakinan semua penduduk.
Vivekananda Dapat Merasakan kekecewaan Raja. Ia dapat membaca apa yang tertera, tertulis jelas di wajah tuan rumah yang sedang menjamunya. Namun, ia bukanlah seorang guru atau motivator kodian yang lebih mementingkan penghasilannya daripada kebenaran. Ia bukanlah seorang penjilat jenis asal bapak senang.
Tiba-tiba, ia minta supaya lukisan Maharaja yang digantung di dinding diturunkan.. Maharaja memberikan syarat kepada salah satu ajudan untuk mengikuti kehendak Sang Swami.
Mereka pikir Sang Swami ingin melihat detil. Ternyata tidak demikian, Sang Swami memiliki rencana lain, "pak Menteri," ia mengadakan kepada salah seorang menteri yang menghadiri jamuan makan, "silakan meludahi lukisan ini."
Apa? Tiba-tiba, setiap pasang mata terpusat pada Sang Swami dan Menteri yang diminta untuk meludahi lukisan Maraja.......
Selama Beberapa Detik, ruangan itu menjadi hening, hening yang tidak biasa, tidak umum, hening yang mengerikan, eerie!
Swami Vivekanda mengulangi permintaannya, "Silakan, Pak Menteri.....Silakan meludahi lukisan ini."
Sang Menteri mengumpulkan tenaga dan keberanian untuk menjawab, "Maafkan saya Swami, saya yakin Swami sedang menguji saya, menguji kita...Tidak seorang pun di ruangan ini yang akan berani melakukan hal itu."
"Tapi, saya tidak meminta Pak Menteri untuk meludahi Baginda Maharaja. Apa arti sebuah lukisan? Baginda Maharaja berada di dalam luisan ini. Lukisan ini hanyalah menggambarkan Yang Mulia Maharaja. Lukisan ini bukan Maharaja.
"Baginda Maharaja berada di depan kita semua. Sementara, lukisan ini ada di tangan saya. Dengan menyentuh lukisan, saya tidak menyentuh Baginda," ujar Sang Swami sambil tersenyum......
Kemudian, Ia menoleh ke arah Maharaja, "lihat Baginda, kendati apa yang di tangan saya hanyalah sebuah lukisan di atas kain - Pak Menteri tidak bersedia meludahinya.
"Lukisan ini tidak bergerak, tidak bisa berbicara, tidak berbicara, bahkan tidak akan melakukan kendati sudah diludahi, tetap saja tidak ada yang berani meludahinya.
"Sebab lukisan ini mewakili Baginda Maharaja. Lukisan ini merupakan simbol. Dengan meludahi lukisan ini berarti kita menghina Baginda.
"Demikian pula mereka yang disebut pemuja berhala. Adakah satu pun kepercayaan tanpa simbol-simbol tertentu untuk mengingatkan kebesaran dan keagungan Hyang Maha Kuasa?
"Ada yang menggunakan patung sebagai simbol. Ada yang menggunakan tulisan indah atau kaligrafi. Ada tempat yang dianggap suci. Setiap kepercayaan memiliki simbol-simbolnya sendiri.
"Sebab itu, Baginda, bagi kita keyakinan kita, bagi mereka keyakinan mereka. Kita tidak berhak meremehkan keyakinan orang lain." Swami Vivekanda selalu tegas, jelas, dan to the point. Ia tidak perna bertele-tele........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H