Di tahun-tahun terakhir, intensitas terjadinya tanah longsor di Indonesia semakin meningkat dengan sebaran daerah rawan bencana semakin luas. Salah satunya adalah daerah Kabupaten Magelang. Berdasarkan catatan BPBD Kabupaten Magelang, pada tahun 2017-2019 terjadi tanah longsor dengan skala yang bervaritif sebanyak lebih dari 500 titik di Kabupaten Magelang. Kerugian yang dialami akibat tanah longsor ini Bervariasi tergantung dari skala kejadiannya. Daerah dengan kemiringan lereng dan daerah dengan curah hujan dengan intensitas tinggi merupakan wilayah yang sangat berpotensi terjadinya tanah longsor.Â
     Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Magelang, bencana tanah longsor di wilayah ini dominan disebabkan oleh curah hujan yang sedang hingga lebat.  Suroso (2006) menyatakan bahwa intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di mana air tersebut terkonsentrasi, dengan satuan mm/jam.Â
     Berdasarkan data dari BPDB Kabupaten Magelang tahun 2019 tersebut, kasus tanah longsor disebabkan oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Oleh karena itu wilayah dengan tingkat intensitas hujan yang sedang hingga tinggi dapat kita simpulkan merupakan wilayah yang rawan terjadi tanah longsor. Berikut adalah data curah hujan tahunan yang diperoleh dari pengolahan data yang diklasifikasikan dengan distribusi frekuensi. Wilayah Kecamatan Windusari, Bandongan, Secang, Grabag, Ngablak, Tegalrejo, Candimulyo, Mertoyudan, Tempuran, dan Ngluwar memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.041-2.313 mm/tahun. Sementara itu, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.313-2.585 mm/tahun tersebar pada Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, Salaman, Borobudur. Mungkid, Muntilan, Salam, Srumbung, Dukuh, Sawangan, Pakis dan sebagian kecil Kecamatan Grabag. Rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.585-2.856 mm/tahun tersebar pada kecamatan Dukuh, Kajoran, dan Windusari. Wilayah Kecamatan Kaliangkrik dan Windusari memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.856-3.128 mm/tahun. Rata rata curah hujan tahunan tertinggi dengan rentang 3.128-3.400 mm/tahun terdapat pada sebagian kecil Kecamatan Ngablak, Pakis, Sawangan, Windusari, Kaliangkrik, dan Kajoran. Berikut adalah Peta curah hujan tahunan Kabupaten Magelang.
     Selain disebabkan oleh curah hujan, tanah longsor di Kabupaten Magelang juga di identifikasi disebabkan karena digunakan nya daerah dengan kelerengan yang tinggi sebagai lahan permukiman. Menurut Arsyad, 2000 (Sahara, 2014) Kemiringan lereng menunjukan besarnya sudut lereng dalam persen atau drajat. Dua titik yang berjarak horizontal 100 m yang mempunyai selisih tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100% sama dengan kecuraman 450 selain dari memperbesar jumlah aliran permukaan, semakin curamnnya lereng semakin besar, maka jumlah butir-butir tanah yang terpecik ke bawa oleh tumbukan butir hujan akan semakin banyak. Semakin miringnya permukaan tanah dari bidang horizontal sehingga lapisan tanah atas yang tererosi akan semakin banyak jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi persatuan luas menjadi 2,0-2,5 kali lebih banyak. Â
     Hasil klasifikasi kemiringan pada Kabupaten Magelang menunjukkan dominasi Kemiringan lereng datar dengan tingkat Persentase kemiringan 0%-8% persebarannya berada pada Kecamatan Mertoyudan, Mungkid, Muntilan, Srumbung, dan Ngluwar, dengan luas Totalnya sebesar 33.883 ha. Sementara itu, daerah yang memiliki persen Kelerengan sebesar 8%-15% dengan tingkatan Landai meliputi Kecamatan Mertoyudan, Candimulyo, Tegalrejo, Dukun, Borobudur, dan Sedang dengan persebaran totalnya seluas 31.158 Ha. Daerah yang yang memiliki persen Kelerangan sebesar 15%-25% dengan tingkatan Agak curam meliputi Kecamatan Grabag, Sawangan, Dukun, Tempuran, Salaman, dan Borobudur yang umumnya mendekati daerah Lereng dan kaki gunung, dengan persebaran Totalnya seluas 22.632 ha. Daerah yang Memiliki persen kelerengan sebesar 25%-45% Dengan tingkatan curam meliputi kecamatan Bandongan, Tempuran, Sawangan, Grabag,Srumbung, dan Dukuh dengan persebaran totalnya seluas 18.433 ha. Daerah yang memiliki Persen kelerengan sebesar >45% dengan Tingkatan sangat curam meliputi Kecamatan Windusari, Kaliangkrik, Kajoran, Tempuran, Salaman, Borobudur, Dukuh, Sawangan, Ngablak, Pakis, dan Grabag dengan persebaran totalnya seluas 8.528 ha. Daerah dengan Kemiringan lereng sangat curam pada umumnya merupakan daerah pegunungan dan perbukitan.
   Berdasarkan data analisis penyebab tanah longsor di Kabupaten magelang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka daerah-daerah di kabupaten Magelang diklasifikasikan menjadi beberapa kelas/tingkatan antara lain.
- Daerah Rawan Longsor Rendah
Daerah dengan kelas rawan longsor rendah Berada pada umumnya daerah ini berada pada Wilayah dengan topografi datar hingga landai, Kemiringan lereng berkisar antara 0%-15%. Di samping itu, kecamatan dengan tingkat Rawan longsor rendah ini memilikiCurah hujan tahunan sebesar 2.041-2.585Mm/tahun. Pada Peta sebaran rawan longsor daerah dengan Tingkatan rendah ditandai dengan warna hijau.
- Daerah Rawan Longsor Sedang
Daerah dengan kelas rawan longsor sedang berada pada pada wilayah topografi landai Hingga curam, dengan kemiringan lereng berkisar antara 8%-40%. Di samping itu, pada Kecamatan dengan kelas rawan longsor memiliki curah hujan tahunan Sebesar 2.041-2.585 mm/tahun. Â Pada peta sebaran rawan longsor daerah dengan tingkatan sedang ditandai dengan warna kuning.
- Daerah Rawan Longsor Tinggi
    Secara umum wilayah dengan tingkat rawan longsor tinggi berada pada topografi curam hingga sangat curam, kemiringan lerengnya berkisar antara 25% hinga lebih besar dari 45%. Di samping itu pada wilayah ini secara keseluruhan tersusun oleh jenis batuan berupa batuan sedimen dan batuan vulkanik. Curah hujan pada daerah ini cukup bervariasi yaitu 2.585-3.400 mm/tahun. Pada peta sebaran rawan longsor daerah dengan tingkatan tinggi ditandai dengan warna merah.
    Berikut adalah peta persebaran daerah berpotensi Tanah Longsor di Kabupaten Magelang.
     Persebaran daerah rawan longsor Kabupaten Magelang dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu rawan longsor rendah, rawan longsor sedang, dan rawan longsor tinggi. Zona rawan longsor rendah mencakup Kecamatan Ngluwar, Muntilan, Mungkid, Mertoyudan, Salam, dan Srumbung. Zona rawan longsor sedang mencakup Kecamatan Bandongan, Candimulyo, Dukuh, Secang, dan Tegalrejo. Zona rawan longsor tinggi mencakup Kecamatan Borobudur, Grabag, Kajoran, Kaliangkrik, Ngablak, Pakis, Salaman, Sawangan, Tempuran. Tanah longsor rawan terjadi di wilayah yang memiliki intensitas hujan yang tinggi dan juga berada di daerah yang memiliki kemiringan lereng yang besar.Â
     Demikian tadi artikel mengenai sebaran daerah kabupaten Magelang yang berpotensi Tanah Longsor. Dengan adanya artikel ini saya harap dapat membuka wawasan khalayak umum  untuk tertarik dengan hal ini. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H