Mohon tunggu...
Marhamah Sam
Marhamah Sam Mohon Tunggu... swasta -

extravert

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ayah Kukirim Rinduku

19 Januari 2015   18:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu malam, ibu menelepon saya dirumah. Katanya, ayah dibolehkan pulang. Alhamdulillah... Suami saya beserta kakak, adik dan adik ipar menjemput beliau dan mengantarnya ke rumah. Saya dirumah, menjaga anak saya. Suami pulang, dan bilang : Ayahmu sehat, sepanjang perjalanan menuju ke rumah, beliau banyak bercerita. Sampai dirumah, ketika ayah akan diangkat ke tempat tidur, ayah bilang; nanti dulu, saya mau duduk di depan kamar. Di depan kamar ayah, di belakang rumah, memang ada halaman terbuka. Dan beliau duduk disitu, di kursi rodanya, entah apa yang beliau pikirkan.

Hari Kamis, pagi setiba di kantor, saya baru menyadari bahwa telepon genggam saya ketinggalan. Saya hubungi suami lewat telepon kantor, memberi tahu bahwa saya lupa membawa HP. Jam 9 pagi, bersama teman-teman kantor, saya menjenguk teman kantor yang sedang berduka cita karena ayahnya meninggal dunia pada jam 5 pagi hari itu. Di tengah perjalanan kembali menuju kantor, HP teman kantor saya berdering, suami saya menelepon meminta tolong berbicara dengan saya. Katanya : "Cepat pulang, mami (ibu saya) tadi menelepon sambil menangis-nangis, babe (ayah saya) sesak nafas. Kamu harus pulang."

Saya langsung pulang, ke rumah orangtua saya. Setibanya di depan pagar, tetangga depan rumah sedang mengunci pagar rumah saya. "Mbak, bapaknya udah dibawa ke rumah sakit. Barusan aja". "Rumah sakit mana?" "Rumah sakit KS, mbak".

Pikiran saya langsung kosong saat itu, menuju ke rumah sakit, begitu cepatnya, langsung menuju ruang UGD. Bertemu suami dan anak saya di depan UGD. Masuk UGD, ayah sedang dipompa jantungnya. Ibu sudah terduduk menangis diam-diam di sudut, pasrah ditemani seorang tetangga. Ibu bilang : "Bapakmu sudah tidak ada. Entah kenapa tadi pagi bapakmu berkeras shalat Subuh sambil berdiri, biasanya di tempat tidur saja". Kakak saya sedang menangis terisak-isak sambil terus memijit-mijit kaki ayah : "Babe yang kuat ya, babe kan kuat. Bangun be.."

Saya menangis di samping kakak saya, tidak tahu harus berkata apa, berpikir apa, berbuat apa, hanya pasrah.... Semalam beliau baik-baik saja.....

14216391561573005948
14216391561573005948

(http://primasusetya.blogspot.com/)

Kutitip rinduku lewat doa, ayah..... Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat terindah di sisi-Nya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun