Suara itu berdenting lagi, bagai cericit murai di musim padi berisi
Sayup sepoi membalas di gesekan daun daun bambu tali temali
Menjejali langkah kaki, beranjak terangkat tinggi
Di atas gundukan tampa terali besi meninggi
Seperti telepati yang sibuk berbisik ke hati
Menghujam sepi dengan tirai yang menutup mata hingga jatuh ke pipi
Masih pagi, kala gelombang mendobrak di serambi kanan dan kiri
Enggan menepi, takut membuat abrasi semangkin menghilangkan jati diri
Suara itu berdenting lagi, bagai irama rintik menulis melody
Semerbak melati, melipir ke segala sisi
Sebagai surat rindu dari yang hilang di sisi
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!