PENDAHULUAN
Dewasa ini, Matematika merupakan ilmu yang fundamental untuk dipelajari setiap siswa, dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Matematika sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang menantang, bahkan menakutkan, oleh banyak siswa. Di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), di mana materi semakin kompleks, persepsi siswa terhadap matematika menjadi beragam. Sebagian menganggapnya sulit, sementara yang lain melihatnya sebagai alat penting untuk mengasah kemampuan berpikir logis.Â
Di samping itu, logika berpikir juga memiliki peran sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dunia pendidikan. Logika berpikir juga merupakan elemen penting dalam pembelajaran matematika, karena matematika tidak hanya tentang hitungan, tetapi juga tentang pemecahan masalah dengan cara yang sistematis dan rasional.Â
Matematika
Kata "matematika" berasal dari kata Yunani kuno (mathema), yang berarti "mata pelajaran". Matematika adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai aspek seperti kuantitas, struktur, ruang, dan perubahan. Ini melibatkan studi tentang angka, hitungan, bentuk, ruang, perubahan, dan lainnya, serta pemikiran logis, pembuktian, dan generalisasi. Ia adalah dasar bagi banyak cabang ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk fisika, kimia, biologi, ekonomi, dan teknik.Â
Matematika sering menjadi salah satu mata pelajaran yang mendapatkan reaksi beragam dari siswa SMA/MA, baik itu pandangan positif maupun negatif. Bagaimana siswa memandang matematika dan logika berpikir merupakan hal yang penting untuk dipahami, mengingat kedua hal ini berkaitan erat dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir secara sistematis. Dalam konteks pendidikan, persepsi siswa terhadap matematika dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti metode pengajaran, pengalaman belajar sebelumnya, minat terhadap mata pelajaran tersebut, serta kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika.
Logika berpikir adalah kemampuan untuk mengorganisir ide-ide secara teratur dan sistematis agar dapat menarik kesimpulan yang benar atau menyelesaikan masalah secara efektif. Ini melibatkan penggunaan penalaran, bukti, dan hubungan antara berbagai konsep untuk memastikan pemikiran yang rasional dan koheren. Logika berpikir juga memungkinkan seseorang membuat keputusan yang tepat, memahami permasalahan dengan lebih baik, dan menghindari kesalahan dalam mengambil kesimpulan.Â
Dalam matematika, logika berpikir digunakan untuk memecahkan masalah, membuktikan teorema, dan memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan logika yang kuat, kita bisa menghadapi tantangan yang kompleks dengan lebih tenang dan bijak, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di lingkungan akademis dan profesional.Â
Persepsi Siswa SMA Terhadap Matematika dan Logika Berpikir
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei melalui kuesioner. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui lebih lanjut tentang persepsi siswa SMA terhadap matematika dan logika berpikir dengan menggunakan data yang dikumpulkan secara terstruktur. Subjek penelitian adalah siswa SMA dari berberapa sekolah di Indonesia, dengan jumlah total responden sebanyak 24 siswa.Â
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan skala Likert yang terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup perasaan siswa terhadap matematika, pandangan mereka tentang logika berpikir, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi mereka.
Pertanyaan 1 :
Ketika mendengar kata "matematika", apa yang pertama kali terlintas di pikiranmu?
Sebanyak 62,5% siswa atau 15 siswa menjawab bahwa kata "matematika" itu berhubungan erat dengan perhitungan, proses menghitung, angka, dan rumus. Sisanya menjawab dengan mendeskripsikan perasaan mereka saat belajar matematika, yaitu sulit, menyenangkan, menantang, stress, pusing, hingga rumit.
Pertanyaan 2 :
Menurut kamu, apakah matematika itu cuma tentang hitung-hitungan? Coba jelasin pendapatmu!
Pada data yang telah didapat sebagian besar siswa mengatakan bahwa matematika tidak hanya sekedar hitungan saja. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa matematika juga berhubungan dengan pemecahan masalah, dan pola berpikir lainnya.
Namun, beberapa dari siswa yang menjadi responden mengatakan bahwa seperti yang ia ketahui selama ini, matematika itu hanya sekedar hitungan saja. Berikut kami sertakan dengan beberapa cuplikan pendapat para responden.
Dari hasil kuesioner yang ditampilkan, sebagian siswa memang mengaitkan matematika dengan perhitungan, karena melihat bahwa setiap permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari pada akhirnya akan melibatkan angka. Namun, beberapa siswa juga menyadari bahwa logika memainkan peran penting dalam matematika, bukan sekadar hitungan numerik.
Beberapa respon menekankan bahwa matematika tidak hanya soal angka, tetapi juga tentang cara berpikir dan menganalisis suatu masalah secara lebih dalam. Ada yang menyoroti bahwa dalam beberapa hal, matematika lebih mengandalkan pemikiran logis daripada sekadar hitungan. Respon lainnya juga menekankan bahwa penerapan matematika dalam kehidupan nyata jauh lebih luas dan penting dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
Secara keseluruhan, meskipun hitung-hitungan masih menjadi aspek yang dominan dalam pandangan siswa, terdapat pemahaman bahwa matematika juga melibatkan logika, analisis, dan pemecahan masalah, yang merupakan bagian penting dari pembelajaran matematika di luar sekadar operasi numerik.
Pertanyaan 3 :
Gimana sih perasaanmu tentang pelajaran matematika? Â
Kami menyediakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat suka, suka, biasa saja, dan tidak suka sama sekali.Â
Dari diagram, mayoritas siswa menunjukkan sikap positif terhadap matematika. 37,5% siswa menyatakan suka banget, sementara 29,2% menyatakan suka. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa yang merasa nyaman dengan pelajaran ini, mungkin karena mereka mampu mengikuti materi dengan baik. Namun, ada 29,2% siswa yang merasa biasa aja, yang mungkin menunjukkan ketidakantusiasan atau merasa matematika kurang relevan. Hanya 4,2% yang menyatakan nggak suka sama sekali, menunjukkan bahwa hanya sedikit siswa yang mengalami kesulitan signifikan atau merasa pelajaran ini terlalu sulit atau tidak menyenangkan.
Pertanyaan 4 :
Apakah ada pengalaman pribadi yang bikin pandanganmu tentang matematika berubah? Ceritakan, ya! Â
Dari hasil jawaban siswa, terlihat bahwa pengalaman pribadi mereka memiliki peran penting dalam membentuk persepsi terhadap matematika. Beberapa siswa awalnya menganggap matematika sebagai pelajaran yang hanya berfokus pada perhitungan dan angka, namun ketika menghadapi kesulitan dalam menjawab soal-soal, mereka mulai tertantang dan justru semakin menyukai matematika. Dukungan dari guru dan teman juga membantu siswa yang awalnya frustrasi menjadi lebih memahami konsep matematika, yang akhirnya mengubah pandangan mereka menjadi lebih positif. Pengalaman ini menunjukkan bahwa tantangan dalam belajar matematika bisa menjadi motivasi jika dihadapi dengan dorongan dan bimbingan yang tepat.
Pertanyaan 5 :
Menurut kamu, apakah matematika berhubungan dengan cara berpikir dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari? Â
Kami menyediakan tiga pilihan jawaban, yaitu ya, banget; nggak juga; dan mungkin, tergantung situasinya.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa 62,5% responden percaya bahwa matematika sangat berhubungan dengan cara berpikir dan menyelesaikan masalah sehari-hari. Matematika memberikan kerangka sistematis untuk analisis, identifikasi pola, dan formulasi solusi. Contohnya, keterampilan matematika berguna dalam mengelola keuangan dan perencanaan waktu.
Sebanyak 37,5% responden berpendapat bahwa hubungan ini tergantung situasinya, mencerminkan bahwa tidak semua konteks memerlukan pendekatan matematis. Namun, tidak ada responden yang merasa bahwa matematika tidak berhubungan sama sekali, menunjukkan bahwa keterampilan matematis berperan penting dalam pola pikir analitis dan pengambilan keputusan yang efisien.
Pertanyaan 6 :
Jika iya, bisa jelasin bagaimana matematika membantumu dalam berpikir logis atau menyelesaikan masalah?
Responden menegaskan bahwa matematika berfungsi sebagai proses penting dalam berpikir dan menyelesaikan masalah sehari-hari. Proses ini dimulai dengan perumusan masalah, di mana individu harus mempertimbangkan langkah-langkah yang diperlukan sebelum mengambil keputusan. Contohnya, saat berbelanja, responden menggunakan perhitungan untuk memperkirakan pengeluaran, yang mencerminkan ketelitian dan keadilan.
Matematika juga mengajarkan cara memecah masalah besar menjadi bagian yang lebih kecil, menjadikannya lebih mudah dikelola. Dengan mengikuti langkah-langkah logis, responden merasa lebih mampu berpikir kritis dan mengambil keputusan yang tepat. Meskipun tidak menyelesaikan pendidikan formal, pengalaman sehari-harinya membuktikan bahwa penerapan prinsip matematika tetap relevan dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Secara keseluruhan, proses berpikir matematis berkontribusi pada kemampuan individu dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Pertanyaan 7 :
Apakah kamu merasa kemampuan berpikir matematis membantu dalam hal lain di hidupmu? Kasih contoh, yuk!
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa kemampuan berpikir matematis berperan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak responden menyatakan bahwa logika matematis membantu mereka dalam pengambilan keputusan strategis, terutama saat bermain game yang memerlukan perencanaan. Misalnya, responden menggunakan kalkulasi untuk menentukan langkah terbaik dalam permainan.
Selain itu, berpikir matematis juga diterapkan dalam mengelola keuangan, di mana responden menyesuaikan pengeluaran dengan anggaran untuk membuat keputusan belanja yang efisien. Meskipun beberapa responden merasa kemampuan ini tidak relevan, mayoritas mengakui bahwa berpikir matematis membantu mereka menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan 8 :
Seberapa penting sih peran guru dalam ngebantu kamu memahami matematika?Â
Kami menyediakan lima pilihan jawaban dalam bentuk range 1-5. Skala 1 = sangat tidak membantu hingga skala 5 = sangat membantu.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa mayoritas responden menganggap peran guru sangat penting dalam memahami matematika. Dari 24 jawaban:
- Skala 1 (Sangat tidak membantu): Hanya 4,2% responden yang memberikan penilaian ini, menunjukkan bahwa sedikit sekali yang merasa guru tidak memberikan bantuan dalam pembelajaran matematika.
- Skala 4: Sebanyak 6,7% responden menilai guru cukup membantu, namun tidak seefektif yang diharapkan.
- Skala 5 (Sangat membantu): Mayoritas, yakni 79,2% responden, merasa sangat terbantu oleh guru mereka. Hal ini mencerminkan bahwa guru berhasil dalam menjelaskan materi dan memberikan dukungan yang diperlukan untuk memahami konsep-konsep matematika.
Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa guru memiliki peran krusial dalam proses pembelajaran matematika, dengan sebagian besar siswa merasa bahwa bantuan yang diberikan sangat signifikan dalam meningkatkan pemahaman mereka terhadap materi.
Pertanyaan 9 :
Ada tidak perbedaan dalam pemahaman kamu tentang matematika antara SMP dan SMA?
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa hampir semua responden merasa tidak ada perbedaan signifikan dalam pemahaman mereka tentang matematika antara tingkat SMP dan SMA. Dari 24 jawaban:
- Ya, jelas: Hanya 4,2% responden yang merasakan adanya perbedaan dalam pemahaman matematika, menandakan bahwa sebagian kecil siswa mungkin mengalami perubahan dalam cara pengajaran atau kompleksitas materi yang dipelajari.
- Nggak ada perbedaan: Sebagian besar, yaitu 95,8% responden, merasa bahwa pemahaman mereka tentang matematika tetap konsisten antara kedua tingkat pendidikan tersebut. Ini menunjukkan bahwa banyak siswa mungkin memiliki pengalaman pembelajaran yang serupa dan tidak merasakan perubahan signifikan dalam cara mereka memahami konsep-konsep matematika.
Secara keseluruhan, data ini mencerminkan bahwa bagi sebagian besar siswa, transisi dari SMP ke SMA tidak membawa perubahan besar dalam pemahaman mereka terhadap matematika, yang bisa jadi disebabkan oleh kontinuitas dalam metode pengajaran atau keterpaduan materi yang dipelajari.
Pertanyaan 10 :
Kalau iya, apakah itu karena perbedaan guru atau cara mengajarnya?
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa responden merasakan perbedaan signifikan dalam pengajaran matematika antara SMP dan SMA, yang sebagian besar disebabkan oleh perbedaan guru dan metode pengajaran. Dari 24 jawaban:
Sebagian responden menyatakan bahwa di SMP, fokus pembelajaran lebih banyak pada rumus dan cara berhitung, yang kadang membingungkan. Sementara itu, di SMA, guru lebih kreatif dan sering memberikan contoh dari kehidupan sehari-hari, sehingga materi terasa lebih menarik dan mudah dipahami.
Banyak responden juga merasakan bahwa guru di SMA lebih santai dan memberikan penjelasan yang lebih terperinci, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami konsep-konsep yang diajarkan. Mereka merasa bahwa pembelajaran di SMA tidak hanya terfokus pada rumus, tetapi juga pada penerapan rumus dalam kehidupan sehari-hari, yang mendorong siswa untuk berpikir logis dan bernalar.
Namun, ada juga beberapa responden yang mengamati bahwa kualitas pengajaran guru bervariasi, dengan beberapa merasa guru di SMA lebih malas mengajar. Meskipun demikian, secara umum, perbedaan dalam cara mengajar dan pendekatan yang lebih aplikatif di SMA membuat pemahaman matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi banyak siswa.
Pertanyaan 11 :
Menurut kamu, gimana sih caranya biar matematika bisa diajarin dengan lebih seru dan gampang dipahami? Â
Hasil kuisioner menunjukkan berbagai saran dari responden tentang cara mengajar matematika yang lebih menarik dan mudah dipahami. Dari 24 jawaban, beberapa poin utama yang muncul adalah:
- Pendekatan Guru: Responden menekankan pentingnya memiliki guru yang menyenangkan dan mampu menjelaskan materi dengan bahasa yang sederhana. Hubungan yang baik antara guru dan siswa dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
- Pemahaman Konsep Dasar: Banyak responden menyarankan agar siswa memahami konsep dasar dan rumus terlebih dahulu. Pembelajaran sebaiknya dimulai dengan soal-soal yang mudah, secara bertahap meningkat ke tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
- Contoh dan Aplikasi: Memberikan banyak contoh soal dan mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari dianggap sangat membantu. Responden berpendapat bahwa siswa lebih tertarik belajar matematika jika mereka mengetahui relevansi dan aplikasi nyata dari materi yang dipelajari.
- Metode Pembelajaran Variatif: Penggunaan video, kuis, dan dinamika dalam pembelajaran juga diusulkan untuk membuat suasana kelas lebih hidup. Siswa dapat lebih terlibat jika ada variasi dalam metode pengajaran, seperti games dan ice breaking yang menghilangkan ketegangan.
- Keterlibatan Siswa: Responden menginginkan suasana belajar yang santai, di mana siswa dapat merasa nyaman untuk bertanya dan berdiskusi. Aktivitas yang melibatkan siswa, seperti permainan yang berkaitan dengan materi, dapat meningkatkan fokus dan keterlibatan mereka.
Secara keseluruhan, responden sepakat bahwa pengajaran matematika yang efektif memerlukan kombinasi antara metode yang menarik, pemahaman konsep yang mendalam, dan pendekatan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki sikap positif terhadap pelajaran matematika. Meskipun ada beberapa siswa yang merasa kesulitan, banyak yang mengakui bahwa pengajaran yang menarik dan pendekatan yang kreatif dari guru dapat membantu mereka memahami materi dengan lebih baik. Keterlibatan emosional dengan guru serta suasana kelas yang santai berkontribusi pada pengalaman belajar yang positif.
- Siswa menyadari bahwa logika berpikir sangat penting dalam menyelesaikan masalah matematika.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi siswa terhadap matematika dan logika berpikir meliputi metode pengajaran, kualitas guru, dan relevansi materi dengan kehidupan sehari-hari.
Terima Kasih!
by Kelompok 4
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H