Mohon tunggu...
Margaretha Lina
Margaretha Lina Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Praktek Psikologi Klinis RS Ken Saras Praktek Psikolog di Biro Psikologi Psikologya Center

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cegah Anak Jadi Pelaku Kekerasan Seksual Saat Pandemi

12 Oktober 2020   10:30 Diperbarui: 12 Oktober 2020   10:39 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak pelaku kekerasan seksual biasanya memiliki masalah dengan atau salah satu orang tua. Anak yang mendapatkan kekerasan baik fisik maupun verbal dan anak yang mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari orang sehingga memiliki persepsi yang kurang baik terhadap orang tua. Pengawasan dari orang tua yang kurang membuat anak tidak memiliki kontrol untuk perilaku mereka.

Rendahnya tingkat pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan seksualitas juga berpotensi membuat anak menjadi pelaku kekerasan seksual. Anak-anak yang putus sekolah menjadi rentan karena kurangnya Pendidikan dan pengetahuan mereka mengenai hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta kurang memiliki pengetahuan untuk memecahkan masalah yang ditemui.

Penggunaan gawai dan internet yang tidak terkontrol menyebabkan anak dengan leluasa mendapatkan video porno atau konten yang mengandung pornografi. Pada anak-anak yang memasuki usia remaja, ketika ia tidak mampu untuk mengontrol dorongan seksualnya sebagai akibat sering melihat video porno, maka nafsu seksualnya dibiarkan mengembara dan menuntutnya untuk dicarikan kompensasi pemuasnya.

Menurut Erik Erikson  ( Sandtrock, 2007) dalam teori perkembangan psikosial,  masa remaja merupakan masa anak memasuki tahap Identitas Vs Kebingungan Peran. 

Pada tahap ini, anak akan mencari jati diri yang sebenarnya dan cenderung mencari teman yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Memasuki usia remaja, anak mulai muncul keinginan untuk mencoba hal baru, memiliki  emosi yang belum stabil, dan mulai muncul hasrat seksualnya. 

Teman menjadi sosok yang lebih penting daripada orang tua dan keluarga. Pergaulan anak yang bebas dan salah memilih teman juga dapat memicu melakukan kekerasan seksual. 

Ketika ada teman yang mengajak nonton video dan mulai bercerita tentang hubungan seksual, maka dapat muncul keinginan untuk seperti temannya dan ingin mencoba hal tersebut.  

Bagaimana mencegah anak menjadi pelaku kekerasan seksual?

Kita dapat melakukan pencegahan supaya anak tidak menjadi pelaku kekerasan seksual terutama di saat Pandemi, diantaranya dengan meningkatkan komunikasi dengan anak, buat anak merasa nyaman bercerita dengan orang tua. 

Pada anak-anak kecil lebih mudah untuk menanyakan dan meminta anak untuk menceritakan aktivitas apa saja yang telah dilakukan pada hari itu. Sebagai contoh kita bisa menanyakan pada anak kita “Apa saja kegiatan hari ini?”, "Bermain dengan siapa saja?", "Mainnya seperti apa? Apa yang dirasakan saat bermain?" dan lain sebagainya, sehingga orang tua lebih mudah untuk mengidentifikasi apakah anak mereka menjadi korban atau bahkan pelaku dari kekerasan seksual.  

Pada anak yang lebih besar atau  remaja, dapat dilakukan, orang tua bisa berperan sebagai teman dan menjadi tempat yang nyaman untuk bercerita. Mendengarkan curahan hati anak dan mencoba memahami keinginan dari diri anak.  Ketika mereka mengungkapkan hal yang di luar dugaan, coba untuk menerima tanpa menghakimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun