Penelitian lanjutan yang dilakukan Mischel pada akhir 1980-an dan awal 1990-an menemukan bahwa anak-anak yang lebih sabar menunggu demi hadiah yang lebih besar menunjukkan performa akademis yang lebih baik. Mereka memiliki nilai SAT yang lebih tinggi dan percaya diri yang lebih tinggi. Selain itu, mereka juga kurang rentan terhadap penyalahgunaan obat-obatan.
Kritik dan Kontroversi
Meskipun The Marshmallow Test sangat populer, namun eksperimen ini juga mendapat kritik. Salah satu kritik utama adalah bahwa delay gratification hanya cocok untuk anak-anak dari kalangan menengah dan atas. Apakah anak-anak yang hidup dalam kemiskinan dapat menunda gratifikasi? Studi "Revisiting the Marshmallow Test" pada 2018 dari New York University juga meragukan apakah sikap anak-anak berusia empat tahun dapat prediktif tentang kesuksesan mereka di masa depan.
Dr. Mischel sendiri mengakui kritik-kritik tersebut. Ia menyebutkan bahwa gagasan bahwa anak-anak akan gagal karena tidak sabar memakan marshmallow adalah interpretasi yang serius. Stabilitas lingkungan rumah mungkin memainkan peranan yang lebih penting daripada The Marshmallow Test dalam prediksi kesuksesan.
Kesimpulan
The Marshmallow Test bukanlah tes yang sempurna untuk memprediksi kesuksesan seseorang di masa depan. Namun, ia tetap menjadi salah satu contoh ilmiah yang efektif dalam mempelajari kontrol diri dan penundaan gratifikasi. Anak-anak yang berhasil menunggu marshmallow menunjukkan perilaku yang lebih matang dan strategis dalam menghadapi tantangan.Â
Meski ada kontroversi, The Marshmallow Test masih relevan dalam diskusi tentang bagaimana kita dapat melatih anak-anak untuk menunda kepuasan dan mencapai prestasi yang lebih tinggi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H