Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tao Te Ching (Bab 61 - 81)

13 April 2022   11:22 Diperbarui: 27 September 2024   00:47 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theculturetrip.com

Bab 61. Merendah dalam Tao
Negeri besar perlu merendah bagaikan sungai mengalir turun ke delta (posisi di bawah),
menjadi tempat pusat pertemuan bagi dunia,
dan menjadi sifat perempuan bagi dunia.
Dengan sifat perempuan yang diam dan rendah hati dapat menaklukan laki-laki.

Maka,
negeri besar yang rendah hati terhadap negeri kecil, dapat menggambil hati negeri kecil, sehingga negeri kecil mau menjadi sekutu mereka.
negeri kecil yang rendah hati terhadap negeri besar, dapat memikat hati negeri besar, sehingga negara besar mau melindungi mereka.
Jadi memilih rendah hati akan menciptakan kebersamaan dan persekutuan.

Negeri besar tidak memiliki keinginan lain,
hanya untuk membantu memajukan lebih banyak orang.
Negeri kecil tidak memiliki tujuan lain,
hanya untuk bersekutu dengan lebih banyak orang.
Dengan cara inilah, keduanya (baik negeri besar dan negeri kecil) akan mencapai keinginannya.
Tapi negeri besar perlu senantiasa berlaku rendah hati.

Bab 62. Tao tempat berlindung

Tao adalah tempat berlindung bagi segala makhluk.
Mustika bagi orang baik,
Perlindungan bagi orang yang tidak baik.

Dengan manis budi-bahasa, dapat menarik hati orang,
Dengan perilaku bertata-krama, dapat menarik simpati orang.
Apakah orang yang tidak baik harus sia-sia?

Untuk itulah, seorang raja besar dimahkotai akan didampingi tiga orang perdana menteri.
Daripada mengirim upeti permata mahal yang ditarik kereta dengan empat ekor kuda,
Baiknya mereka (raja dan perdana menteri) diam dan mengikuti sesuai dengan Tao.

Bagaimana di jaman dahulu orang memuliakan Tao?
Bukan untuk memperoleh apa-apa yang diharapkan diri,
dan bukan pula untuk menebus dosa.
Maka dari itu Tao dimuliakan dunia.

Bab 63. Tak ada perkara sukar karena tidak memandang ringan

Melakukan kebajikan tanpa berbuat.
Mengelola tanpa turut campur.
Menikmati tanpa merasakan.
Tak ada perbedaan antara besar, kecil, banyak dan sedikit.

Membalas musuh (kebencian) dengan kebaikan.
Rencanakan pekerjaan sulit selagi masih mudah,
Selesaikan pekerjaan besar dari mengerjakan yang kecil.
Persoalan tersulit di dunia dimulai dengan mudah,
Persoalan besar di dunia diawali dari yang kecil.

Dari itu seorang Bijak tidak menunjukan kebesarannya, maka bisa melakukan pekerjaan besar.
Barang siapa dengan mudah berjanji, malah akhirnya menciptakan kekurangan-percayaan;
yang menggampangkan urusan, maka akhirnya mengalami banyak kesulitan.
Dari itu seorang Bijak tak memandang ringan segala perkara,
maka akhirnya tak ada perkara sukar baginya.

Bab 64. Memandu kembali ke sifat alami dan sewajarnya

Keadaan tenang mudah dipertahankan,
yang belum terjadi mudah direncanakan.
Dalam keadaan rapuh mudah dipecah-pecah,
yang kecil mudah dihancurkan.
Kerjakanlah sebelum terjadi apa-apa,
Atur rapi sebelum menjadi kalut.
Pohon yang besar tumbuh dari tunas yang kecil.
Gedung sembilan tingkat dimulai dari setumpuk tanah.
Perjalanan seribu kilometer dimulai dari satu langkah.
Siapa yang melakukan dengan memaksakan akan gagal.
Siapa yang menguasai dengan erat akan kehilangan.
Itu sebabnya,
seorang Bijak bertindak dengan kebajikan tanpa berbuat, maka ia tak mengalami kegagalan,
tidak menguasai dengan erat, maka tak kehilangan.

Itulah sebabnya,
seorang Bijak menginginkan untuk tidak menginginkan,
maka tidak akan memuliakan kemewahan yang sukar didapatkan.
Ia mempelajari apa yang tidak dipelajari orang,
maka dapat mengembalikan apa-apa yang telah dilalaikan (diabaikan) orang.
Untuk memandu segala hal kembali pada sifat alami dan sewajarnya,
tanpa mengganggu (turut campur).

Bab 65. Kebajikan mendasar sifatnya dalam dan luas

Pada jaman dahulu, pemimpin-pemimpin Bijak yang sesuai dengan Tao tidak membimbing rakyat menjadi pintar, tapi dipimpin untuk tetap dalam sifat sederhana (yang sewajarnya).
Rakyat menjadi sukar diatur ketika merasa sudah pintar dan tahu terlalu banyak.
Maka,
Pemimpin yang memerintah negeri dengan mengutamakan kepintaran bagai pencuri (kutukan) bagi negerinya.
Pemimpin yang memerintah negeri tidak mengutamakan kepintaran bagai berkat bagi negerinya.
Barang siapa memahami dua prinsip (memerintah) ini, bagai memahami kebajikan mendasar.
Kebajikan mendasar sifatnya dalam dan luas.
Segalanya akan kembali ke akarnya,
hanya demikian, maka akan berakhir sempurna.

Bab 66. Merendah seperti Sungai dan Lautan

Sungai dan lautan menjadi raja dari ratusan aliran dan sungai kecil karena pandai menempatkan diri di bawah.
Karena merendah, bisa menjadi raja dari ratusan aliran dan sungai kecil.
Itulah sebabnya,
seorang Bijak yang hendak memerintah rakyat, maka berbicara dengan rendah hati.
Seorang Bijak yang hendak memimpin rakyat, maka menempatkan diri di belakang.
Maka seorang Bijak walaupun berkedudukan tinggi, tidak menonjolkan diri sendiri,
sehingga rakyat tak menaruh keberatan dan ia tak mendapat kesukaran.
Orang tak henti-henti memujanya, karena ia tak mau berebut,
maka tak ada orang yang berebut dengannya.

Bab 67. Tiga mustika

Semua orang di dunia mengatakan bahwa ajaran Tao terlalu besar hingga sulit digambarkan.
Justru karena terlalu besarnya, maka tak dapat digambarkan.
Jika ada yang bisa digambarkan, maka kelamaan itupun akan menjadi sia-sia.
Ada tiga mustika yang kupegang teguh dan kupelihara,
Pertama welas kasih,
Kedua sederhana,
Ketiga kerendahan hati (tidak ingin mendahului dunia).
Dengan sifatnya penuh welas kasih, maka ia menjadi berani.
Dengan berlaku sederhana, maka ia menjadi murah hati,
Dengan tidak ingin mendahului dunia (kerendahan hati), maka ia menjadi pemimpin dengan kendali tinggi.
Barang siapa berani namun tanpa welas kasih,
atau murah hati namun tanpa kendali,
atau ingin mendahului namun tanpa kerendahan hati,
akibatnya akan berbahaya.
Siapa yang menggunakan welas kasih dalam peperangan akan memperoleh kemenangan.
Ketika langit berkenan pada seseorang, Langit akan memberi karunia,
ia akan diindungi dengan welas kasihnya.

Bab 68. Kebajikan tidak berebut selaras dengan Langit

Perwira bijaksana tidak menghasut perang.
Prajurit berani tidak beringasan.
Pemenang menguasai tanpa berkompetisi (berebut).
Majikan pandai mengelola orang dengan sikap rendah hati.
Inilah yang disebut kebajikan tanpa berbuat (Wu Wei).
Inilah yang disebut dapat mengelola orang (tenaga).
Inilah yang pada jaman dulu disebut kesempurnaan yang selaras dengan Langit.

Bab 69. Strategi perang

Seorang panglima perang berujar:
"Aku tidak berani menerima tamu, lebih baik bertamu".
"Tidak berani maju sejengkal, lebih baik mundur selangkah".
Inilah yang dikatakan "berbaris maju tanpa formasi, mendorong tanpa lengan, bertempur tanpa senjata, berperang tanpa musuh".
Tak ada bencana yang lebih besar daripada menganggap enteng lawan.
Siapa menganggap enteng lawan bisa kehilangan (tiga) mustikanya yang berharga.
Maka, jika dua tentara saling bertempur,
yang berduka akan menjadi pihak yang menang.

Bab 70. Mustika Giok yang utama dalam Tao

Pengajaranku sangat mudah dimengerti dan sangat mudah dijalani.
Tetapi orang tak mau mengerti dan tak mau menjalani.
Pengajaranku ada pokoknya;
pekerjaanku ada dasar-tujuannya,
Jarang yang mengerti pengajaranku,
Sedikit yang menjalani pengajaranku.
Maka, seorang Bijak tampil sederhana,
namun di dalam dirinya tersembunyi Giok yang berharga.

Bab 71. Tidak cacat dalam Tao

Mengetahui tapi percaya bahwa hal tersebut tak bisa diketahui, adalah kebijaksanaan.
Tak mengetahui tapi percaya bahwa hal tersebut bisa diketahui, adalah kecacatan.
Orang Bijak tidak cacat, karena ia mengenali kecacatannya sebagai cacat.
Ia yang mengenali kecacatannya sebagai cacat.
Maka, ia menjadi tidak cacat.

Bab 72. Menghormati pemimpin Bijak dalam Tao

Jika rakyat tidak lagi segan pada pemimpin Bijak, maka akan datang bahaya.
Pemimpin Bijak tidak mempersempit hidup rakyatnya.
Ia tidak membebani kehidupan rakyatnya.
Ia tidak akan menindas rakyatnya.
Karena ia tidak menindas, maka ia tidak ditindas rakyatnya.
Maka seorang Bijak memahami diri sendiri, tapi tak menonjolkan diri,
merawat diri sendiri, tapi tak memegahkan diri.
Sesungguhnya, ia lebih memilih memahami diri dan merawat diri,
tidak menonjolkan diri dan memegahkan diri.

Bab 73. Jaring Langit (Tao)

Berani untuk gagah menuju kematian,
Berani untuk tidak gagah (disertai kewaspadaan) menuju hidup.
Dua macam keberanian ini, satu memberi faedah dan yang lain mendatangkan bencana.
Manakah yang berkenan bagi Langit?
Maka orang Bijak tidak menganggap enteng.

Jalan Tao di Langit adalah
tanpa menyerang tetap menang,
tanpa bicara tetap merespon,
tanpa menyuruh hadir tetap datang dengan sendirinya,
tenang tapi bisa menyelesaikan masalah.
Jaring (alam semesta) Langit luas,
meskipun renggang-renggang tapi tak ada yang bisa lepas darinya.

Bab 74. Algojo utama (Langit)

Jika rakyat tidak takut mati, mengapa menggunakan hukuman mati untuk menakut-nakuti?
Jika telah membuat rakyat takut mati tapi mereka tetap melanggar hukum,
aku bisa menangkap dan membunuh mereka,
maka siapakah yang berani melanggar hukum lagi?

Hanya ada algojo utama dari Langit yang bertugas melaksanakan hukuman mati.
Barang siapa membunuh untuk mewakili algojo utama,
maka ia bagai tukang potong bekerja menebang pohon,
yang dibandingkan dengan tukang kayu berpengalaman menebang pohon.
Tukang potong yang menebang pohon, jarang yang tidak melukai tangannya sendiri.

Bab 75. Ketamakan

Rakyat kelaparan.
Yang kaya rakus memungut pajak,
makanya orang-orang kelaparan.
Rakyat memberontak.
Yang kaya kejam menindas,
makanya orang-orang memberontak.
Rakyat memandang remeh hidup.
Yang kaya membuat hidup menjadi sulit dan mahal,
makanya orang-orang memandang remeh hidup.
Barang siapa yang hidup bukan hanya untuk diri sendiri, maka hidupnya lebih berharga daripada hidup orang yang hanya mencari kekayaan.

Bab 76. Lembut dan lunak dalam Tao

Ketika manusia hidup, tubuhnya lembut dan lunak,
Ketika mati, tubuhnya menjadi kaku dan keras.
Ketika hidup, segala benda di dunia, pepohonan dan rerumputan, mereka tumbuh karena lembut dan lemas (fleksibel), hidupnya adalah lemas, tetapi setelah mati menjadi kering dan kaku.
Maka keras itu adalah sifat dari kematian, sebaliknya kelembutan itu adalah sifat dari kehidupan.
Oleh sebab itu dikatakan tentara yang dipersenjatai kuat itu tak dapat mencapai kemenangan.
Kayu yang kuat digunakan untuk tiang penyangga, maka yang kuat itu tempatnya di bawah sedangkan yang lemah tempatnya di atas.

Bab 77. Hukum Langit Tao mengurangi yang lebih dan menambah yang kurang

Hukum Langit, seperti orang membentang busur panah,
bila ketinggian diturunkan sedikit, bila kerendahan dinaikan sedikit.
Hukum Langit mengurangi yang kelebihan dan menambah yang kekurangan.
Akan tetapi hukum yang dibuat manusia tidak demikian,
manusia itu mengurangi yang sudah kurang, untuk menambah yang sudah kelebihan.
Siapakah yang setelah memiliki kelebihan, lalu memberikannya pada sesama?
Ia adalah orang yang sudah mencapai Tao.
Maka orang Bijak bekerja dengan tidak mengharapkan buah dari pekerjaannya.
Berjasa tanpa mengakui pahalanya.
Tanpa memperlihatkan diri sebagai orang bijaksana.

Bab 78. Kebajikan Air dalam Tao

Di dunia ini tidak ada benda yang lebih lembut dan lunak dari pada air.
Hanya air, tanpa tenaga bisa menghancurkan yang keras,
Tak ada yang bisa menggantikannya.
Yang lembut menang atas yang kuat.
Yang lunak menang atas yang keras.
Orang sedunia mengetahui tentang hal ini, tetapi tak bisa menerapkannya.
Maka orang Bijak mengatakan:
Siapa yang memikul kehinaan maka ialah yang dimuliakan.
Siapa yang menanggung kesukaran maka ialah yang memimpin.
Kebenaran justru sering bertentangan dengan anggapan umum.

Bab 79. Mentaati perjanjian adalah sesuai dengan Jalan Langit Tao

Walaupun satu perselisihan besar dapat didamaikan,
tapi bisa jadi menyisakan perselisihan berkepanjangan.
Bagaimana hal ini bisa diperbaiki?
Seorang Bijak mentaati perjanjian dengan tanpa menuntut pihak lain.
Orang berbudi mentaati perjanjian,
Orang tidak berbudi menuntut (bahkan bisa mengambil keuntungan).
Jalan Langit dalam Tao tidak memihak salah satu,
hanya membela pihak yang benar.

Bab 80. Memerintah negeri kecil sesuai dengan Tao

Di suatu negeri kecil yang sedikit rakyatnya.
Membiarkan rakyat memiliki alat-alat (perang) sangat banyak, namun mereka tak perlu menggunakannya.
Membiarkan rakyat tak memandang ringan pada kematian agar tak melakukan perjalanan jauh.
Walaupun mempunyai perahu dan kereta, namun tak ada yang mau menaikinya.
Walaupun mempunyai senjata dan alat-alat perang tak ada yang mau menggunakan.
Membiarkan rakyat kembali menggunakan tali ikatan seperti tradisi dahulu kala.
Membiarkan rakyat menikmati enak makannya, indah pakaiannya, tenang di tempat tinggalnya dan nyaman dengan hidupnya.
Negeri tetangga berhadapan satu sama lain,
kokok ayam dan gonggong anjing pun terdengar satu sama lain.
Namun sepanjang usianya, rakyat tak mengadakan perjalanan antara satu dengan yang lain.

Bab 81 : Tidak menimbun

Kata-kata yang jujur tidak indah,
kata-kata yang indah tidak jujur.
Orang yang luhur budinya tidak pandai berkata-kata,
orang yang pandai berkata-kata tidak luhur budinya.
Orang yang bijak tidak berpendidikan tinggi (belajar/menimbun ilmu),
orang yang berpendidikan tinggi (belajar/menimbun ilmu) tidak bijak.
Orang Bijak tidak menimbun,
semakin banyak bekerja (untuk orang lain), semakin bertambah miliknya.
semakin banyak memberi (pada orang lain), semakin bertambah hasilnya.
Jalan Tao Langit memberkati, bukan merusak.
Jalan Tao yang dipilih orang Bijak untuk bertindak (untuk orang lain), bukan untuk bersaing (berebut).

*kata dalam tanda kurung adalah catatan penjelasan, atau alternatif terjemahan.

Sumber:
Pertemuan Tao Te Ching - 52 Living Ideas di meetup.com bersama Jason Peng, Amon Greene dan Shrikant.

Penulis & penerjemah
Margaretha
Pelajar sedang menempuh pendidikan lanjut di the University of Melbourne.

Terjemahan Bahasa Indonesia dari hasil karya terjemahan oleh Jason Peng dan Amon Greene dalam program Tao Te Ching yang diselenggarakan oleh 52 Living Ideas. Dibaca dan dipahami untuk penerjemahan Bahasa Indonesia dengan juga menggunakan referensi terjemahan Tao Te Ching oleh Ursula Le Guin dan Stefan Stenudd.

Bahasa Indonesia translation from the courtesy work of Jason Peng and Amon Greene in a Tao Te Ching program facilitated by 52 Living Ideas. This translation work also refer to works from Ursula Le Guin and Stefan Stenudd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun