Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tao Te Ching (Bab 61 - 81)

13 April 2022   11:22 Diperbarui: 27 September 2024   00:47 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theculturetrip.com

Bab 74. Algojo utama (Langit)

Jika rakyat tidak takut mati, mengapa menggunakan hukuman mati untuk menakut-nakuti?
Jika telah membuat rakyat takut mati tapi mereka tetap melanggar hukum,
aku bisa menangkap dan membunuh mereka,
maka siapakah yang berani melanggar hukum lagi?

Hanya ada algojo utama dari Langit yang bertugas melaksanakan hukuman mati.
Barang siapa membunuh untuk mewakili algojo utama,
maka ia bagai tukang potong bekerja menebang pohon,
yang dibandingkan dengan tukang kayu berpengalaman menebang pohon.
Tukang potong yang menebang pohon, jarang yang tidak melukai tangannya sendiri.

Bab 75. Ketamakan

Rakyat kelaparan.
Yang kaya rakus memungut pajak,
makanya orang-orang kelaparan.
Rakyat memberontak.
Yang kaya kejam menindas,
makanya orang-orang memberontak.
Rakyat memandang remeh hidup.
Yang kaya membuat hidup menjadi sulit dan mahal,
makanya orang-orang memandang remeh hidup.
Barang siapa yang hidup bukan hanya untuk diri sendiri, maka hidupnya lebih berharga daripada hidup orang yang hanya mencari kekayaan.

Bab 76. Lembut dan lunak dalam Tao

Ketika manusia hidup, tubuhnya lembut dan lunak,
Ketika mati, tubuhnya menjadi kaku dan keras.
Ketika hidup, segala benda di dunia, pepohonan dan rerumputan, mereka tumbuh karena lembut dan lemas (fleksibel), hidupnya adalah lemas, tetapi setelah mati menjadi kering dan kaku.
Maka keras itu adalah sifat dari kematian, sebaliknya kelembutan itu adalah sifat dari kehidupan.
Oleh sebab itu dikatakan tentara yang dipersenjatai kuat itu tak dapat mencapai kemenangan.
Kayu yang kuat digunakan untuk tiang penyangga, maka yang kuat itu tempatnya di bawah sedangkan yang lemah tempatnya di atas.

Bab 77. Hukum Langit Tao mengurangi yang lebih dan menambah yang kurang

Hukum Langit, seperti orang membentang busur panah,
bila ketinggian diturunkan sedikit, bila kerendahan dinaikan sedikit.
Hukum Langit mengurangi yang kelebihan dan menambah yang kekurangan.
Akan tetapi hukum yang dibuat manusia tidak demikian,
manusia itu mengurangi yang sudah kurang, untuk menambah yang sudah kelebihan.
Siapakah yang setelah memiliki kelebihan, lalu memberikannya pada sesama?
Ia adalah orang yang sudah mencapai Tao.
Maka orang Bijak bekerja dengan tidak mengharapkan buah dari pekerjaannya.
Berjasa tanpa mengakui pahalanya.
Tanpa memperlihatkan diri sebagai orang bijaksana.

Bab 78. Kebajikan Air dalam Tao

Di dunia ini tidak ada benda yang lebih lembut dan lunak dari pada air.
Hanya air, tanpa tenaga bisa menghancurkan yang keras,
Tak ada yang bisa menggantikannya.
Yang lembut menang atas yang kuat.
Yang lunak menang atas yang keras.
Orang sedunia mengetahui tentang hal ini, tetapi tak bisa menerapkannya.
Maka orang Bijak mengatakan:
Siapa yang memikul kehinaan maka ialah yang dimuliakan.
Siapa yang menanggung kesukaran maka ialah yang memimpin.
Kebenaran justru sering bertentangan dengan anggapan umum.

Bab 79. Mentaati perjanjian adalah sesuai dengan Jalan Langit Tao

Walaupun satu perselisihan besar dapat didamaikan,
tapi bisa jadi menyisakan perselisihan berkepanjangan.
Bagaimana hal ini bisa diperbaiki?
Seorang Bijak mentaati perjanjian dengan tanpa menuntut pihak lain.
Orang berbudi mentaati perjanjian,
Orang tidak berbudi menuntut (bahkan bisa mengambil keuntungan).
Jalan Langit dalam Tao tidak memihak salah satu,
hanya membela pihak yang benar.

Bab 80. Memerintah negeri kecil sesuai dengan Tao

Di suatu negeri kecil yang sedikit rakyatnya.
Membiarkan rakyat memiliki alat-alat (perang) sangat banyak, namun mereka tak perlu menggunakannya.
Membiarkan rakyat tak memandang ringan pada kematian agar tak melakukan perjalanan jauh.
Walaupun mempunyai perahu dan kereta, namun tak ada yang mau menaikinya.
Walaupun mempunyai senjata dan alat-alat perang tak ada yang mau menggunakan.
Membiarkan rakyat kembali menggunakan tali ikatan seperti tradisi dahulu kala.
Membiarkan rakyat menikmati enak makannya, indah pakaiannya, tenang di tempat tinggalnya dan nyaman dengan hidupnya.
Negeri tetangga berhadapan satu sama lain,
kokok ayam dan gonggong anjing pun terdengar satu sama lain.
Namun sepanjang usianya, rakyat tak mengadakan perjalanan antara satu dengan yang lain.

Bab 81 : Tidak menimbun

Kata-kata yang jujur tidak indah,
kata-kata yang indah tidak jujur.
Orang yang luhur budinya tidak pandai berkata-kata,
orang yang pandai berkata-kata tidak luhur budinya.
Orang yang bijak tidak berpendidikan tinggi (belajar/menimbun ilmu),
orang yang berpendidikan tinggi (belajar/menimbun ilmu) tidak bijak.
Orang Bijak tidak menimbun,
semakin banyak bekerja (untuk orang lain), semakin bertambah miliknya.
semakin banyak memberi (pada orang lain), semakin bertambah hasilnya.
Jalan Tao Langit memberkati, bukan merusak.
Jalan Tao yang dipilih orang Bijak untuk bertindak (untuk orang lain), bukan untuk bersaing (berebut).

*kata dalam tanda kurung adalah catatan penjelasan, atau alternatif terjemahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun