Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Melampaui Narsis

8 Oktober 2021   09:07 Diperbarui: 11 Oktober 2021   13:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika harus berhubungan dengan seorang narsis

Bukan tidak mungkin, ada narsis di salah satu teman, keluarga, orang tua, pasangan atau mantan pasangan, atau rekan kerja kita. Hal ini membuat kita harus berhubungan dan membuat kontak sosial dengan narsis. Namun, pastikan kita siap.

Judit Orloff (2011) mengemukakan paling tidak ada 3 hal yang dapat dilakukan ketika harus berhadapan dengan seorang narsis.

1. Memiliki harapan realistis atas narsis. Walau narsis tampak meyakinkan, namun sebenarnya kemampuan emosional dan pengelolaan stress mereka sebenarnya terbatas. Dengan memahami ini, kita tidak akan terlalu berharap pada seorang narsis untuk memahami dan merespon emosi kita seperti yang kita inginkan.

2. Jangan pernah menggantungkan harga diri anda pada seorang narsis. Usahakan untuk tidak terjebak dalam kebiasaan terus memuja narsis. Jangan terlarut dalam perilaku selalu berusaha menyenangkan atau mengakui kemegahan diri seorang narsis. Tapi, tahan juga keinginan untuk ikut menimpali atau menyerang narsis, karena ia tidak akan menghargai atau mengapresiasi kemampuan anda. Hal ini bisa memicu munculnya konflik berkepanjangan dengan narsis atau perilaku agresifnya. 

Namun dalam hubungan intim awal, sebenarnya tidak disarankan untuk membangun relasi dengan narsis. Ini akan menjadi hubungan sulit. Narsis mampu memanipulasi, berbohong, selingkuh dan apapun yang bisa dilakukannya untuk membuat dirinya mencapai apa yang diinginkannya, termasuk menyakiti pasangannya.

Kemampuan narsis dalam membangun dan mempertahankan relasi sehat sebenarnya sangat rendah, jauh di bawah rata-rata. Meraka sangat lemah, terutama dalam hal kepekaaan dan empati pada pasangan. Padahal, hal-hal ini sangat dibutuhkan secara mendasar dalam membangun hubungan intim yang sehat. 

Kurangnya empati ini bukan hal yang mudah dirubah, artinya bahkan psikoterapi pun belum tentu berhasil membuat narsis menjadi lebih baik dalam relasi intim. Ada biaya mental yang sangat besar untuk bertahan dalam relasi intim dengan seorang narsis.

Jika bekerja dengan Narsis

Dalam hubungan kerja/bisnis, tunjukkan minat bekerjasama, namun jelaskan juga batasan dan aturan mainnya. Agar dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan seorang narsis, kita perlu menunjukkan bahwa tujuan kerja akan memberikan keuntungan bagi mereka. Dengan begitu, mereka akan lebih sukacita untuk berkomunikasi dan bekerjasama dengan kita karena sesuai dengan egonya. 

Tapi, pastikan sampaikan juga bahwa pekerjaan ini tersistem dan tertulis (ada aturan sebagai pedomannya). Contohnya: ”saya ajak kamu makan malam dengan calon rekan bisnis saya, karena mereka menganggap kamu menyenangkan. Dan kita bekerja dengan ketentuan dan pedoman ini.” 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun