Anak dengan autisme memiliki kemampuan komunikasi yang berbeda, dimana mereka memiliki keterbatasan dalam memahami fungsi sosial komunikasi dan Sebagian juga lemah dalam komunikasi verbal. Mereka cenderung memahami bahasa secara literal dan kesulitan komunikasi tersirat/implisit. Kebanyakan mereka lebih mudah memahami informasi secara visual.
Anak dengan ASD biasanya lebih tinggi kemampuan komunikasi ekspresifnya daripada reseptif. Pada beberapa anak juga ditemukan keterlambatan perkembangan bahasa.
Anak dengan ASD juga sulit membaca dan memahami pikiran dan perasaan orang lain di sekitarnya; dan sebaliknya mereka juga tidak dapat memahami kemampuan diri sendiri.
Sebagai akibatnya, mereka sulit berinteraksi sosial. Sering, anak dengan ASD terlihat seperti tidak memiliki minat berinteraksi sosial. Sebenarnya, mereka ingin berinteraksi tapi keterbatasannya membuatnya tidak mampu menjalin interaksi sosial tanpa dibantu orang lain.
2. Gangguan minat terbatas dan perilaku berulang/repetitif
Anak dengan autisme memiliki minat yang terbatas serta keterpakuan pada pola atau rutinitas, seperti: menyukai menyusun barisan mainan.
Ada juga perilaku berulang yang ditunjukkan seperti obsesi terhadap suatu obyek, misalkan: sangat tertarik pada jadwal atau benda tertentu. Rutin dan ritual menjadi suatu yang sangat penting dalam aktivitas anak dengan autisme, seperti melakukan hal-hal dalam urutan tertentu, menggunakan baju tertentu, makan makanan tertentu.
Rutinitas membuat anak dengan autisme mampu memprediksi dan mengelola dunianya, maka ia akan sangat merasa tertekan jika ritual dan rutinitasnya terganggu.
3. Karakteristik kognitif
Secara khusus kemampuan kognitifnya dapat mengalami hambatan/keterbatasan pada 3 area:
1) kelemahana fungsi eksekutif (executive function), yaitu cenderung mengalami kesulitan dalam merencanakan, memulai, mengelola dan mempertahankan perilaku dalam rangka mencapai tujuannya.