Machiavellian sering tampil sebagai orang licik, mencari keuntungan pribadi, tidak/kurang mampu melakukan perilaku pro-sosial, motivasi kerja bukan intrinsik, dan haus kekuasaan; hal-hal inilah yang membuat mereka tidak diinginkan secara sosial. Namun karena sifat ingin menangnya, pada beberapa posisi, Machiavellian dapat dipilih sebagai pemimpin.
Karakter kepribadian Machiavellian dapat diidentifikasi oleh tiga nilai yang saling terkait: 1) keyakinan bahwa mampu melakukan taktik manipulatif dalam berurusan dengan orang lain, 2) pandangan sinis atas sifat manusia lain, dan 3) dan pandangan moral semu yang menempatkan prinsip kemanfaatan (terutama untuk mencapai kepentingan pribadi) di atas segalanya.
Machiavellian menganggap diri mereka sebagai manipulator ulung daripada orang lain, walaupun belum tentu kecerdasan emosional yang dimilikinya sekuat yang mereka pikirkan.
Machiavellian relatif berhasil dalam karir mereka, terutama ketika mereka bekerja di lingkungan kerja yang kurang terstruktur, atau kurang terorganisir. Jika struktur organisasi meningkat, keberhasilan mereka tampak cenderung menurun. Mereka belum tentu tidak disukai oleh orang lain, tetapi mereka tidak akan sungguh berhasil dan bertahan lama jika masuk dalam bidang politik, karena secara pribadi tidak pernah benar-benar disukai orang-orang di sekitarnya.
Machiavellian cenderung mudah menipu, berbohong, dan mengkhianati orang lain. Akan tetapi, mereka jarang/tidak terlibat dalam bentuk kriminalitas atau perilaku antisosial berat.
Narsisme (Narcissistic)
Narsis melihat dirinya lebih tinggi dan merendahkan orang lain di sekitarnya, sering diikuti dengan kesombongan yang ekstrim, fokus pada diri dan abai pada orang lain, arogansi, dan merasa berhak mendapatkan perlakuan lebih dari yang lain.
Narsis akan tampil meyakinkan dalam berjuang mendapatkan pencapaian positif, seperti: Â status sosial yang tinggi, posisi kepemimpinan, popularitas jangka pendek, dan kesuksesan kawin-relasi intim jangka pendek tapi gagal mempertahankan komitmen jangka panjang.
Sisi negatifnya juga muncul seperti: kerentanan atas isu tertentu yang bisa mengancam ego/personanya, kurangnya/tidak adanya integritas, serta perselingkuhan dan penelantaran dalam relasi intim.
Narsisme juga sering menunjukkan cara pandang yang berlebihan atas kemampuan diri, memiliki fantasi kontrol, merasa mampu dan sukses, dan merasa dikagumi oleh orang banyak; dimana cara pandang narsis ini hadir dan diperkuat oleh orang lain yang ada di sekitar narsis.
Kebanyakan pendekatan psikologi berusaha membedakan antara ego sehat yang penuh dengan kepercayaan diri, dan ego tidak sehat dengan narsisisme atau cinta diri.
Narsis sering melebih-lebihkan pretasi yang pernah dicapainya, tidak menyukai kritik, menolak untuk berkompromi, dan hanya menjalin hubungan interpersonal dan romantis dengan orang-orang yang mengagumi mereka.