PFA bukanlah konseling profesional, sehingga relawan yang akan mempelajari PFA tidak harus memiliki latar belakang psikologi atau ilmu kesehatan. Relawan dari berbagai latar belakang pendidikan dapat mengikuti pelatihan PFA. Semua relawan yang terlibat dalam pertolongan di masa bencana/krisis bisa mempelajari PFA. Tidak hanya relawan yang membantu pengungsi/orang secara langsung, bahkan petugas logistik atau keamanan pun perlu memahami prinsip PFA.
Training PFA WHO dapat dilakukan dalam waktu 1 hari (sekitar 7 jam) dengan standar pelatihan WHO. Dengan keahlian yang didapat dari training ini, relawan dapat menerapkan PFA dalam kegiatan atau aktivitas mereka di konteks bencana.
PFA diberikan secara integratif dalam pertolongan di masa krisis, artinya tidak diberikan secara fragmental atau terpisah-pisah dengan bantuan lainnya. PFA seharusnya diberikan di bawah koordinasi institusi yang berwenang dalam konteks bencana agar layanan dalam konteks bencana menjadi terintegrasi.
Perlindungan diri relawan juga harus diupayakan. Terkadang, relawan mengalami kelelahan dan sulit merawat diri sendiri karena menghadapi berbagai tantangan kerja dalam konteks bencana. PFA akan membekali relawan dengan cara-cara meningkatkan resiliensi dan kesiapan melaksanakan tugas relawan dalam konteks bencana.Â
Simpulan
PFA merupakan pendekatan intervensi dalam mendampingi manusia terdampak bencana/krisis, dalam rangka mengurangi stress awal dan membangun kemampuan fungsi adaptif jangka panjang. Harapannya dengan penerapan PFA, maka persoalan berkelanjutan terkait dengan bencana/krisis dapat diturunkan atau dicegah.Â
PFA WHO dapat digunakan sebagai panduan umum mengenai pelaksanaan pemberian pertolongan psikologis pertama di situasi bencana/krisis. PFA WHO juga berusaha untuk memperhatikan faktor sosial-budaya-spiritual yang dapat mempengaruhi sikap, perilaku dan emosi korban/pengungsi dalam situasi bencana.
Perlu dipahami bahwa ada banyak jenis bencana dan reaksi orang terdampak bencana juga bisa berbagai bentuknya. Oleh karena itu bentuk intevensi yang diberikan juga perlu mempertimbangkan banyak faktor dan harus diberikan secara fleksibel. Termasuk mempertimbangkan kebutuhan individual-masyarakat, perilaku sosial dan budaya, nilai serta kepercayaan orang terdampak bencana. Maka relawan bencana sebelum masuk ke konteks bencana perlu mempelajari konteks bencana yang terjadi/yang akan dihadapinya.
Referensi:Â
World Health Organization (2011). Psychological first aid: A Guide for field workers. WHO: Geneva.Â