Mohon tunggu...
Margaretha
Margaretha Mohon Tunggu... Dosen - A passionate learner - Ad Astra Abyssoque.

Margaretha. Pengajar, Peneliti, serta Konselor Anak dan Remaja di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga. Saat ini tengah menempuh studi lanjut di Departemen Pediatri, the University of Melbourne dan terlibat dalam the Centre of Research Excellence in Global Adolecent Health.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sehat Mental dan Mampu Beradaptasi Selama Krisis Pandemi

29 April 2020   19:41 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:05 2091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4. Berusaha menghidupkan pola hidup sehat secara fisik, psikologis, sosial dan spiritual. 
Agar kita menjadi lebih sehat dan kuat menghadapi krisis, pastikan yang masuk pada diri kita adalah bahan-bahan yang sehat. Baik makanan sehat buat tubuh fisik kita (tidak memasukkan makanan tidak sehat atau zat adiktif ke dalam tubuh).

Memilah-milah informasi yang sehat yang akan membuahkan pikiran dan psikologis yang sehat. Juga interaksi sosial yang sehat karena memberikan dukungan serta perasaan nyaman dan aman.

Juga memastikan ketercukupan pemenuhan kebutuhan spiritual, dengan melakukan ritual keagamaan di rumah yang akan memfasilitasi keterhubungan kita dengan Yang Maha Kuasa. Orang-orang yang terpenuhi kebutuhan spiritualnya ditemukan lebih sehat baik secara fisik dan mental.

Namun, ada juga orang-orang yang akan lebih beresiko membutuhkan bantuan lebih untuk menghadapi stress di masa krisis ini. Mereka adalah: anak-anak, orang dengan kebutuhan khusus, dan juga orang lanjut usia.

Pada anak, mereka bisa rentan mengalami stress tinggi jika terjadi perubahan drastis dalam hidup mereka. Biasanya anak akan lebih emosional karena kehilangan rutin sekolahnya, ia juga takut kehilangan teman dan belajarnya.

Kenali jika muncul gejala-gejala stress problematik, seperti: sedih berlebihan, cemas, takut, bingung, bahkan mulai mempengaruhi kemunculan kesulitan tidur atau makan. 

Jika ini terjadi, maka anak perlu dibantu menyelesaikan stressnya.Beberapa strategi yang bisa dilakukan pada anak yang tengah kesulitan karena stressnya, adalah:

  1. Memberikan perhatian dan kasih lebih pada anak, terutama untuk berbicara dan menyelesaikan rasa takutnya. Pembicaraan yang terbuka dan jujur pada anak tentang apa yang terjadi sesuai dengan kemampuan pemahamannya. Jika masih sangat muda, gunakan kata-kata yang sederhana dan alat bantu visual atau gambar. 
  2. Menjadikan diri kita sebagai contoh/panutan (role model) dalam menyelesaikan stress kita. Anak belajar lebih banyak dari mengamati, terutama orang-orang terdekatnya. Jika orang tua menunjukkan sikap tenang dalam menyelesaikan stress, maka anak akan dapat belajar meniru orang tuanya; dan juga sebaliknya. Jadi orang tua perlu sadar betul apa perilaku yang ditunjukkan di hadapan anaknya. 
  3. Memberikan cara-cara kreatif bagi anak untuk mengekspresikan kecemasannya, misalkan menggambar, olah raga, atau menyusun rutin menarik lainnya di rumah. Buat anak bersemangat untuk melakukan aktivitas-aktivitasnya di rumah. Usahakan agar tidak selalu terpaku dengan gadget dan kegiatan bermain diam (sedentary play), dengan mengkombinasikan rutinnya dengan aktivitas bermain aktif (active play).

Jika anda menemukan adanya hambatan bagi anak untuk menjadi sehat atau terancam hak hidupnya, maka kita perlu membantunya.

Anak yang masih menunjukkan gejala stress atau sedih berlebihan bisa dibawa untuk mendapatkan bantuan psikologis profesional ke psikolog atau dokter anak. 

Anak-anak yang mengalami kekerasan dan penelantaran perlu segera dibantu keluar dari siklus kekerasan di rumahnya, dengan melaporkan pada pihak berwenang di lingkungan kita. 

Jangan biarkan anak mengalami kekerasan; dengan diam kita membiarkan kekerasan terus terjadi. Tugas kita sebagai warga masyarakat dan manusia untuk membantu anak-anak yang mengalami kekerasan dan penelantaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun