Mohon tunggu...
Cici Sabarofek
Cici Sabarofek Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Doktoral Pengembangan SDM Unair, Dosen Universitas Papua

Aku terus memperbaiki diri dan mencari kesempatan baru untuk berkembang, sambil tetap menghargai hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pesan Subliminal Dalam "Yummy": Kritik terhadap Eksploitasi di Dunia Hiburan

2 Oktober 2024   11:56 Diperbarui: 2 Oktober 2024   11:57 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah penangkapan P Diddy pada 16 September 2024, video klip lagu Justin Bieber berjudul "Yummy" yang dirilis pada tahun 2020 hit dengan cepat menjadi subjek banyak diskusi konspirasi. Berbagai diskusi yang beredar di media sosial, Justin Bieber membuat video klip "Yummy" ini sebagai cara untuk mengungkap kesulitan yang dia alami sebagai remaja muda saat menghadiri White Party yang diorganisir oleh P Diddy.

Interpretasi visual dan lirik lagu "Yummy" oleh Justin Bieber bisa dianggap sebagai simbolisasi yang kompleks mengenai eksploitasi dan objektifikasi dalam industri hiburan, terutama terhadap anak-anak atau artis muda. Dalam video ini, Justin memasuki sebuah pesta mewah yang penuh dengan para elit, di mana terdapat kesan bahwa ia dan anak-anak lainnya hanya dianggap sebagai alat hiburan bagi orang dewasa kaya yang memandang mereka sebagai komoditas.

Warna merah muda yang dikenakan Justin, baik pada pakaiannya maupun rambutnya, bisa ditafsirkan sebagai representasi dari masa kanak-kanak, kepolosan, serta feminitas. Merah muda dalam konteks ini juga dapat mengindikasikan kerentanan, dimana artis muda dieksploitasi karena ketidakmampuan mereka melawan sistem yang lebih besar dari mereka. Sebaliknya, para selebriti dewasa yang hadir dalam ruangan tersebut tampak menggunakan kuasa mereka untuk mengambil keuntungan dari anak-anak, seperti yang tergambar dalam adegan dimana anak-anak menghibur para orang tua.

Simbol makanan di atas meja, khususnya ceri, sering dikaitkan dengan makna seksual dalam berbagai budaya, dan dalam video ini mungkin menggambarkan bagaimana dunia hiburan mengeksploitasi tubuh dan jiwa artis muda untuk keuntungan ekonomi dan sensasional. Hidangan lain yang disajikan di atas meja melambangkan alat kelamin, yang bisa dilihat sebagai simbol seksualisasi yang dialami oleh para artis muda, khususnya perempuan, dalam dunia hiburan.

Pria tua yang muncul di belakang Justin dan kemudian mendekatinya memberikan tatapan yang mengerikan, seolah-olah ia memandang Justin sebagai "barang konsumsi" yang siap dieksploitasi. Ini bisa dipahami sebagai kritikan terhadap bagaimana industri hiburan melihat artis-artis muda—sebagai objek yang menguntungkan dan bukan individu yang memiliki kebebasan atau hak untuk menentukan jalan hidup mereka.

Puncaknya, foto masa kecil Justin yang ditemukan di piring menjadi simbol kuat tentang bagaimana dia, sebagai seorang artis muda, telah dijadikan objek sejak kecil. Ini mencerminkan realitas pahit dari banyak artis yang memasuki dunia hiburan di usia muda—mereka dimanfaatkan, dieksploitasi, dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan para elit yang lebih kuat. Mereka tidak lagi dianggap sebagai individu dengan potensi unik, melainkan sekadar "produk" untuk dinikmati oleh orang-orang yang lebih kuat dalam industri tersebut.

Dalam lirik "Yummy" pesan subliminal ini semakin diperjelas dengan pengulangan kata "yummy" yang dalam konteks ini bisa dilihat sebagai cara artis dipandang hanya dalam nilai komersial dan sensual mereka, bukan dalam nilai seni atau pribadi mereka. Ini adalah kritik yang halus namun tajam terhadap komodifikasi artis oleh industri hiburan, dimana suara mereka yang sebenarnya sering kali tidak didengar, meskipun mereka telah lama memberikan isyarat-isyarat peringatan ini.

Melalui penggambaran yang memikat dan simbolis ini, Justin mungkin ingin memberi tahu kita tentang bagaimana masa mudanya dan artis lain telah dieksploitasi—sebuah pesan yang sayangnya sering kali diabaikan atau tidak dipahami oleh publik.

Pesan yang bisa diambil dari video musik "Yummy" Justin Bieber untuk masyarakat adalah sebuah peringatan akan bahaya eksploitasi, objektifikasi, dan komodifikasi individu, khususnya anak-anak dan artis muda, dalam industri hiburan. Video ini mengajak kita untuk lebih kritis terhadap cara kita mengonsumsi media dan bagaimana kita memandang figur-figur publik, terutama mereka yang masuk ke dalam industri hiburan sejak usia dini.

1. Kritis Terhadap Eksploitasi di Industri Hiburan

Masyarakat sering kali hanya melihat bagian yang menyenangkan dari hiburan tanpa menyadari sisi gelap di baliknya. Video ini menyoroti bagaimana artis muda bisa menjadi korban eksploitasi, diperlakukan sebagai komoditas oleh orang-orang yang lebih berkuasa. Pesannya adalah agar kita tidak mendukung budaya yang hanya melihat artis dari segi komersial dan sensual mereka, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan mereka sebagai individu.

2.  Mendukung Kesadaran dan Perlindungan Artis Muda

Masyarakat bisa membantu menekan budaya yang mengeksploitasi anak-anak atau artis muda dengan memberikan dukungan pada inisiatif-inisiatif yang mempromosikan kesejahteraan dan perlindungan artis, terutama dari sisi hukum. Kita harus lebih peka terhadap isu-isu yang menyangkut pelecehan, manipulasi, dan tekanan mental yang sering dialami oleh mereka yang terjun ke dunia hiburan di usia muda.

3. Menumbuhkan Kesadaran Tentang Objektifikasi

 Video ini juga mengajak masyarakat untuk tidak terjebak dalam objektifikasi, di mana artis dipandang hanya sebagai alat hiburan atau objek seksual. Dengan lebih menyadari hal ini, kita bisa mengubah cara kita melihat figur publik dan berhenti memperlakukan mereka hanya berdasarkan penampilan atau status mereka dalam industri.

4. Konsumsi Media dengan Empati

Pesan lain yang penting adalah bagaimana kita sebagai masyarakat harus lebih empati dalam mengonsumsi hiburan. Artis adalah manusia dengan perasaan, pengalaman, dan hak untuk dihormati. Masyarakat perlu mendukung narasi yang lebih sehat, yang menempatkan artis sebagai individu dengan nilai-nilai kemanusiaan, bukan hanya sebagai produk atau objek hiburan semata.

Secara keseluruhan, video ini mengingatkan kita untuk tidak hanya menikmati hiburan secara pasif, tetapi juga menjadi konsumen media yang sadar, kritis, dan peduli pada sisi kemanusiaan dari para artis di balik layar, dimana semua individu dihargai sebagai manusia, bukan sekadar objek komersial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun