Pada zaman dahulu kala, raja Buyeo Utara yang bernama Haeburu pergi ke Buyeo Timur mengevakuasi dirinya dan setelah Haeburu wafat, Geumwa naik menjadi raja di Kerajaan Buyeo Timur. Pada saat itu, Geumwa pergi ke selatan Gunung Taebek dan bertemu dengan seorang wanita di Ubalsu. Wanita itu memperkenalkan dirinya kepada Geumwa.
"Saya adalah anak dewa air Habaek yang bernama Yuhwa. Pada suatu hari, saya dan beberapa adik saya pergi bermain di luar air. Pada saat itu, seorang laki-laki mendekati saya dan memperkenalkan dirinya sebagai putra dewa langit yang bernama Haemosu. Ia membawa saya ke rumahnya yang berada di tepi Sungai Yalu. Saya akhirnya menikah dengannya. Akan tetapi orang tua saya memarahi saya karena saya menikah tanpa restu sehingga membuang saya ke tempat ini."
"Kalau begitu bawa barang bawaanmu dan pergi ikuti aku."
Geumwa membawa wanitu itu ke istananya. Akan tetapi selalu ada cahaya terang yang mengikuti Yuhwa. Geumwa merasa itu sangat aneh dan bertanya kepada Yuhwa.
"Kenapa ada cahaya yang selalu mengikutimu?"
"Saya juga tidak tahu alasannya."
"Orang lain akan menganggap itu aneh, jadi silakan tinggal di kamar itu selama sementara waktu."
Yuhwa mengikuti perintah Geumwa dan tinggal di sebuah kamar terpencil di istana. Akan tetapi, cahaya itu terus mengikuti Yuhwa. Tak lama setelah itu ia hamil dan melahirkan sebuah telur besar. Raja Geumwa yang mengetahui hal itu berbicara kepada para bawahannya dengan wajah yang tidak senang.
"Bagaimana mungkin seorang manusia bisa melahirkan telur? Buang telur itu ke anjing atau babi!"
Para bawahan Raja Geumwa mengikuti perintah dan membuang telur itu ke jalan. Akan tetapi sapi dan kuda yang berjalan menghindari telur itu. Tak lama kemudian, burung besar dan binatang-binatang liar datang dan mengerami telur itu.
"Apa? Binatang-binatang liar mengerami telur itu? Aneh sekali. Kalau begitu, hancurkan telur itu dengan kapak!"
Beberapa bawahan raja mencoba menghancurkan telur itu. Akan tetapi telur itu tidak retak sedikitpun. Tanpa ada pilihan, Raja Geumwa mengembalikan telur itu ke Yuhwa.  Yuhwa menyelimuti telur itu dengan kain dan meletakkannya di tempat yang hangat. Tak lama kemudian, telur itu retak dan seorang anak yang kuat dan wajah yang terlihat sangat cerdas lahor dari telur itu. Setelah berumur tujuh tahun, anak itu mulai membuat panah dan busurnya sendiri dan berburu. Akan tetapi kemampuan memanah anak itu sangat luar biasa, sehingga dari 100 anak panah yang dia tembak, 100 anak panah itu tepat sasaran. Pada saat itu, pemanah handal di Kerajaan Buyeo Timur disebut 'Jumong' sehingga anak itu pun dipanggil sebagai Jumong. Geumhwa juga memiliki 7 pangeran tetapi tidak ada seorang  pun yang bisa melampaui kemampuan Jumong.
Pada suatu hari, pangeran pertama yang bernama Daeso berkata kepada Raja Geumwa.
"Yang mulia, Jumong terlahir dari telur sehingga kita tidak dapat menyebutnya manusia. Apabila kita tidak menyingkirkannya dari awal, saya takut dia bisa menjadi ancaman bagi negara kita."
"Kau adalah orang yang akan menjadi raja. Apakah pantas kau membenci dan iri pada adikmu?"
Raja Geumwa memarahi anaknya. Akan tetapi Daeso terus saja berbicara kepada pangeran-pangeran lain tentang keinginannya untuk menyingkirkan Jumong. Raja Geumwa tidak punya pilihan lain dan memanggil Jumong.
"Jumong, kau sebetulnya juga adalah pangeran kerajaan ini. Akan tetapi para saudaramu rupanya iri. Oleh karena itu, jagalah kuda-kuda di kandang kuda."
Jumong akhirnya menjadi penjaga kandang kuda dan tidak mengeluh sedikit pun. Saat itu, ada seekor kuda yang menarik perhatian Jumong. Jumong selalu memberikan makanan yang cukup kepada setiap kuda kecuali kepada kuda itu. Lama kelamaan kuda tersebut menjadi kurus. Pada suatu hari, Raja Geumwa datang ke kandang kuda dan memilih salah satu kuda yang gemuk.
"Kuda ini terlihat kekar sehingga pasti bisa berlari dengan kencang. Letakkan barang-barang di kuda ini dan kau naiki kuda yang kurus itu."
Jumong bersorak dalam hati saat mendengar perkataan Raja Geumwa. Pada saat itu, para bawahan raja dan pangeran di istana sedang membuat rencana untuk membunuh Jumong. Yuhwa yang mendengar berita itu memanggil Jumong.
"Jumong, sekarang ini banyak orang yang ingin membunuhmu di kerajaan ini. Â Kau akan bisa menyelesaikan kesulitan apapun dengan kemampuan dan kepintaranmu itu. Oleh karena itu, cepat tinggalkan tempat ini!"
Setelah berpamitan kepada ibunya, ia dan tiga orang lainnya bernama Oi, Mari, dan Hyeoppo pergi keluar dari istana. Ketiga orang itu lalu sampai ke tepi sungai yang bernama 'eomsu'. Orang-orang yang mengejar Jumong dari istana pun semakin mendekati Jumong. Apabila Jumong dan ketiga kawannya tidak bisa menyeberangi sungai itu tepat waktu, maka mereka pasti akan mati terbunuh. Paad saat itu, Jumong menatap air sungai dan berteriak dengan lantang.
"Aku adalah anak dewa langit, cucu dari Habaek. Hari ini aku harus menyeberangi sungai ini akan tetapi ada orang-orang yang mengejarku, apa yang harus kulakukan?"
Segera setelah Jumong selesai berbicara, ikan-ikan yang ada di dalam sungai itu berkumpul dan membuat penyeberangan untuk Jumong. Jumong dan ketiga temannya akhirnya dapat menyeberangi sungai tersebut dengan menggunakan ikan-ikan itu. Para pengejar mereka tidak memiliki pilihan lain selain kembali ke istana.
Jumong akhirnya mengumpulkan suku-suku di Jolbin dan mendirikan ibukota. Akan tetapi karena tidak ada tempat untuk mendirikan istana, Jumong mendirikan rumah jerami di sekitar Biryusu dan membuat kerajaan bernama 'Goguryeo'. Jumong pun mengganti nama keluarganya dari 'Han' menjadi 'Go'. Saat itu, Jumong berumur dua belas tahun.
Diterjemahkan dari buku Samguk Yusa yang ditulis oleh Ilyeon dan dituliskan ulang oleh Lee Jeong-beom. Diterbitkan oleh Younglim Cardinal Inc tahun 2012.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H