Mohon tunggu...
Margareth Theresia
Margareth Theresia Mohon Tunggu... Mahasiswa pascasarjana -

Blog: http://indonesiakoreastudent.blogspot.kr/ Instagram: margareth.mega

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bulan di Dalam Sumur, Sebuah Puisi Karya Yi Kyubo

29 Oktober 2015   15:42 Diperbarui: 30 Oktober 2015   00:25 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(산승탐월색)
(병급일병중)
(도사방응각)
(병경월역공)

[네이버 지식백과] 영정중월 [詠井中月] (두산백과)

Adakah di antara pembaca yang bisa membaca puisi di atas? Puisi di atas adalah salah satu bentuk puisi kuno Korea yang berbentuk Hansi. Hansi sendiri adalah jenis puisi yang ditulis dengan menggunakan hanja (karakter mandarin) karena Korea belum memiliki alfabet sendiri (Hangeul) sebelum tahun 1443. Hansi adalah jenis puisi yang populer pada zaman kerajaan Silla hingga akhir dinasti Joseon.

Salah satu pujangga yang terkenal di masa kerajaan Goryeo adalah Yi Kyubo. Yi Kyubo (1168-1241) merupakan seorang pujangga yang aktif menulis puisi dan kritik puisi di zamannya. 月 (영정중월) atau Bulan di Dalam Sumur adalah salah satu karyanya yang terkenal. Berikut adalah terjemahan puisi tersebut ke dalam bentuk hangeul dan bahasa Inggris.

[caption caption="Yi Kyubo. Sumber: http://www.koreamonitor.net/print_it.cfm?upccode=BG9AB9D6DE-B"][/caption]

스님이 달빛을 탐내어

병속에 물과 함께 길었다네

절에 돌아와 비로소 깨달았네

병 기울자 달도 따라 비는 것을

(김진영, 박문영, 등. 한국 한시 감상. 서울: 보고사, 2012)

 

A monk coveted in the well

and fished it up with water into a jar.

But back at the temple, he will find

when the jar tilts, the moon spills.

(Jong gil, Kim. Among the Flowering Reeds: Classical Korean Poems Written in Chinese. New York: White Pine Press, 2003)

Seperti semua karya Yi Kyubo, karya-karyanya seringkali dianggap besar seperti gunung tetapi juga kecil seperti bebijian sawi. Puisi ini terpengaruh oleh ajaran Buddha sehingga dapat terlihat bahwa tokoh utama di dalam puisi ini adalah seorang biksu. Seorang biksu yang medambakan bulan yang ada di dalam sumur dan mengambilnya dengan menggunakan tempayan namun pada saat itu yang tidak ia sadari adalah pada saat tempayan itu miring, hilanglah juga bulan yang terbayang di dalam tempayan tersebut.

Puisi ini menggambarkan kehidupan kita di dunia. Bulan itu adalah sesuatu yang kita inginkan, tetapi tidak dapat kita gapai karena terlalu tinggi dan di luar jangkauan kita. Akhirnya untuk menmuaskan hati, kita berusaha menggapai bayangan keinginan kita yang digambarkan sebagai biksu yang mengambil bayangan bulan dengan tempayan. Pada akhirnya kita akan sadar bahwa bayangin keinginan yang kita ambil itu semu karena di saat tempayan itu miring, semua bayangan keinginan kita yang sudah kita dapatkan juga akan buyar begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun