山僧貪月色(산승탐월색)
幷汲一甁中(병급일병중)
到寺方應覺(도사방응각)
甁傾月亦空(병경월역공)
[네이버 지식백과] 영정중월 [詠井中月] (두산백과)
Adakah di antara pembaca yang bisa membaca puisi di atas? Puisi di atas adalah salah satu bentuk puisi kuno Korea yang berbentuk Hansi. Hansi sendiri adalah jenis puisi yang ditulis dengan menggunakan hanja (karakter mandarin) karena Korea belum memiliki alfabet sendiri (Hangeul) sebelum tahun 1443. Hansi adalah jenis puisi yang populer pada zaman kerajaan Silla hingga akhir dinasti Joseon.
Salah satu pujangga yang terkenal di masa kerajaan Goryeo adalah Yi Kyubo. Yi Kyubo (1168-1241) merupakan seorang pujangga yang aktif menulis puisi dan kritik puisi di zamannya. 詠井中月 (영정중월) atau Bulan di Dalam Sumur adalah salah satu karyanya yang terkenal. Berikut adalah terjemahan puisi tersebut ke dalam bentuk hangeul dan bahasa Inggris.
[caption caption="Yi Kyubo. Sumber: http://www.koreamonitor.net/print_it.cfm?upccode=BG9AB9D6DE-B"][/caption]
스님이 달빛을 탐내어
병속에 물과 함께 길었다네
절에 돌아와 비로소 깨달았네
병 기울자 달도 따라 비는 것을
(김진영, 박문영, 등. 한국 한시 감상. 서울: 보고사, 2012)
A monk coveted in the well
and fished it up with water into a jar.
But back at the temple, he will find
when the jar tilts, the moon spills.
(Jong gil, Kim. Among the Flowering Reeds: Classical Korean Poems Written in Chinese. New York: White Pine Press, 2003)
Seperti semua karya Yi Kyubo, karya-karyanya seringkali dianggap besar seperti gunung tetapi juga kecil seperti bebijian sawi. Puisi ini terpengaruh oleh ajaran Buddha sehingga dapat terlihat bahwa tokoh utama di dalam puisi ini adalah seorang biksu. Seorang biksu yang medambakan bulan yang ada di dalam sumur dan mengambilnya dengan menggunakan tempayan namun pada saat itu yang tidak ia sadari adalah pada saat tempayan itu miring, hilanglah juga bulan yang terbayang di dalam tempayan tersebut.
Puisi ini menggambarkan kehidupan kita di dunia. Bulan itu adalah sesuatu yang kita inginkan, tetapi tidak dapat kita gapai karena terlalu tinggi dan di luar jangkauan kita. Akhirnya untuk menmuaskan hati, kita berusaha menggapai bayangan keinginan kita yang digambarkan sebagai biksu yang mengambil bayangan bulan dengan tempayan. Pada akhirnya kita akan sadar bahwa bayangin keinginan yang kita ambil itu semu karena di saat tempayan itu miring, semua bayangan keinginan kita yang sudah kita dapatkan juga akan buyar begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H