A monk coveted in the well
and fished it up with water into a jar.
But back at the temple, he will find
when the jar tilts, the moon spills.
(Jong gil, Kim. Among the Flowering Reeds: Classical Korean Poems Written in Chinese. New York: White Pine Press, 2003)
Seperti semua karya Yi Kyubo, karya-karyanya seringkali dianggap besar seperti gunung tetapi juga kecil seperti bebijian sawi. Puisi ini terpengaruh oleh ajaran Buddha sehingga dapat terlihat bahwa tokoh utama di dalam puisi ini adalah seorang biksu. Seorang biksu yang medambakan bulan yang ada di dalam sumur dan mengambilnya dengan menggunakan tempayan namun pada saat itu yang tidak ia sadari adalah pada saat tempayan itu miring, hilanglah juga bulan yang terbayang di dalam tempayan tersebut.
Puisi ini menggambarkan kehidupan kita di dunia. Bulan itu adalah sesuatu yang kita inginkan, tetapi tidak dapat kita gapai karena terlalu tinggi dan di luar jangkauan kita. Akhirnya untuk menmuaskan hati, kita berusaha menggapai bayangan keinginan kita yang digambarkan sebagai biksu yang mengambil bayangan bulan dengan tempayan. Pada akhirnya kita akan sadar bahwa bayangin keinginan yang kita ambil itu semu karena di saat tempayan itu miring, semua bayangan keinginan kita yang sudah kita dapatkan juga akan buyar begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H