Ibu.... kenapa meratap dan murung wajah senjamu ?
Kurabai garis wajah itu, penuh kerut carut marut kisah hidup
Hei anak...! Tidakkah kau sadari air mata Ibumu menganak ?
Meratapi arogansi dan polahmu yang tak kunjung beradab !Â
Sudah cukuplah anak...cukup...
Sampai kapan polah tak berkekang terus membudaya pada dirimu ?
Aku tahu kau bosan, Aku juga...!
Aku tahu kau muak, Aku juga...!!
Aku pun sama dengan kalian, aku pun anak negri ini
Aku pun menderita karena makhluk tak kasat mata yang merajalela di bumi ini, di Ibu Pertiwi
Dimana akal nuranimu .....?
Tidakkah cukup melihat saudara-saudaramu terkapar meregang nyawa ?
Atau kalian telah menjadi buta ?!!Â
Atau hayatmu tak lagi berharga demi sebuah euforia sesaat terlepas kekang si tak kasat mata ?
Hei Anak....!! Ini belum lagi selesai !! Dan takkan pernah selesai jika kalian masih saja berpolah tak beradab dan mengekang diri !!!
Bersabarlah sebentar lagi..... itu takkan membuat hidupmu tak berarti
Jangan biarkan airmata Ibu Pertiwi menganak menjadi samudera
Menenggelamkan kita dalam derita tak berkesudahan
Bila tak mampu berbuat untuk Ibu Pertiwimu setidaknya diamlah saja di tempatmu
Berilah lututmu bertelut di hadapan Sang Maha Pencipta dan Pengasih
Memohon ampunan dan welas asih, agar si tak kasat mata berlalu dari Bumi Pertiwi.Â
Oh Ibu Pertiwi.... maafkan polah anak-anak yang lahir dari rahimmu
Jika dukamu tak lagi berarti, biar saja terserah anak-anak arogan tak beradab itu
Jika nasib baik semoga mereka selamat, jika Allah masih sayang semoga mereka insaf
Kami yang tersisa dalam hening dan diam, tetap berjuang meskipun lelah...
Kami berserah tapi takkan menyerah, untukmu Ibu Pertiwi.Â
Maria Margan. 20/05/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H